Secara umum, tahun ini bumi terasa lebih panas. Di Jepang dikabarkan terjadi gelombang panas lebih dari 40 derajat celcius yang menyebabkan 125 jiwa meninggal. Lalu tercatat 18 kebakaran di Amerika dan kebakaran di Yunani yang menewaskan 91 jiwa.
Dari penelitian yang ada, ternyata bumi kita lebih panas 1 derajat celcius dibandingkan dengan sebelum zaman industri.
Untuk itulah sekitar tiga tahun yang lalu, beberapa negara melakukan upaya perjanjian di Paris untuk menjaga pemanasan bumi di bawah dua derajat celcius dibandingkan dengan sebelum zaman industri. (Baca: Martabat Tujuh: Ihwal Tasawuf Lingkungan)
Namun ternyata hal ini tidak mudah untuk ditaati. Investasi di bahan bakar fosil malah meningkat, termasuk minyak, gas dan batubara. Bahkan pada 2017, permintaan batubara meningkat untuk pertama kali sejak 4 tahun terakhir. Energi terbarukan belum terpakai meluas bahkan komposisi penggunaannya cenderung stagnan.
Lebih mudah mengambil energi dari batubara (pertumbuhan permintaannya 3.1%), gas (pertumbuhan permintaannya 5.2%) dan minyak bumi (pertumbuhan permintaannya 2.9%) dibandingkan dengan mengambil energi dari sinar matahari dan angin.
Sinar matahari seperti di Indonesia, ternyata hanya efektif kurang dari 4 jam per hari untuk bisa dijadikan listrik. Angin, membutuhkan hembusan rata-rata minimal 4 meter per detik. Ditambah lagi, secara perhitungan ekonomi dan politis, penggunaan bahan bakar fosil memang jauh lebih menarik: mudah secara teknologi dan cepat membuat kaya raya.
Semakin banyak manusia artinya kebutuhan energi akan semakin besar. Dengan uraian singkat di atas, memang besar sekali kemungkinan tujuan dari Persetujuan Paris (https://unfccc.int/process-and-meetings/the-paris-agreement/the-paris-agreement) akan gagal. Bahan bakar fosil akan terus dibutuhkan.
Dengan penemuan teknologi, ditemukanlah banyak sumber minyak dan gas bumi baru sehingga cadangan kilang minyak dunia terus terisi penuh. Dan dengan penemuan teknologi pula, kegiatan pemboran minyak dan gas bumi bisa terus ditekan biayanya. Sehingga harga minyak bumi diperkirakan akan stabil di rentang US$ 40-70 per barel, tergantung kondisi geopolitik negara produsen minyak bumi. (Baca: Ibnu Khaldun sebagai Intelektual)
Lalu jika demikian, potensi bumi lebih panas lagi akan lebih besar. Islam mengajarkan untuk menyayangi alam dan tidak membabat hutan, contoh sederhana yang sering kita dengar dari kiai kampung. Pertanyaan saya,
“Apakah kita bisa melaksanakan hal itu padahal tingkat konsumsi energi kita juga terus meningkat?”
Hooh, musim panas ini memang kering banget. Curah hujan sangat sedikit 🙁 Banyak petani dan peternak merugi besar.