Suatu saat Nasrudin bertemu dengan orang kaya dari kota lain. Orang kaya yang tentu saja bertampang orang kaya, curhat ke Nasrudin.
“Saya ini sangat kaya, tampang juga keren sehingga bisa masuk hotel mana saja, tetapi tetap saja saya susah bahagia, saya sering merasa sedih dan sengsara. Dengan semua kekayaan ini saya sudah sering berkelana yang sangat jauh hanya untuk mencari kebahagiaan tetapi tetap saja saya masih belum menemukannya.”
Orang kaya ini terus curhat segala macam, lalu tiba-tiba Nasrudin mengambil tas orang kaya ini dan lari. Sontak, si kaya kaget dan mengejar Nasrudin. Nasrudin jauh lebih atletis dibanding si kaya, sehingga tidak bisa terkejar.
Setelah dirasa cukup jauh dan tidak terlihat lagi, Nasrudin berhenti di balik pohon beringin yang besar. Lalu dia taruh tas itu di pinggir jalan agar bisa terlihat oleh si kaya yang tidak berhenti berlari mengejar Nasrudin.
Ketika si kaya sampai di pohon beringin itu, akhirnya dia temukan tasnya. Segera setelah dia periksa isinya, ternyata utuh. Seketika ekspresi wajahnya berubah dari pucat pasi menjadi suka cita. Si kaya lalu menari-nari gembira.
Kemudian Nasrudin menggumam, “Yah .. inilah salah satu cara untuk membuat gembira orang yang sedih karena kekayaannya … dengan diajak berlari.”
(Diadaptasi dari The Pleasantries of the Incredible Mulla Nasrudin karya Idries Shah, edisi 2015)