Sebagai tokoh NU, Kiai Hasyim Muzadi, tidak pernah kehilangan identitasnya untuk memberikan humor-humor segar kepada para jamaahnya. Humor adalah bagian dari dakwah. Begitu juga dakwah tidak bisa dipisahkan dari humor, termasuk Kiai Hasyim.
Salah satu humornya terekam dalam buku Keping Uang Koin: Cerita Kiai Hasyim Muzadi adalah tentang tulisan jelek seorang kiai kampung. Begini kisahnya.
Ketika asyik berbincang-bincang ringan di ruang kerjanya bersama beberapa orang, tiba-tiba dering handphone (HP) Kiai Hasyim terdengar keras.
“Iya, baik, Kiai. Kalau bisa ditulis, di-SMS saja ke saya supaya lebih jelas,” jawaban beliau singkat terhadap sang penelepon.
Perbincanganpun dilanjutkan. Namun tak lama kemudian, HP Kiai Hasyim berdering kembali, sepertinya panggilan dari orang yang sama.
“Iya Kiai, silakan untuk di SMS saja karena sekarang saya sedang ada tamu,” sahut beliau mengulangi jawabannya.
Beberapa menit kemudian HP Kiai Hasyim berdering untuk ketiga kalinya dan rupanya masih berurusan dengan orang yang sama, orang yang dipanggil Kiai oleh beliau sebelumnya. Bedanya, kali ini Kiai Hasyim berbicara sedikit lebih lama dengan sang penelpon.
Usai mengakhiri percakapan melalui HP, beliau tiba-tiba tertawa terpingkal-pingkal, kemudian menceritakan hal lucu yang baru saja terjadi antara sang penelepon bersama beliau.
“Bagaimana saya tidak tertawa, Kiai kampung yang telepon barusan saya suruh nulis saja lewat SMS, maksudnya apa. Tapi malah telepon lagi. Terus saya jawab lagi seperti sebelumnya, ternyata masih juga ngontak lagi.”
“Mungkin merasa sungkan dengan saya, waktu telpon yang ketiga kali tadi akhirnya ia terus terang dan bilang, ‘Mohon maaf, Kiai. Saya merasa tidak enak kalau disuruh nulis maksudnya apa. Karena tulisan saya jelek, saya khawatir nanti sulit terbaca oleh Kiai’, katanya,” tutur beliua sembari menirukan jawaban khas si penelpon ketika disuruh menuliskan maksudnya melalui SMS.
Ternyata jawab kiai yang menelpon itulah yang membuat Kiai Hasyim tertawa dan akhirnya mengalah untuk meladeni dan merespon langsung pembicaraan dengan orang tersebut via HP.
“Orang tersebut belum ngerti apa itu SMS. Dikiranya nulis SMS sama seperti menulis dikertas,” pungkas Kiai Hasyim. Seisi ruangan tertawa setelah mendengar Kiai Hasyim bercerita.
Disarikan dari buku Uang Koin: Keping Cerita Kiai Hasyim Muzadi karya Muhammad Ghozi Al-Fatih yang diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas, 2017.