Dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad saw tahun 1443 H dan Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2021 M, Rabithah Ma’ahid Islamiyah NU (RMI NU) Kabupaten Kediri menyelenggarakan “Ngaji Bareng Gus Baha” dengan tema “Peran Bu Nyai Dalam Meneladani Istri Rasulullah SAW” di Pondok Pesantren Ar-Risalah Lirboyo Kediri pada Senin, 18 R. Awwal 1443 H./ 25 Oktober 2021 Pukul 09.00 WIB.
Hadir dalam kesempatan ini KH. M. Anwar Manshur, KH Abdullah Kafabihi Mahrus pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, K.H. Ahmad Bahauddin Nur Salim, Hj. Khofifah Indar Parawansa Gubenur Jatim, Rais Syuriah dan Tanfidziah PCNU Kediri, Ibu Nyai Hj. Aina Ainaul Mardliyah Anwar selaku ketua RMI NU Putri Kota-Kabupaten Kediri, KH Abdul Hakim Mahfudz pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Abdullah Abu Bakar Wali Kota Kediri, Dandim 0809 dan Kapolres Kabupaten Kediri.
Setelah dibuka dengan tahlil oleh Kiai Anwar Manshur dan doa oleh Gus Kikin, KH Abdullah Kafabihi Mahrus memberikan sambutan. Dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa dalam Al-Qur’an perempuan di gambarkan seperti ladang.
“Ladang itu bila mana dikerjakan dengan baik maka akan menumbuhkan tanaman yang baik, maknanya adalah bila perempuan itu sholihah dan istiqomah maka tidak dapat diragukan akan melahirkan dzurriyah thayyibah,” Ujar Kiai Kafabihi.
Melanjutkan penjelasannya, Kiai Kafabihi menceritakan bahwa banyak ulama yang lahir dari seorang Bapak yang biasa saja, tetepi Ibunya istiqomah menghadap Allah Swt, yang kemudian melahirkan ulama-ulama besar. Menurutnya ini karena doa Ibu yang mustajab.
Ibu Nyai Hj. Aina Ainaul Mardliyah Anwar selaku ketua RMI NU Kediri ketika memberikan sambutan bercerita saat sowan dan mengundang Gus Baha’.
“Saya sowan ke Gus Baha’ untuk mengundang dalam acara ini, Gus Baha’ kemudian mengatakan- Ning, kalau bukan Nyai Hj. Aina Ainaul Mardliyah Anwar yang minta, saya tidak hadir. Kemudian Gus Baha’ saya saya ancam kalau tidak hadir, karena sudah bilang kepada saya bisa hadir. Makanya Gus Baha’ tadi datang pukul 05.30, “ujar Bu Nyai Hj. Aina Ainaul Mardliyah
Dalam mengawali kajian, Gus Baha mengatakan, saya sekedar datang sudah jadi anak yang berakhlakul karimah.
“Jadi saya tidak perlu menyampaikan mauidhoh banyak-banyak, datang saja sudah jadi sholeh karena diutus Ning Aina Ainaul Mardliyah Anwar, “seloroh Gus Baha mengawali kajian.
Gus Baha mengatakan bahwa dirinya hanya mau diundang oleh Kiai Sepuh, tetapi Gus Baha sekarang sadar kalau Kiai Sepuh itu sangat banyak, kemarin saya ke Mbah Hamid Pasuruan, Sekarang di Kediri, karena Guru saya Mbah Maimoen dulu mondok di Lirboyo sini.
Gus Baha bercerita apa yang telah ia dengar dari Abahnya dan Kiai Maimoen Zubair. Ada filosofi yang tidak bisa diganggu gugat yaitu ‘manusia itu mudah diperbudak oleh kebaikan’. Ada cerita seorang Kiai yang zuhud yang rumahnya tidak ada Tv, Hp, dan motor agar anaknya tidak terkontiminasi barang-barang tersebut.
Tetapi apa yang terjadi? Anaknya pertama kali memakai Hp dipinjami temannya yang kebetulan tidak sholat, pertama naik motor juga dipinjami temannya yang tidak sholat, pertama lihat Tv juga di keluarga yang tidak sholat. Sehingga anak ini berasa berhutang jasa kepada orang yang tidak sholat, lama-lama anak ini mempunyai memori bahwa orang tidak sholat lebih manusiawi daripada orang yang sholat. Singkat cerita anak ini kemudian ikut tidak sholat.
Ketika sowan ke ndalem Gus Baha orang tua si anak di atas dijelaskan kenapa banyak Kiai alim yang rumahnya ada Tv. Hp, dan motor. Ini karena agar anak tidak berhutang jasa kepada orang lain.
“Pondok juga begitu, kalau terlalu ketat hp dan lain-lain. Kemudian santri memegang Hp pertama dari orang lain, ya kalau orang lain kebetulan orang sholeh, nah kalau tidak?, “tandas Gus Baha.