Menengok pergulatan seorang perupa muda yang mendalami tradisi kaligrafi Arab.
Selain eksploratif, karya-karya Umar berkarakter mistik.
Antara Awal dan Ketakterjangkauan
Lukisan karya Umar Farq ini adalah eksplorasi visual terhadap aksara Arab yang terpotong-potong, menjadi fragmen-fragmen huruf yang mengapung di atas lapisan biru, seperti ingatan yang samar namun mendalam.
Pada panel pertama (foto atas dan kedua) tertulis "Bismillahirrahmanirrahim", kalimat pembuka segala kebaikan, sumber rahmat yang mengawali segala ciptaan. Namun, lafaz itu hadir tidak utuh, terputus, menyisakan jejak-jejak bentuk yang nyaris tak terbaca, seakan ingin mengajak kita merenung: seberapa utuhkah pemahaman kita terhadap sesuatu yang kita ucapkan berulang-ulang setiap hari?
Panel kedua menampilkan "Alif Lam Mim", rangkaian huruf-huruf muqatta'ah yang dalam tradisi Al-Qur'an memiliki makna tersembunyi. "Tidak ada yang benar-benar mengetahui hakikatnya kecuali Allah. Alif Lam Mim menjadi lambang keterbatasan akal dan pengetahuan manusia. Huruf-huruf ini berdiri sebagai batas antara apa yang dapat dipahami dan yang tetap menjadi rahasia," jelas Umar.
Melalui dua panel ini, Umar ingin berbicara tentang relasi manusia dengan teks suci: antara pengakuan atas kebermulaan (Bismillah) dan kesadaran akan keterbatasan (Alif Lam Mim). Fragmen huruf yang terputus-putus ini menjadi metafora atas bagaimana manusia sering kali hanya mampu memahami sebagian kecil dari makna semesta, seolah-olah huruf-huruf itu hadir sebagai petunjuk yang tidak selalu bisa dibaca dengan utuh.
Tumpukan warna biru yang membalut keseluruhan bidang menjadi simbol lautan pengetahuan yang luas, tempat huruf-huruf itu mengambang, kadang nyata, kadang larut, mengajak kita tenggelam dalam pencarian makna yang tak pernah selesai.
Bismillah munqothiah #5 (foto kedua)
Media : Akrilik pada kanvas (AOC).
SIze: 150 x 60 cm.
Tahun: 2025
Seri bismillah munqothiah
Dalam seri karya yang berjudul "Bismillah Munqotiah", dia ingin menghadirkan abstraksi visual dari sebuah rajah peninggalan bapak yaitu lafal Bismillahirrahmanirrahim yang terpotong-potong. Rajah ini dahulu ditulis di atas piring, huruf-hurufnya dipecah, lalu dilebur bersama air putih. Air tersebut kemudian diminumkan kepada warga yang membutuhkan, air ini dipercaya sebagai air doa yang mampu menyembuhkan segala penyakit, baik jasmani maupun rohani.
Bagi banyak kalangan muslim, lafaz Bismillah memiliki berbagai keutamaan. Ia hadir dalam hampir setiap laku kehidupan, dibisikkan dalam setiap awal, sebagai pengingat bahwa segala sesuatu berawal dari kuasa-Nya. "Saya merekam peristiwa ini bukan sekadar sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai kenyataan yang terus hidup-baik dalam ritual keseharian maupun dalam bentuk-bentuk baru yang lahir dari aksara."
Umar farq adalah warga di kampung pantai selatan Purworejo. Lahir 9 April 1996 di desa Bagelen Purworejo, dan dibesarkan di kultur pesantren. Sempat mengenyam pendidikan pesantren di Al Iman Bulus Purworejo dan Pompei Nurul Iman Sorogenen. Ia juga pernah mengenyam pendidikan seni rupa di ISI Yogyakarta.
Bagi umar, Islam bukan sekedar doktrin, melainkan laku hidup yang terus bergulat dengan realitas sosisal, budaya, dan sepiritualitas masyarakat. Dari sinilah Umar punya ketertarikan artistik pada langgam estetika vernakular keislaman desa dan pesantren. Terutama tentang rajah-rajah, kaligrafi, amalan, spiritual, mitos dan mitologi jawa yang diajarkan oleh bapaknya. Tak hanya berkarya dalam lukisan, Umar juga tertarik mengekplorasi dan bermain dengan material sekitar sebagai media berkaryanya.
Umar aktif sebagai pengurus Lesbumi PCNU Purworejo dan PWNU Jawa Tengah. Ia juga aktif berkesenian di Purworejo, Jogja dan Jakarta, sekali mengikuti residensi di kudus "Tapa Ngeli". Ia mendapat beberapa penghargaan di ajang MTQ Nasional di Kaltim (2024), Kalbar(2022), dan Aceh(2019).
Fragmen aksara #1.
Media: Akrilik pada kanvas (AOC).
Size: 110 x 100 cm.
Tahun: 2025
Judul: Antara awal dan ketakterjangkauan.
Size: 2 panel 60x80 cm.
Tahun: 2025.
Status: Sold out