Pada suatu hari, kalau ingatan tak khilaf, di tahun 2016, saya membaca postingan penyair muda Usman Arrumy di akun media sosialnya perihal penerjemahannya atas kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono ke bahasa Arab.
Oleh Usman, penyair asal Demak Jawa Tengah yang pernah belajar di Pondok Al-Fadllu Kaliwungu dan sekarang sedang belajar di al-Azhar Kairo Mesir ini, kumpulan puisi Sapardi tersebut diberi judul Hammuka Daimun. Judul ini ia ambil dari salah satu puisi Sapardi yang versi Indonesia adalah Duka-Mu Abadi.
Duka-Mu Abadi juga menjadi judul buku kumpulan puisi pertama Sapardi yang terbit tahun 1969. Alasan pemilihan Duka-Mu Abadi sebagai judul kumpulan puisi Sapardi versi Arab oleh Usman tak dijelaskan. Dalam kolomnya di laman basabasi.co (19/03/20) yang berjudul Pada Suatu Sapardi, selain karena sebagai judul buku pertama Sapardi dan musikal dari kalimat tersebut yang sangat terasa, ikonik dan mudah dihafal, Usman hanya mengatakan, langsung “sreg” dengan judul tersebut.
Kata Usman, dalam kolom yang sama, penerjemahan puisi-puisi Sapardi berawal dari percobaannya dalam proses latihan menerjemah. Hasil percobaannya itu ia kirimkan kepada Sulaiman, asisten editor di penerbit yang didirikan Sapardi, Editum. Oleh Sulaiman hasil terjemahannya atas beberapa puisi itu disampaikan kepada Sapardi. Di luar dugaan, jika melihat ekspresi Usman dalam kolomnya itu, eksperimennya disambut baik oleh Sapardi.
Piantun Sepuh nan romantis itu, meminjam istilah Usman memanggil Sapardi, lalu mengirim pesan via email kepada Usman, yang menjadi cikal bakal lahirnya buku Hammuka Daimun.
Dari sekian banyak puisi Sapardi yang diterjemahkan Usman ke bahasa Arab ada beberapa yang telah familiar bagi kita dalam versi bahasa aslinya, Indonesia, seperti Aku Ingin, Yang Fana adalah Waktu dan Hujan di Bulan Juni.
Berikut saya kutipkan salah satu terjemahan dari Usman:
اريد
اريد ان احبك ببساطة
بكلمة لا ينطق بها خشب
الى نار تصيره رمادا
اريد ان احبك ببساطة
باشارة لا يشيرها سحاب
الى مطر يصيره عدما
Puisi berbahasa Arab di atas diterjemahkan oleh Usman dari puisi Sapardi yang berjudul Aku Ingin:
Aku Ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Hammuka Daimun diterbitkan oleh penerbit Dar Tweeta Mesir, dan diberi pengantar oleh salah satu penyair Mesir, Saleem Shahbany. Di kata pengantar tersebut, Saleem mengapresiasi penerjemahan puisi-puisi Sapardi. Karena dengan begitu ada proses pengenalan budaya yang berbeda, dan puisi, kata Saleem, adalah karya sastra yang paling kuat dalam menyibak lingkungan penyair dan budaya masyarakatnya.
Ketika membaca kumpulan puisi Sapardi yang diterjemahkan Usman ini, Saleem, dalam kata pengantarnya itu, mengaku mencercap keindahan. Menurutnya, Sapardi adalah penyair besar yang faham tingkah manusia, tanah kelahiran dan masyarakatnya.
Kemarin, 19 Juli 2020, Sapardi berpulang dan tak akan kembali. Namun beliau telah mewariskan karya yang akan mengingatkan kita kepadanya, dan telah menginspirasi generasi setelahnya, dalam hal ini Usman, menyampaikan puisi indahnya ke luar Indonesia.