Sedang Membaca
Fikih Lingkungan: Sepeda Listrik
Amrullah Hakim
Penulis Kolom

Pekerja Migas/listrik dan penikmat kisah-kisah sufistik, tinggal di Jakarta

Fikih Lingkungan: Sepeda Listrik

Setelah minggu lalu kita membahas pentingnya santai untuk ngopi sambil diskusi tentang teknologi, mari kita membahas tentang sepeda listrik.

Menarik jika kita melihat jumlah kendaraan bermotor di Indonesia. Tercatat per 1 Januari 2018, jumlah kendaraan bermotor di Indonesia mencapai 111 juta lebih, dengan komposisi sepeda motor di 82% atau berkisar 91 juta. Terbukti memang sepeda motor menjadi alat transportasi paling lincah, khususnya di kota Jakarta dan kota urban lainnya misalnya Surabaya, Bandung, Medan, Jogjakarta dan lainnya. Apa yang terjadi di tengah maraknya kendaraan bermotor?

Semakin banyaknya kendaraan bermotor di kota-kota Indonesia tentunya akan menyumbang polusi udara. BBC Indonesia misalnya, memberitakan pada 18-19 Juli 2018, tingkat polusi udara di Jakarta sempat berada di peringkat paling tinggi dibanding negara-negara lain di dunia menurut aplikasi Air Visual. Tingkat polusi di Jakarta sudah sangat mengkhawatirkan sejak beberapa bulan terakhir.

Mari kita sedikit melihat transportasi di negara China yang juga mengalami masalah yang serupa. Faktor utama dari banyaknya kendaraan bermotor adalah urbanisasi. Urbanisasi di China meningkat tajam dari level 27% di awal tahun 1990 ke level 60% di 2018.

Di kota, letak lokasi kerja dan aktivitas lainnya seringkali tersebar sangat luas sehingga membutuhkan transportasi untuk berpindah. Dengan padatnya lalu lintas dan buruknya transportasi umum, maka kepemilikan kendaraan bermotor menjadi hal yang wajib bagi kaum urban.

Baca juga:  Empat Macam Ujian yang Akan Dihadapi oleh Orang yang Berilmu

Tidak semua kaum urban di China mampu membeli kendaraan bermotor, sehingga pilihan awalnya adalah sepeda kayuh, lalu berkembang dengan kemampuan teknologi bangsa China untuk membuat sepeda listrik yang dimulai pada awal tahun 2000-an.

Sejak saat itulah China menjadi negara dengan pangsa pasar terbesar untuk sepeda listrik, lebih dari 30 juta sepeda listrik terjual per tahunnya.

Mengapa di China, sepeda listrik bisa lebih bagus penjualannya daripada di Indonesia?

Sepeda motor, dengan pembelian sistem kredit, terbukti mudah dimiliki oleh banyak orang. Sepeda dengan mesin motor memang lebih gesit dan bahkan kecepatannya bisa menyamai mobil.

Namun disadari bahwa semakin tinggi kecepatannya, potensi bahaya kecelakaannya juga lebih tinggi. Ini menjadi pertimbangan utama bangsa China. Sepeda listrik di China dibatasi kecepatannya hanya 20 km/jam.

Lalu ada perhitungan secara teknis dan ekonomis oleh pemerintah China, yang menyatakan bahwa sepeda motor ternyata menghasilkan lebih banyak emisi daripada mobil per penumpang per km. Akibatnya, sejumlah 100 kota di China mulai membatasi bahkan melarang adanya sepeda motor.

Kesadaran akan kebersihan udara yang dihirup dan alasan keselamatan diri inilah yang menyebabkan berkembang pesatnya sepeda listrik di China.

Saya kira dua alasan ini juga selaras dengan ajaran Islam dalam menjaga kebersihan, termasuk kebersihan udara kita dan penghargaan atas nyawa manusia. Ayat Alquran “zdaharol fasadu fil barri wal bahri bima kasabat aydin nasi” dan seterusnya itu, ayat yang mengabarkan kerusakan bumi dan laut disebabkan oleh manusia itu, juga terkait perilaku manusia, dosa-dosa kita para penghuninya, karena tidak mengelola dengan baik dalam berkendara, dalam hal ini kendaraan bermotor.

Udara kotor, suara bising, kemacetan, pemborosan bahan bakar, adalah awal kerusakan alam kita, bahkan punya kontribusi atas hubungan manusias yang tidak sehat.

Juga alasan ini sangat sesuai dengan ajaran leluhur kita: “alon-alon weton kelakon” atau seperti yang sering kita dengar saat ini: “yuk kita santai kayak di pantai”, “woles, Bro”.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top