Setelah berjuang selama 2,5 bulan, 3 finalis esais muda pesantren akhirnya menyelesaikan draft naskah yang akan diterbitkan dalam bentuk buku. Mereka juga telah mempertanggungjawabkan karyanya kepada para dewan juri melalui sidang munaqosyah yang telah diselenggarakan melalui zoometing pada tanggal 25 Januari 2021.
Kompetisi yang dalam rangkaian Hari Santri 2020 ini telah menghasilkan penulis muda berbakat dari rahim pesantren, Ma’had Aly. Waryono Abdul Ghofur, selaku Direktur PD Pontren menyatakan, “menulis adalah keterampilan yang perlu senantiasa diasah dan dibiasakan. Karena itu menulis perlu dibiasakan dan dilatih secara kontinyu. Menulis merupakan budaya manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk Allah yang lainnya. Dengan budaya menulis, manusia lebih abadi dari usia biologisnya.”
Beliau juga mengapresiasi kegiatan yang sangat produktif ini. “Saya sangat mengapresiasi kegiatan ini, dengan harapan, semakin banyak santri yang terampil menulis esai atau karya lainnya, seperti halnya para ulama yang banyak mewarisi karya tulis,” tambahnya.
Nada yang sama juga disampaikan oleh Nur Shoib, Kasubbag PD Pontren, “apresiasi atas kerja kolaboratif antara Ditpdpontren Kemenag dan Alif.id yang turut mendorong budaya menulis bagi kalangan santri, utamanya mahasantri di Ma’had Aly. Selanjutnya mendorong para penulis muda tersebut untuk mendesiminasikan pesan-pesan agama di media online dan media sosial,” paparnya.
Kami menyampaikan keputusan berdasarkan penilaian yang telah dihasilkan oleh para dewan juri melalui pembacaan naskah peserta dan juga melalui sidang munaqosyah bahwa urutan peserta yang menjadi pemenang adalah:
-Juara Pertama Saifir Rohman (judul karya: Jika Kematian Sudah Digariskan, untuk Apa Protokol Kesehatan?)
-Juara Kedua Alwi Jamalulel Ubab (judul karya: Musik dan Sya’ir dalam Tradisi Islam)
-Juara Ketiga Wildan Fatoni Yusuf (judul karya: Santri Salaf Membincang Lingkungan: Ikhtiar Merumuskan Fikih Lingkungan Secara Komprehensif).
Alasan dari penentuan juara tersebut berdasarkan keputusan dari para dewan juri melalui pertimbangan dari berbagai aspek. Diantaranya:
1. Pemilihan tema dan aktualitas atau keterkaitannya dengan kondisi kekinian. Kedua adalah penulisan, yang meliputi gaya, pemilihan diksi, logika kalimat, ejaan, serta kelenturan bahasa. Ketiga adalah kekayaan data/referensi. Keempat adalah sikap/pernyataan/gugatan penulis terhadap tema yang disajikan.
2. Ketiga finalis merupakan hasil saringan ketat dari banyaknya peserta lomba, sehingga mereka adalah yang terbaik. Ketiganya sudah memenuhi kriteria tulisan yang layak diterbitkan, meski harus direvisi untuk mendapatkan hasil maksimal.
3. Setelah membaca tulisan tiga finalis dan menilainya berdasarkan parameter di atas, maka Saifir Rohman mendapatkan nilai tertinggi, 910. Alwi Jamalulel Ubab mendapatkan nilai 895. Wildan Fatoni Yusuf mendapatkan nilai 890.
Dengan demikian, Saifir Rohman berhak mendapatkan hadiah berupa uang 10 juta rupiah, Alwi Jamalulel Ubab 7 juta rupiah, dan Wildan Fatoni Yusuf 5 juta rupiah.
Muhammad Autad An Nasher, selaku ketua panitia berdoa, “semoga buku yang telah dihasilkan para peserta menjadi karya yang bermanfaat dan berkah. Karya ini juga dapat memantik santri-santri Ma’had Aly yang lain bahwa tidak hanya lulusan perguruan tinggi saja yang dapat menulis buku, santri Ma’had Aly pun bisa”.
Selamat ya!