Sedang Membaca
Kisah Aisyah yang Selalu di Hati Nabi
Avatar
Penulis Kolom

Bergiat di dunia pendidikan. Menulis sastra berupa cerpen. Tinggal di Jawa Timur. IG @elakhmad dan @akhmadmedia.

Kisah Aisyah yang Selalu di Hati Nabi

Muhammad bin Sa’d dalam karyanya yang berjudul Kitab at-Thabaqat al-Kabir mengisahkan masa-masa romantis Nabi Muhammad dan Siti Aisyah ketika menjadi pengantin baru. Sebelum resmi menjadi sepasang pengantin, persiapan-persiapan kecil untuk resepsi pernikahan belum cukup memahamkan Aisyah bahwa ia akan mengahdapi peristiwa besar dalam hidupnya. Aisyah berkata, “Aku sedang bermain petak umpet dengan rambut panjangku yang lepas terurai ketika mereka memanggilku pulang, lalu mendandaniku.”

Abu Bakar telah membelikan Aisyah sebuah baju bergaris-garis merah yang sangat indah dari Bahrain untuk resepsi pernikahan putrinya tersebut. Setelah selesai didandani, Aisyah diantar ibunya menuju rumah barunya dan di sana ditemui para wanita Anshar sedang menunggu kedatangannya yang mendoakan kebahagiaan Aisyah.

Setelah berada di hadapan Nabi Muhammad, rambut Aisyah disisir oleh para perempuan Anshar dan hal itu membuat Nabi Muhammad tersenyum. 

Pernikahan Nabi Muhammad kali ini dilangsungkan dengan sederhana, sehingga hanya semangkuk susu yang dipersiapkan. Nabi Muhammad meminumnya, lalu diberikan kepada Aisyah. Awalnya Aisyah malu-malu untuk meminum bekas Nabi Muhammad, namun setelah didesak oleh Nabi Muhammad, Aisyah bersedia meminumnya.

Setelah meminumnya, Aisyah memberikan mangkuk tersebut kepada kakak perempuannya (Asma’ binti Abu Bakr) yang menemani Aisyah di sampingnya. Asma’ hanya minum seteguk kemudian diberikan kepada para tamu undangan yang lain. Demikian seterusnya, hingga semua tamu meminum susu dari mangkuk yang sama. 

Baca juga:  Perempuan-perempuan Bercadar itu (4, Bagian Terakhir)

Tiga tahun terakhir sejak resepsi pernikahan tersebut, teman-teman Aisyah hampir selalu mendatangi Aisyah di rumah barunya untuk mengajaknya bermain. Suatu ketika Aisyah bercerita: “Aku sedang bermain boneka dengan teman perempuanku. Lalu Nabi Muhammad masuk ke dalam rumah, sehingga teman-temanku cepat-cepat keluar. Beliau menyusul mereka keluar dan menyuruh mereka untuk kembali masuk dan melanjutkan permainan.” 

Dalam beberapa waktu tertentu menurut Muhammad bin Sa’d, Nabi Muhammad pernah turut bergabung dalam permainan. Betapa romantisnya Nabi Muhammad sebagai seorang suami yang memahami situasi dan kondisi istrinya.

Dalam cerita lain, Aisyah menuturkan: 

“Suatu kali Nabi Muhammad memasuki rumah ketika Aku sedang bermain. Lalu Beliau bertanya, ‘Wahai Aisyah, permainan apa kali ini?’ Aku menjawab, ‘Kuda-kudaan Nabi Sulaiman’. Lalu Nabi Muhammad tertawa geli.” 

Nabi Muhammad juga memberikan isyarat jika sedang tidak ingin diganggu, yakni dengan cara menutup diri Beliau dengan jubah. 

Setelah Siti Khadijah meninggal dunia, Nabi Muhammad menikahi beberapa perempuan. Semua istri Nabi Muhammad tentu ingin berebut paling dicintai oleh Nabi Muhammad. Perempuan mana yang tidak ingin dicintai oleh Suaminya? Namun Nabi Muhammad pernah memberikan “bocoran” bahwa Aisyah binti Abi Bakar adalah perempuan yang paling dicintai oleh beliau (selain Siti Khadijah). 

Baca juga:  Keluarga, Benteng Utama Menolak Radikalisme

Hal ini dibuktikan dengan tindakan yang dilakukan oleh Sawdah (satu di antara Istri Nabi Muhammad) yang memberikan jatah harinya bersama Nabi Muhammad kepada Aisyah sebab usia Sawdah yang semakin menua. Keputusan yang diambil oleh Sawdah mengisyaratkan bahwa Nabi Muhammad lebih menyukai berada di rumah Aisyah, meskipun Nabi Muhammad tetap adil terhadap semua istri beliau.

Sebagian sahabat dan istri-istri Nabi Muhammad lainnya juga meyakini bahwa Aisyah adalah Istri yang paling dicintai. Hal ini dilatarbelakangi oleh jawaban Nabi Muhammad atas pertanyaan para sahabat tentang siapa yang paling dicintai oleh Nabi Muhammad di dunia ini. Beberapa hadis menunjukkan bahwa jawaban Nabi Muhammad bervariasi, mulai dari putri dan putra beliau, Ali bin Abu Thalib, Abu Bakr, Zayd, Usamah, hingga Aisyah binti Abu Bakr. Jawaban Nabi Muhammad memang berbeda-beda, tetapi Nabi Muhammad tidak pernah menyebutkan nama istrinya yang lain selain Aisyah. Hal ini menunjukkan bahwa Aisyah memiliki tempat yang istimewa di hati Nabi Muhammad. 

Dalam hadis riwayat Muhammad bin Ismail al-Bukhary (Imam Bukhari), dikisahkan bahwa Ummu Salamah (salah satu Istri Nabi Muhammad) pernah menghadap Nabi Muhammad mewakili istri-istri Nabi lainnya untuk meminta Nabi Muhammad mengumumkan kepada sahabat tentang pemberian hadiah. Telah menjadi kebiasaan di Madinah bahwa siapa pun yang ingin memberikan hadiah kepada Nabi Muhammad akan menunggu Nabi Muhammad berada di rumah Aisyah, sebab mereka menganggap Nabi Muhammad dalam kondisi sangat senang ketika berada di rumah Aisyah.

Baca juga:  Munajat Ulama Nusantara (1)

Hal itu ternyata menimbulkan perasaan kurang nyaman di rumah tangga Nabi Muhammad. Oleh sebab itu, Ummu Salamah meminta Nabi Muhammad untuk menyampaikan kepada penduduk Madinah bahwa pemberian hadiah tidak perlu menunggu Nabi Muhammad berada di rumah Aisyah. 

Nabi Muhammad diam tidak memberikan jawaban atas permohonan Ummu Salamah. Diam Nabi Muhammad membuat Ummu Salamah mengulangi permintaannya lagi, hingga tiga kali dan akhirnya Nabi Muhammad berkata: 

“Tentang Aisyah, jangan mempersulit kondisiku! Sesungguhnya wahyu tidak datang kepadaku ketika Aku berada di selimut seorang istri, kecuali pada Aisyah.” 

Ummu Salamah berkata, “Aku bertobat kepada Allah karena telah menyulitkanmu.”

Inilah alasan Nabi Muhammad mengistimewakan Aisyah, karena atas dasar masalah wahyu bukan masalah nafsu. Wallahu a’lam

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
6
Ingin Tahu
2
Senang
9
Terhibur
3
Terinspirasi
7
Terkejut
5
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top