Saat kelas 11, kami santri-santri SMA Bumi Cendekia mendapatkan guru PPkn baru yang sekaligus menjabat sebagai kepala sekolah. Ia bernama Ubaidillah Fatawi.
“Selamat pagi, teman-teman semua, nama saya Ubaidillah Fatawi, kalian bisa panggil saya Pak Ubed. Saya di sini akan mengajar PPkn menggantikan Miss Oza untuk beberapa waktu ke depan, ngomong-ngomong kalian ingin menggunakan metode pembelajaran seperti apa?,” ujarnya.
“Manut Bapak aja metodenya,” celetuk salah seorang siswa dalam kelas.
“Ooo gitu, kalian bosen nggak dari SD belajar UUD 45, BPUPKI, Pancasila, dan apapun itu yang ada di buku pelajaran? Gimana kalau kita baca buku bareng-bareng, terus didiskusikan bersama-sama?,” tawar Pak Ubed.
“Boleh itu pak dicoba, tapi emangnya bukunya apa?,” tanya salah seorang dalam kelas.
“Nah nanti saya carikan bukunya, nggak usah tebel-tebel yang penting kalian paham lah walaupun itu sedikit-sedikit, nah nanti ujian akhirnya membuat resensi yang nanti goalsnya kita membuat seminar semacam bedah buku gitu,” pungkas Pak Ubed.
Minggu depan, sesuai yang saya tunggu, ternyata Pak Ubed sudah membawakan buku berjudul "Telikungan Kapitalisme Global dalam Sejarah Kebangsaan Indonesia". Beliau, menjelaskan bahwa buku ini merupakan buku karya adiknya Gus Dur, Hasyim Wahid atau yang akrab disapa Gus Im. Ia merupakan seorang aktivis pada zaman era Orde Baru.
Kami, siswa-siswa kelas 11, kurang lebih menyelesaikan satu buku ini dalam satu semester. Setelah selesai membaca saya selalu mencatat poin-poin pentingnya. Kurang lebih catatan tangan saya selama satu semester mengenai buku karya Gus Im sebagai berikut.
Sebenarnya alasan Gus Iim menulis buku ini tidak lain karena ingin agar masyarakat Indonesia dapat membuka mata lebar-lebar: “Kita ini sebetulnya adalah bagian dari konstelasi global yang tidak akan pernah lepas”.
Awalnya, paham Nasionalisme muncul ke Indonesia melalui politik etis Belanda. Setelah paham itu menyebar ke seluruh Indonesia, mulailah berdiri sebuah organisasi-organisasi pasca kemerdekaan seperti Budi Utomo, Sarekat Dagang Islam, dan lain-lain. Seiring berjalannya waktu, kekuasaan Belanda di Indonesia digantikan oleh Jepang. Karena kecerdasan Soekarno dan kawan-kawan, saat Jepang di bom oleh sekutu, Indonesia bisa merdeka pada tahun 1945.
Setelah merdeka, Soekarno sebagai presiden memiliki tiga kekuatan besar, yakni PNI, PKI, dan NU. Namun dalam konstelasi global, ada dua kubu besar yang sedang bertarung; komunis dan kapitalis. Walaupun di depan Soekarno menyatakan gerakan non-blok, realitasnya Soekarno malah berpihak pada kubu komunis. Karena merasa jengkel, kubu kapitalis melakukan adu domba antara PKI dan NU. Alhasil Soekarno pun lengser dan digantikan Soeharto.
Saat Soeharto menjabat sebagai presiden, kubu kapitalis mengusai seluruh sektor di Indonesia. Propaganda-propaganda mulai dilakukan untuk menghilangkan pengaruh Soekarno. Namun dalam konstelasi global, Uni Soviet sebagai negara komunis terbesar, runtuh sebagai sebuah negara. Alhasil kubu kapitalis sudah tidak membutuhkan sokongan politik Indonesia melainkan hanya akan merampas sektor ekonomi. Soehato pun akhirnya dilengserkan yang ditandai dengan reformasi.
Berikut merupakan hal-hal yang saya dapat selama satu semester. Sesuai janji Pak Ubed di awal, akhirnya kami, santri-santri SMA Bumi Cendekia membuat semacam diskusi. Pematerinya antara lain, saya, satu teman saya, dan salah satu dosen Filsafat UGM, yaitu Gus Najib. Kami semua diskusi ngalor-ngidul membahas kapitalisme di Indonesia mulai sejarahnya hingga sekarang.
“Kalau jajan mending di warung-warung desa saja, jangan di Indomaret atau Alfamart kerena kalau kamu jajan di Indomaret atau Alfamart berarti sama saja kamu mendukung praktik kapitalisme,” pesan Gus Najib.
“Benar Gus, saya sepakat kalau kapitalisme itu buruk, karena realitasnya memang gaji-gaji karyawan yang berada di Indomaret atau Alfamart sangat kecil,” ujarku.
Dengan metode pembelajaran seperti yang tertera di atas, saya merasa lebih nyantol ilmunya daripada yang hanya mengulang-ngulang UUD 45, Pancasila dan BPUPKI dalam buku pelajaran. Mungkin bagi guru-guru di luar sana bisa meniru metode pembelajaran PPKn yang terlepas dari buku pelajaran dan tidak kaku.
Metodenya sebenarnya simpel. Setiap jam pelajaran siswa akan membuka file pdf yang sudah dishare oleh guru. Setelah itu, siswa diberikan waktu setengah jam pembelajaran untuk membaca mandiri minimal 2-3 paragraf dalam buku. Setengah jam pelajarannya lagi untuk mendikusikan hal-hal yang tidak kita pahami. Setelah tuntas bukunya dalam satu semester, siswa diminta membuat semacam resensi buku. Resensi terbaik akan menjadi pembicara bersama narasumber dalam rangka bedah buku diakhir semester.
Sebenarnya metode di atas, membuat kita, siswa-siswa SMA Bumi Cendekia, tidak hanya belajar buku pelajaran formal yang dibuat oleh pemerintah. Biasanya buku-buku buatan pemerintah dibuat hanya untuk kepentingan elit-elit saja. Jarang sekali ada buku-buku pemerintah yang netral. Oleh karena itu, saya mengajak kalian para pembaca untuk mencoba metode pembelajaran yang dilakukan guru PPkn di SMA Bumi Cendekia.