Pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Hikam, Depok, Jawa Barat Gus Yusron Shidqi memberikan tips atau cara menjadi seorang pemuda yang diinginkan oleh Al-Qur’an. Ia menjelaskan bahwa ciri-ciri pemuda yang sesuai dengan Al-Qur’an ini terdapat dalam surat An-Nur ayat 37.
Beberapa di antara ciri tersebut adalah pemuda yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah. Kemudian senantiasa melaksanakan shalat dan menunaikan zakat. Para pemuda yang seperti ini merasa takut pada suatu hari ketika hati dan penglihatan menjadi terguncang atau hari kiamat.
“Mereka akan takut suatu hari hati itu akan terbolak balik dalam situasi yang tidak stabil karena melihat suatu hal atau pemandangan yang membuat hati ini bergetar, sehingga ada rasa takut tetapi punya pengharapan pada hari kiamat ketika akan mempertanggungjawabkan amal di hadapan Allah,” tutur Gus Yusron dalam Pesantren Digital Majelis Telkomsel Taqwa (MTT), pada Senin (23/8/2021).
Ia memaknai bahwa ayat tersebut menggambarkan potret pemuda ideal yang diinginkan Al-Qur’an atau dengan kata lain disebutnya sebagai pemuda Qur’ani. Sebab mereka adalah orang-orang yang seluruh kegiatan duniawinya tidak akan mengalahkan dari mengingat Allah.
Kemudian, poin penting menurut Gus Yusron dari menjadi pemuda Qur’ani itu adalah harus memiliki visi jangka pendek yakni keselamatan di dunia dan visi jangka panjang yaitu selamat di akhirat kelak.
“Inilah yang sering kita ucapkan di penghujung doa kita, rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qinaa adzabannar. Jadi (seorang pemuda itu) punya visi jangka pendek yang baik, serta visi jangka panjang di akhirat yang baik pula. Pemuda-pemuda yang diharapkan oleh Al-Qur’an itu adalah orang yang memiliki dua visi ini,” ungkap putra Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 1999-2010 KH Hasyim Muzadi itu.
Meski memiliki dua visi itu, tetapi proporsi yang paling utama dari seorang pemuda Qur’ani adalah visi yang jangka panjang. Tujuannya, saat visi jangka pendek tidak tercapai maka tidak akan timbul rasa galau. Bukan justru sebaliknya, mempertahankan atau berambisi mengupayakan visi jangka pendek, tetapi mengorbankan visi jangka panjang sebagai Muslim.
Namun, kata Gus Yusron, para pemuda Qur’ani itu ketika di dunia pasti akan mendapatkan cobaan sebagaimana yang termaktub dalam Al-Baqararah ayat 155. Beberapa cobaan itu berupa sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan.
“Tetapi orang-orang seperti ini (pemuda Qur’ani) meskipun mengalami cobaan berat dari Allah dalam situasi yang tidak normal, seperti Covid-19 ini, maka dia akan tenang saja. Karena yang penting visi jangka panjang tetap diupayakan untuk selamat di akhirat,” terang Gus Yusron.
Tentang upaya mencari keselamatan di akhirat ini, Gus Yusron kemudian menjelaskan surat Al-Qashas ayat 77. Di ayat ini, orang-orang beriman diperintahkan untuk mencari negeri akhirat tetapi jangan melupakan bagian di dunia sehingga dianjurkan untuk berbuat baik kepada orang lain, sebagaimana Allah telah berbuat baik. Allah pun melarang agar tidak berbuat kerusakan di bumi.
“Jadi redaksinya cari akhirat, tetapi jangan lupa dunia. Tapi yang sering kita dengar tidak begitu, yaitu kejar dunia tetapi jangan lupa akhirat. Sementara Al-Qur’an mengajarkan agar mengejar akhirat tapi jangan lupa dunia,” tegas Gus Yusron.
Sebab menurutnya, manusia pasti memiliki kecenderungan untuk mencintai hal-hal bersifat duniawi. Meski tidak disuruh untuk mencari pun, manusia secara naluri pasti akan mencari dunia karena kebutuhan.
“Ada motif-motif manusia yang mendorong kita mencari makan, berkeluarga, mencari keamanan hidup, aktualisasi diri. Itu pasti akan dicari secara naluri. Adapun yang akhirat inilah yang mesti dididik sejak usia dini,” ujarnya.
“Orang-orang (atau pemuda Qur’ani) yang memiliki sifat seperti itu tentu akan kita upayakan, dan kita berdoa terus semoga kita termasuk orang-orang yang memiliki visi jangka pendek yang baik dan visi jangka panjang yang baik,” pungkas Gus Yusron.