Berkeislaman dalam Kebudayaan
Berkeislaman dalam Kebudayaan
Berkeislaman dalam Kebudayaan
Virus Eimous diambil dari nama satu daerah di antara Al-Quds dan Ramala Palestina. Wabah virus ini pertama kali melanda umat Islam dan mengakibatkan korban meninggal berjatuhan, baik dari tentara Islam, tentara Romawi, dan penduduk sekitar Syiria.
Panglima perang umat Islam sendiri, Abu Ubaidillah b. Jarrah serta Muad b. Jabbal termasuk sahabat Nabi yang terjangkit virus ini.
Penularan virus ini baru dapat dihentikan di masa gubernur Syiria di bawah pimpinan sahabat Amru b. Ash. Beliau manyuruh seluruh rakyatnya uzlah dan diperintahkan mengungsi di atas gunung-gunung. Lockdown kalau bahasa sekarang.
Khalifah Umar b. Khattab sendiri yang sedianya melakukan kunjungan kedua kalinya ke kota al-Quds, dihentikan oleh gubernur Syiria itu. Beliau dicegat di perbatasan antara Hijaz dengan Syiria, dan beliau pun kembali lagi ke Madinah, demi keselamatan bersama.
Dosen di Unusia, Jakarta. Menyelesaikan Alquran di Pesantren Krapyak Jogjakarta dan S3 di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
Berkeislaman dalam Kebudayaan
"Masyarakat dunia juga pusing dengan terorisme dan kekerasan. Namun, mereka sadar, kuncinya adalah kebudayaan.”
Foto | 16.05.2017
Dalam praktek keagamaan, oleh kelompok puritan, adat disingkirkan. Adat dinilai sebagai tidak pantas berdampingan agama. Adat manusia, agama Tuhan.
Liputan | 16.05.2017
Sampai hari ini masih ada yang meyakini bahwa Oto benar-benar berkhianat. Hal ini menunjukkan fitnah terhadap Oto itu terkesan “dipelihara”.
Bunga Rampai | 15.08.2017