Sedang Membaca
Panji Sakti: “Ngaji” Melalui Musikalisasi Puisi Religi

Blogger. Pernah menjadi Support Manager Program Soundquarium. Blog: ranselsaya.com dan pantangpadam.com

Panji Sakti: “Ngaji” Melalui Musikalisasi Puisi Religi

Panji Sakti. Namanya masih tercatat sebagai komponis di Sony Music Publisher, selama sebelas tahun. Tak kurang 64 lagu sudah ia ciptakan selama kurun waktu itu.

Siapa yang ingat (atau tidak ingat) lagu Kasmaran yang dilantunkan oleh Jaz, penyanyi Brunei yang fasih berbahasa Indonesia itu?  Siapa yang lupa (atau ingat) lagu berjudul Terlambat yang dibawakan Joeniar Arief tahun 2011?

Lagu ciptaannya Jiwaku Sekuntum Bunga Kemboja dipilih menjadi lagu pembuka sebuah film seri televisi di negeri jiran Malaysia. Penghargaan dari negeri tetangga makin memantapkan perannya sebagai komponis,  ketika lagu berjudul Jangan Ganggu Pacarku menyabet gelar Best Song Singapore pada ajang Anugrah Planet Muzik tahun 2013 lalu.

Meski tidak dirilis di Indonesia, lagu-lagu ciptaannya tetap berbahasa Indonesia, bahkan kemudian ada beberapa lagu yang dinyanyikan dalam bahasa Melayu dan bahasa Filipina.

Panji Sakti di acara Kenduri Cinta

Sebelas tahun berkiprah dan ia belum hendak berhenti menjelajahi ranah baru dalam bermusik. Berawal dari ketertarikan saat rekan-rekannya di Teater UPI menyanyikan musikalisasi puisi karya Sapardi Djoko Damono berjudul Aku Ingin, Metamorfosis, Hujan Bulan Juni, dan lain-lain, ia mulai melirik puisi untuk dijadikan komponen penting dalam karyanya.

Karya musikalisasi puisinya yang pertama adalah puisi dari seorang sahabatnya, Arip Senjaya, berjudul Perahu Lilin. Ia kemudian menciptakan beberapa musikalisasi puisi dari penyair tanah air; Acep Zamzam Noor, Soni Farid Maulana, Tetet Cahyati, Ayi Kurnia Iskandar, dan Puji Jagad. Mayoritas berasal dari Jawa Barat karena dekat dengan tempat tinggalnya di Bandung.

Baca juga:  Didi Kempot, Ngaji Ihya, dan Jiwa yang Begitu-Begitu Saja

Baca juga:

Ekspresi Kecintaan pada Sang Maha

“Musik bagi saya adalah jalan yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia dalam menempuh perjalanan sejati, perjalanan kembali kepada Sang Pencipta. Musik adalah media untuk mengekspresikan kecintaan kepada Sang Maha” ujar Panji Sakti saat ditemui di Café Komuji di Bandung.

Nama café ini berasal dari akronim “Kopi Musik Ngaji” yang digagas oleh Komunitas Musisi Mengaji sebagai tempat berkumpulnya musisi dengan idealisme sama. Bahwa berkumpul di café sembari meminum kopi dapat dengan asyik dikolaborasikan dengan mengaji dan bermusik.

Puisi Sang Guru adalah puisi islami pertama yang di musikalisasi oleh Panji pada tahun 2016. Puisi tersebut adalah karya Puji Jagad yang ia persembahkan untuk Sang Guru.

Inilah bait puisi Puji Jagad yang dimusikalisasi oleh Panji Sakti:

Bolehkan aku berteduh dibawah pohon jiwamu
Menikmati semilir hakikat
Dibawah rindangnya zikir
Menikmati buah buahmu yang segar, ranum dan memabukkan
Bolehkan aku menetap dibalik pejaman matamu
Menikmati dinginnya mata airmu
Yang tak pernah berhenti jatuh
Kubawa pulang dan ku simpan
Dikemaraunya mataku

“Saat itu saya dikirimi puisi Sang Guru oleh seorang sahabat melalui pesan instan, dan kemudian saya buatkan musiknya. Saya belum mengenal Puji Jagad waktu itu, pertama kali bertemu dengannya justru setelah lagunya selesai dan ditampilkan untuk pertama kalinya. Saya menyanyikannya sambil bermain gitar, sementara Puji Jagad menampilkannya dalam bentuk pembacaan puisi”.

Baca juga:  Gus Irwan: Pejuang Inklusivitas dan Toleransi dari Mlangi

Panji menilai Puji sebagai penyair islami yang produktif. Puji rajin menghasilkan karya-karya puisi yang sarat dengan nilai-nilai islami, dengan tetap disusun dalam kata-kata yang indah. Ia dan teman-temannya menjuluki Puji, penenun kata.

Terinspirasi Alhikam

Ada satu puisi Puji yang membuat Panji tertarik memusikalisasinya. Lagunya terinspirasi dari Kitab Al-Hikam, buah karya Syekh Ibnu Atha’illah As-Sakandari, mursyid ketiga dari Thariqah Syadziliyah. Ini inspirasi yang menurut saya,  luar biasa keren karena langka.

Liriknya seperti ini:

Rumah yang kubangun bertahun-tahun, Ingin kutinggali hanya bersama-Mu. Menangis sendu sepenuh rindu di pangkuan-Mu setiap waktu. Lalu Kau belai hatiku penuh syahdu. Kuncilah pintu rumahku agar tiada satupun yang mencuri dan mengganggu apalagi melumat wewangian-Mu. 

Memusikalisasi puisi Puji Jagad menjadi salah satu pintu pembuka bagi Panji Sakti dalam bermusik: mencipa lagu religi. Sudut yang dilirik Panji dalam penciptaan lagu religi tergolong tidak biasa, sebut saja beberapa lagu seperti Aku ingin mencium-Mu yang menggambarkan kedekatan antara Tuhan dengan hambaNya dengan cara yang berbeda.

Lagu Dia Danau yang menggambarkan hamba yang tenggelam dalam kecintaanya kepada Sang Pencipta yang tanpa syarat, atau lagu yang menceritakan ajakan menikah berjudul Halal Denganmu. 

Tidak berhenti sampai sana, sesekali Panji juga menciptakan beberapa lagu anak, seperti Kisah Kaum Tsamud, Agar-agar, dan Tasbih Alam. Ia berharap anak-anak dapat memiliki lagu mereka sendiri.

Lagu-lagu religi dan lagu anak-anak ini sudah sering ia tampilkan dalam berbagai kesempatan, mulai dari kegiatan pentas sekolah hingga di Kenduri Cinta yang digelar pada bulan Oktober 2018 lalu.

Baca juga:  Karamah Kiai Abdul Hamid Mu’in Bettet Pamekasan

Lagu-lagunya bukan hanya dibawakan oleh dirinya, tapi juga oleh rekan-rekan musisinya dengan gaya bermusik mereka masing-masing. Semua itu ia bagikan melalui Instagram dan kanal Youtube dengan nama yang sama @panjisakti dengan tagar #lagupanji dan #tibatibakonser.

“Musik-musik yang tercipta belakangan, semoga akan menjadi pemantik semangat bagi kita untuk merenung, untuk apa kita dilahirkan, untuk apa kita diciptakan,” ujar pria bernama asli Panji Siswanto ini menutup pembicaraan.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top