Sedang Membaca
Kasyful Ghummah: Pengantar Filsafat Hukum Islam Himpunan Syaikh Abdul Halim Khatib Purba (Mandailing)

Dosen di UNU Jakarta. Selain itu, menulis buku dan menerjemah

Kasyful Ghummah: Pengantar Filsafat Hukum Islam Himpunan Syaikh Abdul Halim Khatib Purba (Mandailing)

Kitab Kasyful Ghummah Pada Menyatakan al-Adillahtis Syar’iyyah adalah kitab berbahasa Melayu aksara Arab (Jawi) karangan seorang ulama besar Nusantara asal Mandailing  yang juga pengasuh Pesantren Al-Musthafawiyah di Lembah Surik, Mandailing Natal (Sumatera Utara), yaitu Syaikh Abdul Hamid b. Ahmad Khatib Purba.

 

Kitab ini berisi kajian pengantar filsafat formulasi hukum Islam (ushul fikih) dalam tataran praktis, bukan dalam tataran teoretis. Syaikh Abdul Halim Purba menjelaskan tentang sumber-sumber pokok hukum Islam dan juga rujukan dalil-dalilnya yang bermacam-macam, yang darinya kemudian produk hukum Islam (fikih) dihasilkan.

 

Pada halaman sampul, terdapat keterangan sebagai berikut:

كشف الغمة فد ميتاكن الأدلة الشرعية دان معناث/ مهمفنكندي اوليه الفقير عبد الحليم بن أحمد خطيب الفربوي المنديلي الاندونيسي خويدم طلبة العلم بالمدرسة المصطفوية بفربا بارو

 

Kasyf al-Ghummah Pada Menyatakan al-Adillah al-Syar’iyyah dan Maknanya/ Menghmimpunkan dia oleh alfaqir Abdul Halim b. Ahmad Khatib al-Furbawi al-Mandaili al-Indunisi, pelayan para penuntut ilmu di al-Madrasah al-Musthafawiyah Purba Baru.

 

Dalam kitab ini, Syaikh Abdul Halim Purba seakan hendak menegaskan bahwa sumber hukum Islam itu yang utama adalah Alquran dan Hadits Nabi. Selain keduanya, terdapat juga sumber-sumber otoritatif lainnya seperti Ijma’ (keputusan ulama) dan Qiyas. Di dalamnya pengarang juga mengetengahkan potret perkembangan hukum Islam yang dinamis bersamaan dengan lahirnya madzhab-madzhab fikih Islam yang empat serta produk-produk hukum turunannya.

 

Melalui kitab ini, Syaikh Abdul Halim Purba juga hendak membantah kaum puritan yang selalu mengkampanyekan kembalinya kepada Alquran dan hadits dalam segala sesuatu, bukan kepada produk-produk fikih madzhab.

Kelompok puritan mengidentifikasi diri mereka sebagai pihak “anti-madzhab” dan kerap menganggap pihak lain yang tidak sejalan dengan pikiran mereka dengan “ahli bid’ah, ahli khurafat, ahli syirik dan bukan ahli al-Qur’an dan Sunnah”. Kelompok puritan ini terhitung mulai berkembang di Nusantara sejak awal abad ke-20 M.

Baca juga:  Pegon Melayu, Lestari di Malaysia

 

Dalam kata pengantarnya, Syaikh Abdul Halim Purba menulis:

دان ساي تولس جوك دالم اين رسالة جواب2 دان دليل2 علماء تنتغ ببراف مسئلة يغ سلالو منجادي فربنتاهن دأنتارا أهل السنة والجماعة دان معتزلة أتو قوم وهابية

…dan saya tulis juga dalam ini risalah jawab-jawab dan dalil-dalil ulama tentang beberapa masalah yang selalu menjadi perbantahan di antara Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Aswaja/Kelompok Tradisionalis) dan Muktazilah atau kaum Wahhabiyyah (Kelompok Modernis).

 

Dalam titimangsa, pengarang menginformasikan jika kitab ini diselesaikannya pada 29 Sya’ban 1389 atau  8 Desember 1969. Sejak awal abad ke-20 hingga masa kitab ini ditulis, perdebatan antara kalangan tradisionalis dan kalangan modernis kerap mengemuka. Kalangan modernis kerap melontarkan tuduhan bidah kepada beberapa praktik keagamaan Islam yang dilakukan oleh kalangan tradisionalis seperti ziarah kubur, merayakan maulid, tahlilan, membaca pupujian menjelang salat, dan lain sebagainya.

 

 

 

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
2
Senang
0
Terhibur
1
Terinspirasi
0
Terkejut
1
Scroll To Top