Hosiyanto Ilyas
Penulis Kolom

Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Miftahul Ulum Bangkalan. Pernah menimba ilmu di Ponpes Attaroqqi Karongan Sampang. Pegiat Bahtsul Masail LBM NU.

Peringatan Syaqiq Al-Balkhi Kepada Harun Ar-Rasyid

Politik Jihad Khalifah Harun Arrasyid Di Laut Mediterania Irx

Dikisahkan, ketika Syekh Syaqiq Al-Balkhi hendak menunaikan ibadah haji ia singgah di kota Baghdad. Ketika berada di kota Baghdad, ia diundang oleh Harun Ar-Rasyid untuk datang ke istana Harun Ar-Rasyid.

Ketika Syekh Syaqiq Al-Balkhi bertemu dengan Harun Ar-Rasyid, Harun Ar-Rasyid menyambutnya dengan ungkapan, “Wahai Syaqiq Al-Balkhi sang petapa” Syekh Syaqiq Al-Balkhi menimpali ungkapan Harun Ar-Rasyid, “Aku Syaqiq Al-Balkhi bukan sang petapa, dan engkaulah sang petapa” Harun Ar-Rasyid berkata, “Bagaimana aku bisa jadi sang petapa, sedangkan aku mempunyai kerajaan dan para pelayan.”

Syekh Syaqiq Al-Balkhi menjawab, “Kekayaan di dunia, disisi Allah adalah sedikit, engkau adalah orang yang menerima sebagian dari yang sedikit itu, orang yang zuhud itu adalah orang yang ridha dengan harta yang banyak dari yang sedikit.”

Mendengar pernyataan Syekh Syaqiq Al-Balkhi meneteslah air mata Harun Ar-Rasyid. Dan Harun Ar-Rasyid berkata, “Wahai Syekh Syaqiq Al-Balkhi aku meminta nasehat dan peringatan kepadamu.”

Syekh Syaqiq Al-Balhi menjawab, “Sesungguhnya Allah telah menganugerahi kedudukan kepadamu seperti kedudukan yang diberikan kepada Abu Bakar As-Siddiq, aku berharap kepadamu untuk menjadi orang yang jujur dan dapat dipercaya, engkau dianugerahi kedudukan seperti kedudukan Umar Al-Faruk, aku berharap kepadamu untuk menjadi pembeda antara yang hak dan yang bathil, engkau dianugerahi kedudukan seperti kedudukan Utsman bin Affan, aku berharap kepadamu mempunyai rasa malu, dan engkau dianugerahi kedudukan seperti kedudukan Ali bin Abi Thalib aku berharap kepadamu bisa berlaku adil dan mempunyai pengetahuan yang luas.”

Baca juga:  Haji Fachrodin, Tokoh Muhammadiyah di Jalur Kiri

Setelah Syekh Syaqiq Al-Balhi memberikan nasehat dan peringatan tersebut. Harun Ar-Rasyid belum merasa puas dan meminta lagi untuk diperingatkan kembali. Harun Ar-Rasyid berkata, “Tambahkan peringatanmu kepadaku.”

Syekh Syaqiq Al-Balkhi menjawab, “Ketahuilah bahwa Allah SWT, membuat rumah, rumah itu, diberi nama Neraka Jahannam, Jadilah dirimu penutup pintu-pintu rumah itu, sehingga manusia tidak bisa masuk pada rumah itu, tolonglah mereka dengan hartamu, cemetimu, dan pedangmu. Dengan kekayaan, pedang dan cemetimu, usirlah umat manusia dari Neraka Jahannam. Jika ada yang datang mengharapkan bantuanmu, janganlah engkau bersikap kikir. Jika ada yang menentang perintah Allah, ajari ia dengan cemetimu. Jika ada yang membunuh sesamanya, tuntutlah pembalasan yang adil dengan pedangmu. Jika engkau tidak melaksanakan perintah Allah, maka engkau akan menjadi pemimpin orang-orang yang akan masuk ke Neraka.”

Harun Ar-Rasyid berkata, “Tambahkan lagi peringatanmu.”

Syekh Syaqiq Al-Balkhi menjawab, “Engkau adalah air mancur dan rakyatmu adalah alirannya. Apabila air mancur itu bening maka ia tidak akan tercemar karena kekeruhan aliran-alirannya. Apabila air mancur itu keruh, apakah mungkin aliran-alirannya akan bening?”

Harun Ar-Rasyid berkata, “Tambahkan lagi peringatanmu.”

Syekh Syaqiq Al-Balkhi menjawab, “Andai saja engkau hampir mati kehausan di tengah gurun, dan pada saat itu, ada seseorang yang menawarkan seteguk air, berapa harga yang berani engkau bayar untuk air itu?”

Baca juga:  Lukisan Nabi Muhammad dalam Lintasan Sejarah

Harun Ar-Rasyid berkata, “Berapapun yang dimintanya,”

“Dan seandainya ia hanya mau menjual air itu seharga separuh kerajaanmu?”

“Aku akan memberikannya,” jawab Harun Ar-Rasyid.

“Kemudian seandainya air yang engkau minum itu tidak dapat keluar dari tubuhmu sehingga engkau terancam mati,”

Setelah itu datang seseorang yang menawarkan bantuannya kepadamu, “Akan kusembuhkan engkau tetapi serahkan separuh dari kerajaanmu kepadaku,”

“Apa yang akan engkau lakukan?”

“Aku akan menerima tawaran itu,” jawab Harun Ar-Rasyid,

“Jadi, mengapa engkau membanggakan diri dengan sebuah kerajaan yang harganya hanya seteguk air yang engkau minum lantas engkau keluarkan kembali.”

Setelah mendengar nasehat dan peringatan Syekh Syaqiq Al-Balkhi tersebut, Harun Ar-Rasyid menangis dan jatuh pingsan. Setelah sadar dari pingsannya Syekh Syaqiq Al-Balkhi disuruh menghadap kembali kepada Harun Ar-Rasyid. Harun Ar-Rasyid ahirnya menaruh hormat dan memuliakan Syekh Syaqiq Al-Balkhi.

(Disarikan dari kitab Tadzkiratul Auliya’ Juz, 1 Hlm. 254 Karya:  Syekh Fariduddin Aththar)

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top