Sedang Membaca
Abu Sufyan bin al-Haris: Teman Kecil Nabi

Nahdliyin, menamatkan pendidikan fikih-usul fikih di Ma'had Aly Situbondo. Sekarang mengajar di Ma'had Aly Nurul Jadid, Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo. Menulis Sekadarnya, semampunya.

Abu Sufyan bin al-Haris: Teman Kecil Nabi

Husein fahasbu

Salah satu tokoh paling vokal menolak terhadap dakwah nabi adalah Abu Sufyan. Ia berdiri paling depan bersama Abu Lahab dan Abu Jahal menolak, melakukan propaganda dan bahkan mempersekusi nabi. Namun siapa sangka, ia dulu sebelum nabi diangkat menjadi rasul adalah kawan karib nabi. Pertemanan nabi dengan Abu Sufyan bukan hanya pertemanan biasa tetapi pertemanan yang sarat emosional.

Keduanya dilahirkan di waktu berdekatan sehingga di usia kecil keduanya menjadi teman sepermainan. Secara silsilah nasab, nabi dan Abu Sufyan masih sama-sama keturunan Abdul Muthalib. Bukan hanya itu, air susu yang mengalir ketika keduanya masih kecil adalah air susu yang sama, yakni air susu perempuan bernama Halimah al-Sa’diyah. Dengan demikian, Abu Sufyan adalah saudara rodho’ nabi.

Dari latar belakang itu, harusnya ketika nabi mendeklarasikan sebagai utusan Allah Swt. dan mengajak umat manusia ke dalam Islam, Abu Sufyan merespons dan menerima ajakan nabi. Namun justru sebaliknya, di balik kedekatan itu, Abu Sufyan malah menjadi pihak terdepan menolak dakwah nabi. Awalnya berkawan karib menjadi musuh.

Penolakan Abu Sufyan begitu keras. Bertahun-tahun ia menolak dakwah nabi. Hingga nabi di Madinah, ia tetap dengan sikapnya. Sekitar 20 tahun ia melakukan permusuhan dengan nabi.

Baca juga:  Kisah Thalut, Jalut, dan Daud

Setelah sekian lama dan Islam  kemudian menjadi agama yang diikuti banyak orang bukan hanya dari bangsa arab tetapi juga bangsa non-arab. Kabar pembebasan kota Mekkah sebagai kota asli nabi tersiar kemana-mana. Abu Sufyan yang masih tinggal di Mekkah was-was bukan main. Ia yakin jika kaum muslimin berhasil menaklukkan Mekkah, ia menjadi orang pertama yang akan diburu.

Ia kemudian berkata pada anak istrinya agar berkemas-kemas untuk segera melakukan migrasi dan keluar dari Mekkah. Ia begitu terdesak. Hingga kemudian hatinya terbuka dengan kebenaran dan akhirnya mneyatakan masuk Islam.

Ketika nabi persis sampai di kota Mekkah, Abu Sufyan langsung menghadap beliau. Dalam benaknya ia berharap nabi bahagia dengan keislamannya dan sahabat yang lain bahagia dengan bahagia nabi. Namun, faktanya tidak demikian. Rasul berpaling dari Abu Sufyan. Ia juga bertemu dengan Abu Bakar dan Umar. Keduanya juga berpaling bahkan salah seorang dari Kaum Ansar dalam sebuah kesempatan memanggilnya dengan sebutan “Wahai Musuh Allah!’.

Hal itu berlangsung cukup lama. sangat dimaklumi kenapa mereka bersikap demikian kepada Abu Sufyan. Abu Sufyan terlampau banyak membikin bekas luka dan trauma di hati kaum Muslimin.

Ia kemudian mendatangi pamannya, Abbas untuk mencurahkan isi hatinya. Melalui Abbas, ia berharap rasul menerimanya dengan baik. Atau setidaknya jika tidak bisa demikian, minimal ia tidak disakiti oleh kaum Muslimin. Abbas juga angkat tangan. Ia tak mampu membantunya.

Baca juga:  Ngaji Rumi: Sastra Qurani dalam Syair-Syair Masnawi

Cukup lama ia diperlakukan beda. Ia juga merasakan frutasi yang tak berkesudahan. Hingga pada satu kesempatan ia berencana menebus kesalahannya dengan berjalan di sepanjang daratan bersama anaknya hingga mungkin titik akhirnya bisa mati kelaparan.

Mendengar info itu, nabi kemudian berubah. Nabi tiba-tiba menjadi lembut terhadap Abu Sufyan, teman kecil yang lama menjadi musuhnya.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top