Kaum Muslimin berdoa setiap hari. Berdoa menjadi salah satu tuntunan yang diperintahkan Allah sangat jelas dalam al-Qur’an.
Dalil pertama, “Berdoalah kalian kepada-Ku (Allah), niscaya Ku-kabulkan permintaan kalian.” (QS. Al-Mu’min: 60). Syekh Ibnu Atha’illah as-Sakandari menjabarkan bahwa, pengabulan doa tersebut terserah Allah kapan waktu dan bagaimana bentuknya. Bisa jadi seorang awam berdoa namun tak kunjung dikabulkan apa yang dipinta di dunia, bisa jadi Allah sudah mengabulkan apa-apa yang dipinta itu bukan di dunia tetapi di akhirat. Maka seorang awam setelah berdoa, tidak boleh putus harapan akan terkabulnya doa tersebut di kemudian hari baik di dunia maupun akhirat. Atas dasar keyakinan Allah pasti mengabulkan doa-doa itu sesuai kehendak-Nya.
Dalil kedua, “Berdoalah kepada Allah dengan merendahkan diri serta dengan suara hati yang lembut tersembunyi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf: 55). Gus Baha’, menjabarkan bahwa Allah tidak menyukai seorang hamba yang melampaui batas dalam berdoa. Semisal, ada seorang jomblo, muka pas-pasan, berumur dan miskin, jadi tak ada yang mau menikah dengannya. Ia tak ada usaha mencari istri tetapi ujug-ujug berdoa kepada Allah, “Ya Allah saya ingin menikah dengan wanita yang cantik, shalihah, nasabnya baik, tidak pernah marah, tidak cerewet dan kaya.” Nah doa seperti ini sangat mendikte Allah. Ya kemungkinan tidak akan dijawab Allah doa karena seperti ini melampaui batas. Bisa jadi Allah jawab karena stok wanita seperti itu tidak ada di dunia maka doanya ditangguhkan. Jadi, jangan kecewa kalau si jomblo sampai akhir hayat di dunia tak akan menikah, karena jatah istri yang dia minta hanya ada di akhirat.
Dalil ketiga, “Dan berdoalah kepada Allah dengan mengikhlaskan ibadah hanya untuk-Nya.” (QS. Al-A’raf: 29). Doa itu intisari ibadah. Syekh Abdullah al-Haddad dalam syairnya menjelaskan, berdoa itu sebagai bukti saya membutuhkan Allah, karena sebagai hamba, saya lemah dan sangat butuh rahmat dan pertolongan Allah.
Doa Orang Awam & Wali Allah
Orang awam itu biasanya berdoa setelah memiliki persoalan pelik, seperti terlilit utang. Lalu setelah tekanan masalahnya begitu besar ia baru ingat pada Allah. Ia baru sadar bahwa sebagai manusia ia lemah dan tak mampu mengatasi persoalan itu dengan usahanya sendiri. Jadi ia meminta pada Allah untuk membantu mengatasi persoalannya atau setidaknya menunjukkan jalan keluar masalah yang membelitnya. Dengan begitu, seorang awam sangat berharap doanya terkabul karena ia masih takut dan khawatir dengan masalah duniawi yang melilitnya. Dengan kata lain orang awam berpijak pada kebutuhan materi baru ingat Allah. Dan doa seorang awam bisa jadi sangat kriminal ketika doa-doanya tidak terkabulkan lalu ia memberontak pada Allah. Si awam ini tak sabar lalu munkar dari rahmat Allah.
Beda halnya dengan doa seorang wali itu dimulai dari kangen Allah. Doa itu bukti seorang wali meminta, meminta itu bukti ia lemah, merasa lemah itu sudah menjadi bentuk ibadah. Jadi jelasnya si wali hanya meminta saja pada Allah tanpa memikirkan keterkabulan doanya. Karena mereka berdoa saja sudah menjadi kebutuhan dan ibadah baginya. Saat berdoa si wali benar-benar menengadah dan yakin Allah lah yang memberikan seluruh kebutuhannya. Wali sudah tak persoalkan masalah duniawi lagi, semuanya sudah dipasrahkan kepada Allah. Para wali itu hari-harinya diisi dengan memikirkan bagaimana cara mendekat pada Allah.
Doamu sudah seperti wali belum? Kalau belum belajarlah berdoa seumpama wali berdoa. Karena doa adalah kewajiban hamba. Dan Allah-lah yang berkehendak atas pengabulannya. Anggap saja kita berdoa apa saja dan yakin Allah mengabulkan semuanya. Tingkat keyakinan kitalah yang akan menentukan bagaimana Allah mengabulkan doanya. Bisa jadi Allah mengabulkan doa dengan cepat setelah dipanjatkan dengan bentuk sebagaimana yang dipinta, bisa jadi dalam tempo yang lama dan tidak berupa apa yang diinginkan. Buah doa bergantung Allah yang mengabulkan. Jika Allah berkehendak maka jadilah!