Sedang Membaca
Ini yang Dilakukan oleh Nabi Saat Berinteraksi dengan Sahabat yang Terkena Penyakit Menular

Penulis adalah redaktur pelaksana Alif.id. Bisa disapa melalui akun twitter @autad.

Ini yang Dilakukan oleh Nabi Saat Berinteraksi dengan Sahabat yang Terkena Penyakit Menular

1 A Korona

Belakangan ini kita disuguhkan dengan pemberitaan mengenai tsunami virus korona yang menjangkit warga India. Betapa ngerinya video dan foto yang tersebar melalui linimasa; orang-orang sempoyongan, berjatuhan, dan meninggal di pinggir-pinggir jalan. Bahkan, tanah lapang yang semula digunakan sebagai lahan parkir, diubah menjadi menjadi krematorium kremasi massal korban virus korona. Sungguh ngeri.

Ketika penulis mengecek daftar status korona terkini dalam laman worldometers, India saat ini menempati urutan kedua setelah Amerika, dengan total kematian 195.123 ribu jiwa (26/4). Bahkan, menurut para jurnalis di sana, sebenarnya jumlah tersebut jauh lebih besar lagi sepuluh kali lipat dibanding rilis resmi yang telah dikeluarkan oleh pemerintah setempat, berdasarkan liputan mereka. (Kompas 25/4).

Pertanyaannya, kenapa bisa terjadi lonjakan kasus penularan yang sangat maha drastis? Berdasarkan apa yang ditulis oleh The Independent di antaranya, pertama, pemerintah yang terlalu longgar, yang menyatakan pandemi telah berakhir. Kedua, masyarakatnya bandel, tidak taat prokes. Ketiga, munculnya mutasi varian baru korona B.1.617 atau disebut juga “mutan ganda” di India.

Mengikuti Cara Nabi Mencegah Penularan Penyakit

Hadis yang paling masyhur yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim mengenai sikap Nabi Saw ketika ada wabah atau sahabatnya terjangkit virus yaitu:

قَالَ إِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ فَلَا تَقْدَمُوا عَلَيْهِ وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ

Baca juga:  Belajar Memuliakan Tamu dari Kiai Maimoen Zubair

Bila kamu mendengar wabah di suatu daerah, maka kalian jangan memasukinya. Tetapi jika wabah terjadi wabah di daerah kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.

Selain itu, ketika ada rombongan dari Tsaqif yang hendak datang untuk berbait kepada Nabi Saw, di antara mereka ada yang menderita lepra. Nabi Saw lalu mengirimkan tulisan kepadanya: “Kami telah menerima baiatmu, maka pulanglah.” Dalam riwayat lain, dalam Shahih Bukhari Nabi Muhammad bersabda: “Hindarilah orang yang terkena lepra seperti halnya kalian menghindari seekor singa.”

Hal tersebut menunjukkan betapa sikap Nabi yang sangat mengantisipasi adanya penularan penyakit ganas yang bisa merenggut nyawa seseorang. Selanjutnya, sikap nabi adalah menerapkan sistem karantina/isolasi, supaya tidak terjadi penularan yang lebih besar.

Dua sikap tersebut menurut hemat penulis sebagaimana yang dilakukan oleh ilmu kedokteran modern saat ini. Karenanya, ketika kita mengikuti protokol kesehatan sebagaimana yang sudah ditetapkan oleh pemerintah—memakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan—maka, itu sama saja kita menerapkan ajaran atau sunnah Nabi Saw. Apabila hal tersebut dilakukan dengan niat ittiba’ kanjeng nabi, maka kita akan mendapatkan pahala.

Pahala Mengikuti Protokol Kesehatan

Sebagai orang yang beriman kita meyakini kalau penyakit itu datang atas takdir dari Allah Swt. Namun, takdir Allah juga berlaku sesuai dengan ketetapannya atau sunnatullahnya, sebagaimana panasnya api, dinginnya air es, manisnya gula, dan asinnya garam. Begitu juga penyakit yang datang pasti ada sabab musababnya.

Baca juga:  Ibu Gedong dan Gus Dur: Persahabatan Hindu dan Islam

Belajar dari India, melonjaknya kasus korona di sana tidak terlepas dari adanya pelonggaran yang dilakukan oleh pemerintah terhadap prokes dan masyarakat yang melakukan kerumunan secara besar-besaran pada perayaan Kumbh Mela.

Di masa perayaan itu, banyak warga dari berbagai penjuru India yang melakukan perjalanan ke Haridwar, daerah bagian Uttarakhand. Ritual dalam festival itu adalah berendam bersama di Sungai Gangga (sebagaimana video-video yang viral). (Kontan, 24/4).

Kasus di India menurut hemat saya perlu menjadi pelajaran penting bagi warga +62 untuk saling jaga satu sama lain, terutama yang di rumahnya terdapat orang tua (sesepuh). Dengan menaati prokes, kita bisa menyelamatkan nyawa orang-orang yang ada di sekitar kita. Kalau Nabi menyatakan orang yang meninggal dunia karena wabah adalah syahid—sementara menurut saya—kalau kita bisa menjaga orang-orang di sekitar kita agar tidak terkena wabah, pahalanya juga tidak jauh berbeda dari yang syahid. Mungkin lebih besar lagi.

Memang, vaksin sudah didistribusikan, namun hal itu tidak cukup menjamin untuk keselamatan seseorang. Karena keselamatan yang paling utama berdasarkan panduan medis adalah selalu mengenakan masker, menghindari kerumunan atau jaga jarak, dan selalu menjaga kebersihan dengan mandi, wudlu, atau cuci tangan. Mengenai tips sehat ala nabi di tengah pandemi, bisa dibaca di sini.

Baca juga:  Benarkah Imam as-Suyuti Seorang Pengelana?

Semoga kita semua selalu diberi kesehatan dan diselamatkan dari wabah. Aamiin.

 

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top