Sebuah pepatah dari Timur Tengah mengatakan, “Seorang anak membutuhkan seluruh kampung utuh untuk menjaga dan memeliharanya.”
Pepatah ini seolah ingin mengatakan bahwa menjaga dan memelihara anak bukanlah perkara yang gampang. Beberapa waktu yang lalu, saya menemukan buku yang cukup menarik yang ditulis oleh Fethullah Gulen, ulama kharismatik dari Turki. Saya bersyukur bisa memilik buku kecil tersebut. Meski hanya 44 halaman, namun apa-apa yang dituangkan Fethullah Gulen di dalamnya sangat bergizi.
Buku tipis yang berjudul Pendidikan Agama pada Anak (Religious Education of the Child) tersebut memberikan pengetahuan yang tak sederhana bagi orangtua tentang bagaimana mestinya ia mendidik anaknya dalam bingkai agama. Ada banyak hal dan cara atau tips yang harus orang tua lakukan untuk mendidik anak-anaknya. Saya akan mencoba sedikit memberikan ringkasan terhadap apa-apa yang menjadi poin penting dalam buku tersebut, tentunya dalam pembacaan saya pribadi.
Pertama, menanamkan keimanan yang teguh pada diri mereka. Kita mesti memberi tahu sebanyak mungkin mengenai bukti keberadaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Selain itu, jika ingin anak-anak menjadi anak yang beriman, segala perilaku dan kepekaan kita dalam hal-hal tertentu, seperti bagaimana kita pergi tidur, bagaimana kita mengharuskan diri kita sendiri beribadah, dan sebagainya, harus selalu mencerminkan keyakinan kita kepada Allah.
Kedua, mengisi hati mereka dengan cinta kepada Allah dan Rasulllah saw. Hal tersebut menurut Fethullah Gulen ialah salah satu kewajiban orang tua. Memupuk rasa cinta pada Allah, merupakan keharusan dan rasa hormat kita terhadap inti agama Islam. Dengan demikian, lanjut Gulen, mereka akan melihat bahwa tiada ada yang harus dengan sungguh-sungguh dicintai, dicari, atau dirindukan selain Allah.
Selanjutnya, kita juga harus membuat mereka memiliki rasa cinta yang mendalam kepada Rasulullah. Untuk mewujudkan hal itu, hal terpenting yang mesti kita lakukan ialah memberi tahu mereka tentang riwayat kehidupan beliau.
Kita bisa mengenalkan kepada mereka tentang Rasulullah melalui cerita-cerita yang menarik, semisal tentang sikap jujur beliau, rendah hati, kedermawanannya, juga sikap beliau kepada anak-anak, kepada binatang, dan lain sebagainya. Dan hal itu, saya kira tidaklah sulit. Sebab, untuk mencari tahu cerita-cerita seperti itu untuk saat ini sangatlah mudah. Sudah banyak tersaji buku-buku yang berkaitan tentang hal itu.
Tips ketiga ialah membiasakan anak dengan masjid sejak dini. Mesjid atau langgar menurut saya merupakan wadah di mana anak-anak kecil mengenal agamanya dengan lebih ceria. Di sanalah meraka belajar salat sambil bercanda, meneriakkan kata “Aamiin” dengan “semangat 45”, setelah sang imam menuntaskan membaca Alfatihah dan di tempat itu pula biasanya anak-anak belajar alif-alifan dengan canda tawa.
Pada masa Rasulullah, kata Fethullah Gulen, anak-anak begitu bebas pergi ke mesjid kapan pun mereka mau dan berapa pun umur mereka. Selain itu, Rasulullah juga menyarankan kaum muslim agar mendirikan salat di mesjid, dengan urutan shaf laki-laki berdiri di depan, kemudian anak-anak, berikutnya perempuan dan selanjutnya anak-anak perempuan.
Gulen juga menekankan bahwa kita, sebagai orang tua harus membuat anak-anak mencintai masjid dan lingkungannya, sekaligus berusaha keras menjaga agar kesucian mesjid selalu hidup dalam perilaku mereka.
Keempat, beribadah dan mendirikan saalat di depan anak. Rumah kita, kata Gulen, harus selalu secara bersamaan mewakili atmosfer tempat ibadah dan institusi pendidikan. Kita harus memiliki waktu dan tempat untuk mendirikan shalat di rumah, seperti saalat sunnah atau sesekali shalat wajib berjamaah. Selain itu, kita juga harus memiliki waktu menengadahkan tangan pada Sang Pencipta, dan berdoa kepada-Nya. Mengapa?
