Sedang Membaca
Munajat Ulama Nusantara (2)

Hamba yang lemah, anggota Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa), bergiat di Lingkar Filologi Ciputat (LFC), khadim di Ma’had Aly Ashiddiqiyah Jakarta, dan Mahasiswa Filologi di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Munajat Ulama Nusantara (2)

“Wahai Tuhanku, aku bukanlah orang yang pantas masuk surga, tetapi aku juga tidak kuat dengan api neraka. Karena itu, berikan kepadaku kemampuan bertaubat dan ampuni dosa-dosaku. Karena hanya Engkaulah yang dapat memberikan maaf atas dosa-dosa yang besar.” (Gus Dur)

Bagi masyarakat Indonesia, terjemahan munajat di atas tak asing lagi. Teks asli berbahasa Arabnya sering disenandungkan di banyak surau, pesantren, dayah, langgar, musala, dan masjid di Tanah Air.

Munajat yang berbentuk syair itu menjadi semakin populer ketika dinyanyikan KH Abdurrahman Wahid di banyak kesempatan saat menjabat sebagai Presiden Ke-4 RI.

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Jaya Suprana, Gus Dur menuturkan, “Sajak ini dibuat oleh penyair Abu Nuwas (145-199 H/762-813 M), yang di negeri kita terkenal dengan Abu Nawas. Dia terkenal jenaka kala hidupnya. Tapi pada tahun-tahun terakhir sebelum meninggal dia adalah seorang sufi besar. Ini tampak nyata di dalam dua syair yang saya nyanyikan di atas. Sajak ini sudah berusia lebih dari 1200 tahun. Menunjukkan betapa indah dan bagusnya sehingga mampu bertahan sekian lama”.

Di beberapa literatur kitab kuning, seperti Hasyiyah al-Baijuri buah pena Syaikh Ibrahim al-Baijuri (1198-1277 H) juga mencantumkan dua bait di atas. Bahkan ia menyebutkan faedahnya jika dibaca seanyak lima kali selepas Salat Jumat, Allah SWT akan mewafatkan orang yang membacanya  dalam keadaan Islam tanpa keraguan. Faedah tersebut dinukil dari Imam Sufi Syaikh al-Islam Abdul Wahhab al-Sya’rani (898-973 H/1493-1565 M). Adapun teks syair tersebut sebagaimana berikut ini:

Baca juga:  Kuasai Ilmu Hati, Baru yang Lain

إِلٰهِيْ لَسْـتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاً * وَلاَ أَقْوَى عَلَى نَارِ الْجَـحِيْمِ

فَهَبْ لِيْ تَوْبَةً وَاغْـفِرْ ذُنُـوْبِيْ * فَإِنَّكَ غَافِـرُ الذَّنْبِ الْعَظِيْمِ

Di sebagian yang lain, disebutkan beberapa syair lanjutan dua syair di atas seperti di bawah ini:

وَ عَمِّلْنِي مُعَامَلَةَ الْكَرِيْمِ * وَ ثَبِّتْنِي عَلَى النَّهْجِ الْقَوِيْمِ

Pergaulilah aku dengan hubungan yang mulia, dan tetapkanlah aku dalam jalan yang lurus.

ذُنُوْبِي مِثْلُ اَعْدَادِ الرِّمَالِ * فَهَبْ لِي تَوْبَةً يَا ذَا الْجَلالِ

Dosa-dosaku laksana hitungan pasir-pasir, maka berikanlah kepadaku taubat wahai Dzat Yang Maha Agung.

وَ عُمْرِي نَاقِصٌ فِي كُلِّ يَوْمٍ * وَ ذَنْبِي زَائِدٌ كَيْفَ احْتِمَالِي

Usiaku berkurang di setiap hari, sedangkan dosaku bertambah bagaimana aku menanggungnya.

إِلٰهِيْ عبْدُكَ الْعَاصِي اٰتَاكَ  * مُقِرًّا بِالذُّنُوْبِ وَقَدْ دَعَاكَ

Wahai Tuhanku, hamba-Mu yang bermaksiat ini mendatangi-Mu, ia orang yang mengakui dosa-dosanya dan ia sungguh memohon kepada-Mu.

اِنْ تَغْفِرْ وَ أَنْتَ لِذاكَ اَهْلٌ * وَ اِنْ تَطْرُدْ فَمَنْ يَرْجُوْا سِوَاكَ

Jika Engkau mengampuni, maka Engkau memang selayaknya demikian, namun jika Engkau menolak, maka kepada siapa ia memohon selain Engkau?

 Selain munajat di atas, Abu Nuwas juga banyak menggubah munajat dalam bentuk syair. Salah satunya pernah dipopulerkan oleh KH Moh Thalchah Mansoer. Berikut ini syair dan terjemahannya yang ia kutip dari Jawahir al-Ma’ani fi Faidh Sayyidi Abi al-‘Abbas al-Tijani karya Syaikh Harazim ibn al-‘Arabi Baradatul Maghribi al-Fasi:

Baca juga:  Gus Dur, Gus Baha, dan Maksiat

يَا رَبِّ إِنْ عَظُمَتْ ذُنُوْبيِ كَثْرَةً * فَلَقَدْ عَلِمْتُ بِأَنَّ عَفْوَكَ أَعْظَمُ

أَدْعُوْكَ رَبِّ كَمَا أَمَرْتَ تَضَرُّعاً * فَإِذَا رَدَدْتَ يَدَيَّ فَمَنْ ذَا يَرحَمُ

إِنْ كَانَ لاَ يَرْجُوْكَ إِلَّا مُحْسِنٌ * فَمَنْ ذَا الَّذِيْ يَرْجُو اْلـمُسِيْءُ الْمُجْرِمُ

مَا لِي إِلَيْكَ وَسِيْلَةً إِلَّا الرَجَا * وَجَمِيْلُ ظَنِي ثُمَّ إِنِّي مُسلِمُ

“Ya Tuhan, bila dosaku besar dan banyak, sungguh aku tahu ampunan-Mu jauh lebih besar lagi.

Aku berdoa kepada-Mu oh Tuhan dengan merendahkan diri sebagai(mana) telah Engkau perintahkan.Apabila Engkau menolak kedua belah tanganku ini, siapakah lagi yang menaruh belas kasihan kepadaku?

Apabila yang berdia kepada-Mu hanyalah orang yang berbuat baik saja, oh Tuhan, lalu kepada siapakah oh Tuhan orang yang berbuat jelek dan berbuat dosa harus berdoa?

Bagiku tak ada jalan lain kepada-Mu kecuali hanya pengharapan, dan juga sangkaan indahku tentang-Mu, kemudian oh Tuhan, aku ini seorang muslim.”

Tentang syair ini diceritakan bahwa sebagian teman Abu Nuwas bermimpi bertemu Abu Nuwas dalam tidurnya. Lalu mereka bertanya, “Apa yang Allah SWT lakukan kepadamu?” Maka kemudian Abu Nuwas berkata, “Allah mengapuniku sebab beberapa syair yang aku tulis di bawah bantal.”

Kemudian mereka  terbangun dari tidur dan langsung mendatangi rumah Abu Nuwas kemudian menemukan syair tersebut. Wallahu a’lam

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top