Ishq Subhan Allah yang tayang setiap hari di salah satu saluran tv swasta membuat saya bertanya-tanya dari mana serial tv ini berasal. Setiap hari, dari pagi di saluran tersebut menyiarkan berbagai serial tv yang berasal dari India dimulai dari jam 9 pagi hingga jam 5 sore. Semua serial tv ini memiliki ciri khas yang sama. Cara berdoa dan berbagai pertanda seperti api suci yang tidak boleh padam, gelang yang putus merupakan pertanda buruk, perjuangan untuk berdoal di kuil dan lain sebagainya seperti khasnya film India.
Tapi Ishq Subhan Allah berbeda. Tidak ada ritual. Tidak ada pertanda baik atau buruk. Bahkan budaya yang digambarkan di serial itu sungguh berbeda. Islam digambarkan dengan gamblang dalam serial itu. Bagaimana para pemain selalu mengucapkan assalamualaikum (salam) ketika bertemu orang. Masalah zakat dan tanggung jawab membantu orang miskin pun diceritakan dengan aturan Islam. Ujaran memohon ampun dan takutlah kepada Allah sangat sering dipakai dalam dialog film.
Mengingat India merupakan negara dengan komunitas Hindu terbesar dan konfliknya dengan Pakistan yang notabene merupakan negara Islam, saya sempat berpikir bahwa ini merupakan film Pakistan. Bukan film India.
Kita ketahui bersama bahwa Pakistan dan India merupakan saudara kandung. Hanya perbedaan agama yang membuat mereka terpecah. Ketika Inggris hengkang dari India pada tahun 1947, India terpecah menjadi dua kelompok besar. Kelompok Hindu dengan dua pemimpin terkenalnya, Jawaharlal Nehru dan Mahatma Gandhi. Sedangkan kelompok satunya, Liga Muslim yang dipimpin oleh Muhammad Ali Jinnah.
Muslim merupakan kelompok mayoritas kedua di India setelah Hindu. Liga Muslim dalam hal ini menuntut berdirinya negara Islam guna mengakomodasi dan melindungi muslim India sebagai kelompok minoritas di anak benua ini. Kedua saudara kandung ini lalu terpecah, menjadi India, negara dengan mayoritas agama Hindu. Dan Pakistan, negara dengan mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Belakangan Bangladesh pun lahir, setelah memisahkan diri dari Pakistan.
Karena penasaran, saya lalu mencari di internet tentang film ini. Ternyata film ini termasuk film baru yang diproduksi tahun 2018 di sebuah kota di India yang bernama Lucknow.
Lucknow adalah ibu kota negara bagian Uttar Pradesh, India. Kota ini memiliki luas sebesar 3.204 km2 dengan total populasi 2.207.340 jiwa. Kota ini merupakan jawaban bagi dunia atas keserasian antara umat Hindu dan Muslim di India.
Umat Hindu merupakan komunitas terbesar di kota ini yakni sebesar 70%, hampir 30% muslim dan bagian kecil komunitas Sikh dan Kristen yang berjumlah kurang dari 1% (dengan perbandingan, demografi nasional India penganut Hindu mencapai 80% dan 15% muslim).
Di kota ini, terdapat istilah “tehzeebGangga-Jamuni”. Yang artinya “Gangga dan Jamuna, dua sungai besar di India, bertemu dan mengalir menjadi satu di lautan, mengalir bersama sebelum akhirnya terpisah”. Istilah ini menggambarkan toleransi antara dua umat beragama, yakni Hindu dan Islam yang berlangsung selama beratus tahun di kota Lucknow.
Lucknow merupakan satu-satunya kota besar di India yang tidak mengalami masalah besar antara dua komunitas tersebut. Kota ini menjadi salah satu dari daerah paling sejahtera di bagian utara India dengan kondisi wilayah yang subur dan ekonomi pertanian yang berkembang pesat.
Kota Lucknow didirikan pada tahun 1775 oleh para nawabs. Kota ini dengan cepat berkembang menjadi ibu kota budaya di India utara dan dipimpin oleh nawabs muslim syiah yang kaya, yang merupakan keturunan sebuah dinasti di Persia. Banyak monumen, masjid dan bangunan lain di kota ini yang menunjukkan adanya percampuran pengaruh India, Persia, Arab dan Turki.
Nawab Asaf-ad-Daula, seorang pemimpin terdahulu pernah mengatakan bahwa mata kirinya adalah muslim dan mata kanannya adalah hindu. Hingga kini penduduk Lucknow masih berkomitmen terhadap keserasian antara dua keyakinan tersebut. Bahkan kuil Hindu Purana Hanuman menaruh bulan sabit (simbol Islam) di atas kubahnya, sebagai tanda penghormatan terhadap nawabs yang telah membangun kuil tersebut.
Warga muslim lokal seringkali membantu komunitas peziarah Hindu, terutama ketika festival agama Hindu berlangsung. Penganut Hindu pun melakukan hal yang sama bagi Muslim. Mereka saling menghormati dan bertukar salam saat bertemu. (RM)