Sedang Membaca
Belajar Tentang Orang Yahudi
Amrullah Hakim
Penulis Kolom

Pekerja Migas/listrik dan penikmat kisah-kisah sufistik, tinggal di Jakarta

Belajar Tentang Orang Yahudi

Berbekal satu kalam hikman khudzil hikmah walau..walau.. Apa yang terusannya kalam yang keren itu. Tapi intinya, ambillah hikmah meskipun dari sesuatu yang kecil, jelek, musuh, atau tidak berguna. Jika nanti ingat, saya akan sampaikan terusan kalam tersebut. Berkel kalam itu, kita bisa belajar atau mempelajari apa saja, termasuk tentang atau kepada Yahudi.

Dari laman My Jewish Learning, terdapat artikel mengenai tipe-tipe orang Yahudi. Saya kira kita perlu belajar tentang ini. Yahudi selama ini cenderung dianggap sebagai satu kelompok homogen, alias satu jenis, jatu karakter, satu agama mungkin.

Namun ternyata, orang-orang Yahudi selalu memiliki perbedaan internal, dan selama bertahun-tahun telah mengembangkan identitas etnis dan agama yang beragam.

Baca juga:

Di kelompok agama Yahudi kuno, secara garis besar, sejak zaman Al-kitab, orang Yahudi telah dibagi menjadi tiga kelompok agama:

Pertama, Kohanim (Imam): keturunan anak-anak Harun yang melayani sebagai imam di Bait Allah di Yerusalem.
Kedua, Levi: Keturunan suku Levi, yang juga bekerja di Bait Suci sebagai musisi, penyanyi, penjaga, dan penjaga gerbang. Dan ketiga, Israel (Yisraelim): yang merupakan 11 suku lainnya.

Sebagian besar orang Yahudi saat ini adalah orang Israel, tetapi “Kohanim” dan “Levi” masih memiliki beberapa ciri yang membedakan. Kohanim tunduk pada beberapa batasan dengan siapa mereka bisa menikah dan dilarang berhubungan dengan mayat.

Baca juga:  Alquran: Lalaban dan Bumbu Dapur

Mereka juga menerima aliyah pertama ketika Taurat dibaca. Levi menerima aliyah kedua selama pembacaan Taurat, dan dibebaskan dari menebus putra sulung mereka.

Bagaimana dengan Etnis Yahudi?
Orang Yahudi dari berbagai belahan dunia telah mengembangkan budaya dan adat istiadat yang berbeda. Orang Yahudi dari Jerman dan Eropa Timur dikenal sebagai Ashkenazim. Sebagian besar dari apa yang dianggap sebagai Yahudi – bagel, Yiddish, topi hitam – sebenarnya khusus untuk budaya Ashkenazi.

Orang Yahudi dari Spanyol, Semenanjung Iberia dan Diaspora Spanyol dikenal sebagai Sephardim. Dimulai pada abad ke-8, mereka menikmati “Zaman Keemasan” yang harmonis dengan orang-orang Kristen dan Muslim di Spanyol yang berlangsung hingga 200 tahun.

Ketika orang-orang Yahudi diasingkan dari Spanyol dan Portugal pada akhir abad ke-15, mereka melarikan diri ke daerah lain di dunia, membawa tradisi unik mereka, termasuk bahasa mereka – Ladino – bersama mereka.

Mizrahim, atau Yahudi Timur terutama berasal dari Irak, Persia (Iran), dan Yaman, dan terus menyebar dari Maroko hingga Calcutta. Meskipun orang-orang Yahudi Mizrahi pada awalnya menghadapi diskriminasi hebat di Israel karena mereka dipandang sebagai orang udik/kedaerahan, namun saat ini mereka semakin diterima di masyarakat Israel.

Selain itu, ada komunitas Yahudi telah tinggal di Ethiopia selama lebih dari 1.000 tahun. Mayoritas orang Yahudi Ethiopia berimigrasi ke Israel pada 1980-an dan 90-an, dengan sejumlah praktik dan kebiasaan yang berbeda. Seperti orang Yahudi Mizrahi sebelum mereka, orang Israel Ethiopia telah mengalami diskriminasi dan harus beradaptasi dengan budaya yang sangat berbeda. Ada juga banyak komunitas Yahudi di Afrika, seperti komunitas Abayudaya di Uganda.

Baca juga:  Benarkah Huruf Dhad Sekarang Berbeda dengan Zaman Nabi Muhammad?

Di Amerika Serikat, meningkatnya popularitas perkawinan campuran, adopsi dan konversi antar ras telah menumbuhkan populasi warna kulit Yahudi, khususnya orang Yahudi dengan keturunan Asia, Latin, dan Afrika. Aliran keagamaan utama Yudaisme di Amerika Serikat adalah Reformasi, Konservatif, Ortodoks, dan Rekonstruksi.

Populasi Orthodox itu sendiri cukup beragam, dengan banyak subkelompok, seperti ultra-Orthodox atau haredi Orthodox (kelompok yang termasuk Yahudi Hasid), centrist Orthodox dan Modern Orthodox. Sangat beragam: “nondenominasional,” “transdenominasi,” “pasca-denominasi” atau “Yahudi saja”.

Secara keseluruhan, orang Yahudi kadang-kadang disebut sebagai orang Semit, tetapi sering kali istilah ini menjadi membingungkan. Awal istilah ini berasal dari Alkitab, merujuk pada Sem, salah satu putra Nuh. Orang-orang Yahudi dianggap sebagai keturunan Sem, sebuah pandangan yang diterima secara luas dalam waktu yang lama, namun ternyata tidak memiliki dukungan ilmiah.

Di zaman modern, anti-Semitisme dipahami sebagai aktivitas anti-Yahudi, tetapi orang Semit bukanlah istilah teknis/gerakan, dan dapat merujuk siapa saja dari Timur Tengah. Jangan lupa, bahasa Ibrani dan Arab (bersama dengan Amharik, bahasa yang digunakan di Ethiopia) dikategorikan sebagai bahasa Semitik. Memang, tidak jarang orang Palestina dan Arab lainnya bersikeras bahwa mereka tidak boleh anti-Semit, karena mereka menyadari bahwa mereka sendiri adalah orang Semit.

Baca juga:  “Nabi Muhammad Bercukur”: Sebuah Tembang Kerinduan dari Nusantara

Jadi begitu Yahudi. Lumayan buat saya yang ingin belajar. Sebelum undur diri, saya sampaikan lanjutan kalam hikmah yang saya kutip di atas: “Hudzil hikmah walau kharajat min dubur al-kalbi. Ambilah hikmah, walaupun keluar dari dubur anjing.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top