Sedang Membaca
Moderasi Agama di Era 5.0
Avatar
Penulis Kolom

Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Moderasi Agama di Era 5.0

Perbedaan Diinternet

Islam Datang Sebagai Agama penyempurna bagi agama-agama lainnya seperti agama Yahudi dan Kristen. Sebagai agama yang sempurna, doktrin-doktrin yang dibawa oleh Islam memiliki irisan yang sama dengan doktrin-doktrin agama sebelumnya dalam beberapa dimensi, namun banyak juga doktrin yang menggantikan doktrin-doktrin sebelumnya, dan memainkan peran pelengkap sesuai dengan situasi masyarakat.

Nilai-nilai toleransi, kemanusiaan, gotong royong dalam ajaran Islam, tanpa membedakan ras, agama, dan golongan manusia sebangsa, nilai-nilai jujur ​​interaksi antar sesama manusia (mu’amalah), amanah dalam bertindak, saling menghormati, terlepas dari warna kulit, dan sebagainya.

Indonesia memiliki keberagaman suku, budaya, agama, dan bahasa. Keberagaman yang dimiliki Indonesia adalah keunikan tersendiri yang patut diolah dengan baik karena keanekaragaman dapat menjadi tantangan serius jika tidak disikapi dengan bijak dan arif, bahkan dapat menjadi ancaman perpecahan, perseteruan, dan mengoyak keutuhan Indonesia. Terlebih bila keanekaragaman tersebut terkait dengan masalah agama yang merupakan isu sensitif.

Isu agama adalah hal yang sensitif di Indonesia. Beberapa konflik keagamaan yang terjadi baru-baru ini adalah adanya intoleransi antar agama, radikalisme, dan lain-lain. Terlebih sekarang sudah memasuki era digital, yang mana isu intoleransi antar agama benar-benar harus disoroti. Ujaran-ujaran kebencian antar sesama juga sulit untuk dikendalikan. Seolah melemparkan ujaran kebencian menjadi hal yang biasa saja bagi masyarakat Indonesia, padahal dengan begitu bisa menimbulkan konflik antar individu bahkan suatu kelompok.

Baca juga:  Curhat Santri Gen Z Menghadapi Derasnya Arus Teknologi

Hal itu tentu saja karena melemparkan ujaran kebencian menggunakan bahasa kasar, atau bahkan menggunakan bahasa yang tidak seharusnya diucapkan oleh suatu individu untuk menyerang suatu kelompok minoritas. Salah satunya adalah perihal agama yang dipermasalahkan.

Konflik-konflik tersebut cukup membuat resah beberapa pihak karena masyarakat kurang sadar dan peka dalam menggunakan ruang publik. Aktivitas yang terjadi di media sosial bukanlah bersifat personal, tetapi publik bisa mengetahui itu. Dengan kurang kesadaran diri dan menganggap bahwa kebebasan dalam memposting apapun di media sosial, kadangkala mengucapkan atau melemparkan ujaran kebencian kepada sesama karena rasa diri paling benar. Atau memposting perihal agama lain seperti mengolok-olok, menyebarkan penistaan agama secara sengaja tentu saja menyinggung perasaan penganut agama lain.

Dalam situasi seperti ini, moderasi agama diharapkan menjadi solusi. Kelembutan beragama semacam ini dapat diartikan sebagai sikap beragama yang menyeimbangkan antara praktik keagamaannya sendiri dan penghormatan terhadap adat agama yang berbeda. Cara perantara inilah yang diyakini dapat mencegah eksklusivitas yang ekstrem dan berlebihan di masyarakat. Kelembutan beragama semacam ini diharapkan terwujud dalam bentuk toleransi aktif, yang diperlukan untuk mencapai kerukunan sosial.

Walaupun begitu, media sosial juga bisa dimanfaatkan untuk menyebarkan syiar keagamaan sebagai media edukasi untuk masyarakat khalayak, seperti halnya kajian ceramah, konten edukasi bertema keagamaan, dan lain sebagainya.

Baca juga:  Agama Cyberspace: Ketika Ritual Bergeser ke Ruang Virtual

Selain itu pula, kita bisa memanfaatkan sosial media sebagai media kampanye dan sosialisasi tentang dampak yang didapat di masa depan jika mengungkapkan ujaran kebencian pada sesama. Jejak digital itu sangat menakutkan. Hari ini mungkin kita tidak masalah saat melemparkan ujaran kebencian kepada sesama, tetapi di masa depan itu akan menjadi skandal serius untuk maju.

Selanjutnya, yang bisa kita lakukan adalah dengan mengajak anak muda untuk bergabung pada komunitas untuk menghapus dan melaporkan berita dan postingan yang mengandung provorkasi pada agama, ras, dan suku di Indonesia sekaligus memerangi berita bohong yang bisa merusak kerukunan antar sesama.

Dengan begitu, setidaknya kita bisa memberikan harapan bagi umat Islam di Indonesia dengan meminimalisir intoleransi beragama, dan memperbaiki citra baik di kalangan masyarakat luas.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
2
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top