Pengajar di Pesantren Al-Muttaqien Pancasila Sakti, Klaten, Jawa Tengah

Kuli, Kiai, Komando: 3K Ajaran Mbah Lim

1 A Cipasung 4

Bisa jadi Mbah Lim adalah satu-satunya kiai yang paling banyak menciptakan singkatan dan slogan. Salah satu yang terkenal adalah slogan NKRI Harga Mati yang digunakan oleh TNI dan sekarang dipakai oleh hampir semua lapisan masyarakat.

Santri-santri Al-Muttaqien Pancasila Sakti, pesantren yang beliau dirikan, tentu sudah sangat akrab dengan singkatan-singkatan yang merupakan dawuh Mbah Lim tersebut. Sebut saja misalnya KKBI, SSB, SIBB, 3S, 3K, NKRIP, AMD, 3B, 3R, dan lain-lain.

Singkatan-singkatan tersebut, sepertinya, adalah usaha Mbah Lim untuk merangkum ajaran-ajarannya agar lebih mudah dipahami dan diingat oleh para santrinya.

Sebagaimana yang saya singgung di atas, salah satu singkatan yang merangkum ajaran Mbah Lim adalah 3K. Setidaknya ada dua kepanjangan dari 3K, yaitu pertama, Kuli, Kiai, Komando, dan yang kedua, Karya, Kereng, Kali. Namun yang paling banyak dikutip oleh para santrinya adalah 3K yang pertama. Dan yang pertama inilah yang akan sedikit saya ulas dalam tulisan singkat ini. Untuk 3K yang kedua, insya Allah akan saya jelaskan nanti di lain kesempatan.

Kuli, Kiai, Komando (3K) adalah ajaran Mbah Lim tentang bagaimana seharusnya seorang santri bersikap dan bertindak. 3K adalah sifat dan idealitas yang harus dimiliki oleh setiap santri, baik ketika masih taraf belajar, dan apalagi setelah terjun ke masyarakat.

Baca juga:  Kafe Basabasi, dari Kuliah Tasawuf Milenial hingga Pengembangan Ekonomi

Kuli adalah buruh, simbol dari masyarakat bawah, dimana modal utama yang ia miliki adalah tenaga. Seorang santri, ketika sudah balik dari pesantren, harus bisa bermasyarakat secara baik dengan semua kalangan. Seorang santri harus bisa menjadi pengayom bagi mereka yang lemah dan rentan.

Kuli juga berarti bahwa seorang santri harus terus dan tetap berjuang untuk agama, meskipun hanya dengan menggunakan tenaganya. Kuli mengajarkan bahwa berjuang demi agama tidak memandang strata sosial. Jika hanya tenaga yang kita miliki, maka dengan tenaga itulah kita harus berjuang.

Kiai adalah simbol ilmu, pengetahuan, dan akhlak. Kiai berarti seorang santri yang kembali dari pesantren harus dapat menjadi pelita bagi masyarakatnya. Ia harus dapat menjadi rujukan dan tempat kembalinya umat dalam memecahkan problem dan masalah yang mereka hadapi.

Kiai berarti, selain dengan tenaga, seorang santri harus berjuang untuk agama dan bangsa dengan ilmu yang ia miliki. Karena salah satu tanggung jawab seorang yang berilmu adalah mengamalkan dan megajarkannya kepada yang lain.

Kiai juga berarti seorang santri yang terjun di masyarakat harus siap dengan laku riyadhah dan prihatin. Ia harus siap untuk muthalaah ilmu di saat yang lain sibuk dengan tivi dan gadget. Ia harus siap dengan salat dan zikir malam di saat yang lain sibuk terlelap.

Baca juga:  Islam Struktural Vs Islam Kultural di Aceh

Sedangkan Komando adalah simbol kepemimpinan. Setelah balik dari pesantren, seorang santri harus mampu menjadi pemimpin. Bukan hanya memimpin diri sendiri dan keluarga, tapi juga memimpin masyarakat dan komunitasnya.

Komando berarti seorang santri harus cakap tidak hanya dalam hal-hal keagamaan, tetapi juga cakap dalam masalah sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya. Sehingga ia menjadi pemimpin yang komandonya didengar dan diindahkan oleh umatnya.

Mbah Lim sebagai Representasi 3K

Pribadi Mbah Lim sendiri adalah representasi utuh dari slogan 3K. Beliau memilih hidup di kampung yang 90 persen warganya adalah para buruh. Beliau hidup membaur dengan masyarakat, mengetahui dengan baik denyut kehidupan umatnya, bergaul dengan orang-orang lemah dan terpinggirkan, dan secara perlahan terus mengedukasi dan mengangkat mereka ke dalam kondisi yang lebih baik.

Untuk kiai, memang ada beberapa pihak yang meragukan kekiaian Mbah Lim. Namun sebagian besar orang, dari pengurus ranting sampai pengurus besar, mengakui kekiaian, bahkan kewaliannya.

Untuk komando, tidak ada yang meragukannya lagi. Mbah Lim adalah pemimpin informal umat. Ia yang melobi Presiden Soeharto dan keluarga Cendana agar lunak ke NU dan Gus Dur, ia juga yang kesana kemari menemui para jendral TNI dan polisi serta pemimpin politik demi kebaikan Islam dan Indonesia.

Baca juga:  Mengapa Ulama Sering Berselisih Pendapat dalam Menetapkan Hukum?

Bahkan, secara fisik, penampilan Mbah Lim juga merepresentasikan 3K. Sering kali ia mengenakan pakaian buruh, sehingga tamu yang datang mengiranya tukang parkir, dan tidak tahu bahwa beliaulah kiai yang dituju.

Sering juga ia memakai seragam lengkap TNI, hankam, atau Banser. Dan sering pula ia memakai jubah dan serban sebagaimana kiai yang lain.

Semoga kita semua dapat meneladai dan mengamalkan ajaran-ajaran beliau.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top