Sudah masyhur di kalangan umat manusia bahwa malaikat Izrail memiliki julukan “Sang Pencabut Nyawa” (sesuai dengan tugas-tugasnya), namun tidak banyak yang tahu tentang asal-usul penunjukan malaikat Izrail sebagai salah satu malaikat yang paling ditakuti oleh umat manusia (sebab kebanyakan umat manusia takut mati).
Bukti bahwa malaikat Izrail adalah malaikat yang ditakuti oleh umat manusia adalah doa tentang panjang umur lebih sering diamini daripada doa cepat masuk kubur. Alasan Allah memilih malaikat Izrail sebagai malaikat maut adalah kisah tentang tugas mengambil segenggam tanah di bumi untuk pembentukan tubuh nabi Adam. Kisah ini diceritakan oleh Jalaludin Rumi dalam kitabnya yang bertajuk Al Matsnawi. Berikut kisah lengkapnya.
Setelah menciptakan langit dan bumi, Sang Pemilik Semesta ingin menjadikan seorang Khalifah (pemimpin; dalam hal ini berarti manusia) di bumi. Khalifah tersebut memiliki asal penciptaan yang berbeda dari ciptaan-ciptaan sebelumnya. Malaikat diciptakan dari cahaya, Iblis diciptakan dari api, dan khalifah ini diciptakan dari tanah yang ada di bumi. Akhirnya, Sang Pemilik Semesta mengutus malaikat Jibril untuk mengambil segenggam tanah di bumi sebagai bahan dasar penciptaan tubuh sang Khalifah ini (nabi adam sebagai manusia pertama di bumi).
Malaikat Jibril segera menjalankan perintah dari Sang Pemilik Semesta dengan cara bergegas turun ke bumi. Setelah sampai di bumi dan mengutarakan maksud kedatangannya kepada bumi, malaikat Jibril mendapatkan protes dari bumi. Alasan bumi melakukan protes adalah rasa khawatir terhadap manusia yang hendak diciptakan. Bumi khawatir jika kelak manusia justru akan mendurhakai Sang Pencipta dan membawa kutukan terhadap bumi. Selain protes, bumi juga memuji malaikat Jibril sebagai malaikat yang paling utama di hari akhir di antara para malaikat-malaikat yang lain. Oleh sebab itu, bumi menganjurkan malaikat Jibril untuk lebih memilih belas kasihan daripada pemaksaan. Akhirnya, malaikat Jibril kembali ke hadapan Sang Pencipta dengan tangan kosong.
Setelah malaikat Jibril gagal melaksanakan tugasnya, Sang Pemilik Semesta menugaskan malaikat Mikail dengan perintah yang sama dengan perintah yang ditugaskan kepada malaikat Jibril. Lagi-lagi bumi berhasil membujuk malaikat Mikail untuk menahan diri. Nasib malaikat Mikail tidak jauh berbeda dengan malaikat Jibril. Selanjutnya, Sang Pemilik Semesta memerintahkan malaikat Israfil dengan tugas yang sama seperti malaikat Jibril dan Mikail. Untuk kali ketiga bumi berhasil merayu malaikat Israfil untuk mengurungkan niatnya. Mungkin gegara hal ini bumi menjadi tempat yang paling nyaman untuk mengarang alasan dan membuat bujuk rayuan.
Perintah yang keempat sekaligus yang terkahir diberikah oleh Sang Pemilik Semesta kepada malaikat Izrail. Dengan watak yang paling keras di antara malaikat-malaikat lainnya, malaikat Izrail dengan tegas mampu mengacuhkan rengekan-rengakan bumi dan berhasil membawa segenggam tanah ke hadapan Sang Pemilik Semesta. Bumi memang sempat mendesak malaikat Izrail dengan dalih bahwa tidak mengambil segenggam tanah juga merupakan bentuk menaati perintah Allah, karena Allah juga memerintahkan untuk berbelas kasih kepada peminta.
Malaikat Izrail berhasil mengacuhkan dalih bumi dengan mengatakan bahwa tidak diperkenankan mencari cela melalui pertimbangan analogi (qiyas) untuk ketentuan yang sudah jelas dan pasti (qath’i). Sebab ketegasan inilah, Allah memilih malaikat Izrail sebagai malaikat maut (Pencabut Nyawa). Malaikat Kematian tidak boleh berbelas kasih terhadap makhluk yang hendak dicabut ruhnya, sebab ketegasan tersebut adalah representasi dari ayat “Ketika telah tiba masanya (ajal/kematian), tidak bisa diundur walau sesaat dan juga tidak bisa dimajukan.”
Para Pembaca yang budiman, sudah siapkah bertatapan dengan Malaikat Kematian? Wallahu A’lamu Bis Shawab. (RM)