Sebagai organisasi massa Islam terbesar di Indonesia, kiprah Nahdlatul Ulama (NU) sejak lama menjadi salah satu alasan Australia mendukung umat Islam, keberagaman, dan toleransi di Indonesia. Faktor pencetus ini mendorong pemerintah Negeri Kanguru tak ragu untuk memperkuat kerja sama dengan NU. Hal ini terungkap saat Menteri Pembangunan Internasional, Usaha Kecil, dan Multikultural Australia, Dr. Anne Aly MP, dan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Alissa Wahid, menandatangani Nota Kesepahaman baru di Surabaya, Selasa (5/8).
Kota Surabaya dipilih lantaran di sinilah tempat NU didirikan pada tahun 1926. Kemitraan jangka panjang diperlukan untuk mendukung pembangunan Indonesia di tingkat komunitas. Di Indonesia, NU merangkul lebih dari 40% Muslim Indonesia hingga tingkat desa.
“Australia dan Indonesia adalah mitra dekat dengan sejarah panjang persahabatan yang kuat. Merupakan suatu kehormatan berada di Surabaya, tempat lahirnya Nahdlatul Ulama, untuk menandatangani Nota Kesepahaman penting ini, yang akan memperkuat kemitraan kita dan mendukung kegiatan-kegiatan penting pengembangan masyarakat,” ungkap Menteri Aly.
Alissa Wahid, perempuan pertama yang menjadi Dewan Pimpinan Pusat NU, berharap Nota Kesepahaman baru akan berdampak pada lebih banyak orang dalam ekosistem NU dan Indonesia secara keseluruhan.
“Nota Kesepahaman ini akan memperkuat kerja sama antara Australia dan NU di bidang penanggulangan bencana, pendidikan, pengembangan manusia, serta mempererat hubungan antara masyarakat Australia dan Indonesia melalui pertukaran dan kegiatan budaya,” kata Alissa.
Anne Aly merupakan perempuan Muslim pertama yang terpilih menjadi anggota Kabinet Pemerintah Australia, mewakili komunitas Cowan di negara bagian Australia Barat. Kunjungannya ke Surabaya menjadi istimewa, karena sekaligus merayakan 35 tahun hubungan provinsi kembarnya dengan Jawa Timur.