Muncul dua istilah menarik di dunia dunia Islam akhir-akhir ini. Pertama, “Islam Nusantara”. Sudah masyhur, ini istilah “kita”, muncul di negari berpenduduk Islam terbesar di dunia.
Kedua, muncul di dunia Barat, yang disebut sebagai “A Western Islam”. Di dunia Barat saat ini disebut sebagai masa pembangunan “A Western Islam”, istilah baru yang sangat menarik yang dikenalkan oleh majalah The Economist, edisi 16 Februari lalu.
A Western Islam adalah pengejawantahan ajaran Islam dalam kehidupan bermasyarakat di dunia Barat yang sangat berwarna dan dalam sistem pemerintahan Barat yang sekuler, di mana Islam tidak sebagai agama mayoritas.
Baca juga:
- Perbincangan Singkat tentang Islam di Perancis
- Di Spanyol, Islam Datang, Berkuasa, Lalu Diusir
- Menengok Institut Kebudayaan Islam di Paris
Pengejawantahan ini terjadi di generasi ketiga pemeluk Islam di dunia Barat, generasi millennials, generasi yang amat menentukan. Generasi ini memiliki kombinasi apik atas kepercayaan dirinya sebagai muslim sekaligus identitasnya sebagai orang Barat.
Dengan melakukan adaptasi terhadap dua identitas yang berjalan seiring ini, mereka bisa menyelam ke dunia politik, peradilan dan sendi-sendi kemasyarakatan lainnya. Beragama menjadi lebih inklusif dan pribadi.
“A Western Islam” ini telah menunjukkan geliatnya, penandanya seperti “biasanya”, berupa wujud fisik: berdirinya lebih dari 10 ribu masjid dengan cara peribadatan yang beragam. Tapi tentu saja ada penanda yang lain, yakni “prestasi.
Di dunia politik, misalnya di pemilihan midterm Amerika di November 2018, terpilih dua wanita muslim di Kongres, yakni Rashida Tlain dan Ilhan Omar. Walikota London juga seorang muslim, yakni Sadiq Khan. Juga di Rotterdam Belanda, Ahmed Aboutaleb.
Kemarin, kita juga menyaksikan seorang aktor muslim, naik ke panggung dunia perfilman paling bergengsi: Oscar. Adalah Mahershala Ali yang berkulit hitam meraih Oscar kategori aktor pria pendukung. Tahun 2017, dia tercatat sebagai aktor muslim yang pertama mendapat penghargaan di ajang Oscar. Ali “menemani” Rami Malik yang juga seorang anak imigran Mesir-Arab, dengan agama Kristen Koptik.
Itu di dunia politik dan hiburan. Di dunia olahraga, kita sedang menyaksikan “dakwah” seorang muslim Mesir di lapangan hijau, siapa lagi kalau bukan Muhammad Salah. Dan tentu saja kita mengenal Muhammad Ali. Di busana, fashion, komunitas muslim telah mengambil peran penting, seiring booming komodifikasi gaya hidup syar’i.
Secara kuantitas, jumlah muslim di Amerka sekarang sekitar 3.5 juta jiwa sedangkan di Eropa sekitar 26 juta jiwa dengan usia yang lebih muda dibandingkan penduduk aslinya. Nama Muhammad dalam berbagai macam pengucapan, menjadi nama yang populer saat ini.
Ada fakta menarik untuk dibandingkan, muslim di Inggris dan muslim di Prancis. Inggris memiliki hukum yang melindungi keragaman di agama dan praktik keagamaan, sebaliknya di Prancis, jilbab bahkan dilarang di tempat umum termasuk di sekolah.
Muslim di Prancis lebih tidak menampakkan keislamannya daripada di Inggris, namun ternyata non muslim di Prancis merasa lebih bahagia jika memiliki tetangga seorang muslim dan bahkan mereka banyak yang akhirnya menikah. Bisa jadi ini yang malah membuat jumlah muslim terbanyak di negara Eropa adalah di Prancis, sebanyak 5.7 juta jiwa, disusul oleh Jerman sebanyak 5 juta jiwa dan Inggris 4.1 juta jiwa.
Tentu masih banyak tantangan untuk berkembangnya A Western Islam ini, semisal tidak sedikit dari komunitas muslim di Barat adalah penganut puritanisme atau bahkan ultra konservatif. Perlu sikap toleransi yang sangat tinggi terhadap perbedaan dan perlu kontribusi-kontribusi nyata terhadap peradaban masyarakatnya.
Jika ini bisa terjaga, bukan tidak mungkin era kejayaan Islam di masa awal sejarah modern Eropa akan terulang. Sesuatu yang mudah dibayangkan, namun tidak mudah untuk diterapkan.
kok ujug2 kejayaan Islam. yh ditawarkan ke dunia apa dulu dong?
Semoga kami masuk jajaran Western Muslim yang berprestasi.