Nama beliau sudah masyhur seantero negeri, sebagai kiai kondang, berperawakan tinggi besar dengan rambut gondrong menjuntai. Itu tak diragukan lagi.
Kelihaian mengolah kata membuat barang yang susah dipahami menjadi mudah dimengerti, juga sudah menjadi umum dikonsumsi. Materi seberat empat SKS akan terasa semudah dongeng di forum-forum pengajiannya.
Orang-orang juga pastilah tahu, beliau mahir pencak silat. Sebab sedari muda sudah kerap jadi partner latihannya Kiai Maksum pendiri Pagar Nusa. Sebagai pendekar, beliau juga mahir memainkan pedang.
Petikan gitarnya juga tak kalah heibatnya. Lagu Iwan Fals mana yang tak beliau kuasai. Rock klasik sejaman Metallica juga beliau ampuh memainkannya.
Namun yang tak banyak diketahui adalah saat beliau adalah kesabarannya ngeramut santri yang hampir bunuh diri karena berbagai masalah, mulai dari gagal meyakinkan calon mertua sehingga patah hati ditinggal rabi, atau ditinggal pacarnya yang nikah sama temannya sendiri.
Entah sudah berapa ratus anak muda yang selamat nyawanya setelah ketemu beliau dan disadarkan bahwa ‘itu bukan akhir dari segalanya’. Tak elok untuk memensyen satu-satu di sini tentunya. Tentu tak semuanya berhasil move-on dan berhasil dapat istri, sebab masih banyak juga santri beliau yang jomblonya seperti abadi.
Metodenya menarik. Pada mereka yang patah hati itu, beliau biasanya menyanyikan lagu-lagu tertentu. Yang favorit adalah ‘Lagu Satu’nya Iwan Fals. Lirik lagu ini langsung mak jleb (Yutub deh). Mereka yang dinyanyikan, biasanya, akan komat-kamit ngikuti lagu itu di mulutnya, namun aku yakin, menjerit-jerit kesakitan di hatinya.
Jadi akan baik sekali jika forun jomblo yang selama ini patah hati, ngundang beliau untuk ngasih siraman rohani. Apalagi nasib para jomblo saat ini makin genting. Sebab sebentar lagi Propinsi Aceh akan ngawali melegalkan hukum Poligami, yang jika berhasil, bisa ditiru yang lain. ‘Yang satu belum dapat istri, yang lain sudah nambah lagi. Itupun yang dinikahi jatahnya si jomblo tadi’. (RM)