Sebab, dengan tindakan-tindakan semacam itu, anak-anak yang melihat di sekitarnya orang yang bersujud, mata yang menangis khusuk, serta tangan yang menengadah berdoa, memberikan kesadaran kepada anak akan pengabdian yang mendalam.
Kelima ialah memperkenalkan Alquran dan menghormatinya. Kita harus memberi tahu dan meyakinkan anak bahwa Alquran adalah wahyu terakhir Allah yang tidak dapat disangkal dan memiliki ketetapan kuat yang menunjuk pada batas terjauh ilmu dan teknologi.
Selain itu, membacakan Alquran kepada anak dan mengajari mereka cara membacanya sangatlah penting. Syekh Muzaffer Ozak, seorang mursyid dari Amerika menuturkan bahwa seorang ayah sudah harus mengajarkan kepada anak-anaknya baca Alquran atau menitipkannya pada seorang guru pada usia 4 tahun 4 bulan 14 hari.
Selain mengajarkan baca Alquran, ada hal yang lebih penting menurut Gulen, yaitu memberikan kesadaran kepada mereka bahwa apa yang sedang dibaca ialah “perkataan Allah.” Kita juga mesti berusaha mendapatkan pemahamaan menyeluruh mengenai arti dan maknanya, sebab hal tersebut, menurut Gulen, merupakan suatu isyarat akan rasa hormat yang lebih jauh terhadap Alquran. Lebih dari itu, nantinya anak-anak pun akan merasakan ajaran Alquran secara lebih mendalam dalam hati dan pikiran mereka.
Keenam, mengajari mereka membaca dan menulis. Seperti yang kita ketahui semua bahwa perintah pertama yang diwahyukan kepada Rasulullah saw. ialah perintah membaca, Hal tersebut dapat dikatakan bahwa prioritas utama yang dibangun dalam Alquran adalah membaca dan menulis.
Satu hal yang sangat penting dari aktivitas membaca, menurut Gulen ialah mengarahkan mereka pada suatu tujuan. Dalam artian bahwa anak-anak membaca sesuatu harus memiliki tujuan, di antaranya agar dapat mengenali kemampuan alami mereka sendiri yang paling dalam. Kita mesti mengajarkan mereka membaca sesuatu yang berhubungan dengan diri mereka sendiri dan orang lain.
Senada dengan apa yang diutarakan Kiai Husein Muhammad dalam salah satu bukunya tentang pentingnya membaca ialah bahwa makna Iqra’ sebagai perintah pertama dalam Alquran memiliki banyak makna, di antaranya kita seolah diajak untuk membaca diri sendiri dan merenungkan dalam-dalam, membaca alam semesta, merenungkan inti manusia dan kebudayaan bangsa-bangsa.
Begitu pula dengan aktivitas menulis, Kiai Husein menuturkan bahwa kita mesti belajar mencatat dan menghimpun peristiwa kehidupan manusia masa lalu, kini, dan nanti, serta alam semesta. Mencatat segala pertistiwa kehidupan kita. Yang pada akhirnya, dengan membaca dan menulis, kata Kiai Husein sebenarnya kita telah menciptakan ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban manusia.
Tips yang ketujuh ialah memberi pengajaran tentang hari kebangkitan. Sebagai orang tua kita mesti memberi tahu kepada mereka bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sesaat dan akan berakhir, dan nantinya mereka akan memulai kehidupan yang baru, lagi abadi.
Pada akhirnya, kata Fethullah Gulen, dengan mengajari anak-anak kita segala sesuatu, mulai dari inti iman hingga rukun Islam, kita akan mengarahkan mereka pada Yang Maha Kuasa; dan dengan demikian, kita akan menyelamatkan mereka dari kematian mental dan spiritual.
Dan hal yang terpenting dari semua tips-tips di atas ialah kita, sebagai orang tua harus memberi contoh dalam tindakan terlebih dahulu. Kita mesti berusaha menjadi teladan yang terbaik buat mereka. Imam Ali pernah mengutarakan bahwa, “Allah mengasihi orang yang membantu anaknya berbakti kepadanya.”