Sedang Membaca
Perang Melawan Ingkar Janji
Yatni Setianingsih
Penulis Kolom

Alumni Pascasarjana Program Penciptaan dan Pengkajian Seni ISBI Bandung. Jurnalis tetap yang kini menjadi penulis lepas untuk rubrik perjalanan dan resensi diberbagai media massa seperti Pikiran Rakyat, Koran Jakarta, Sriwijata In-flight Magazine, pernah menulis cerita anak di Majalah Bobo. Twitter :@fenatia

Perang Melawan Ingkar Janji

Membaca buku Bhagawad Gita, saya seolah bukan lagi melihat masa lalu yang amat jauh, melainkan suatu peristiwa yang seringkali terus terjadi jika manusia tidak ingin mewujudkan kehidupan yang damai di muka bumi ini. Ya, meskipun buku ini merupakan tafsir ulang dari Heru HS akan cerita  Mahabharata.

Di mana penulis yang sejak kecil telah diperkenalkan ayahnya pada cerita wayang , hingga dewasa semakin menyenanginya. Sehingga tertarik untuk menuliskan lakon pertunjukan wayang khususnya kisah Mahabharata dalam bentuk novel dengan pendekatan masa kini, yang dapat menarik seluruh generasi untuk membacanya.

Buku ini mengangkat bagian kisah kegalauan Arjuna yang diceritakan kepada Kresna, ketika akan bertarung di medan perang antara Pandawa dan Kurawa yang dikenal dengan nama Perang Bharata Yuda. Akar masalah dari perang saudara tersebut,  karena pihak Kurawa mengingkari janjinya untuk menyerahkan kembali  Kerajaan Indraprasta.

Kurawa sejak lama tidak senang dengan Pandawa, hal itu dilatar belakangi dari pemindahan tampuk kekuasaan di Kerajaan Hastinapura.

Pandu ayah dari Pandawa merupakan raja Hastinapura, Pandu adalah adik Destarata ayah para Kurawa. Namun karena Destarata tuna netra sejak lahir, dan undang-undang Hastinapura melarang orang berkebutuhan khusus menjadi raja, maka Hastinapura diserahkan kepada Pandu.

Destarata menikah dengan Dewi Gandari, sementara Pandu menikah dengan Dewi Kunti dan Dewi Madrim. Tetapi karena tak kunjung memeroleh keturunan, Pandu memutuskan untuk mengasingkan diri dan bertapa ditemani kedua istrinya.

Baca juga:  5 Karya Habib Umar yang Menarik untuk Kita Baca

Selama Pandu bertapa, Destarata dinobatkan menjadi raja sementara, sampai Pandu kembali. Dewi Gandari istri Destarata melahirkan banyak anak yang disebut Kurawa. Sementara Pandu juga mendapatkan keturunan, lima anak yang disebut Pandawa. Dari Dewi Kunti lahir tiga putra, yaitu Yudhistira, Bima, dan Arjuna. Lalu dari Dewi Madrim, lahirlah dua putra kembar Nakula dan Sadewa.

Tak berapa lama Pandu meninggal disusul Dewi Madrim. Dewi Kunti yang melanjutkan mengasuh para Pandawa kecil. Setelah beranjak dewasa, Yudhistira resmi diangkat menjadi raja Hastinapura menggantikan Destarata karena Pandu keburu meninggal. Duryudana, sulung Kurawa sangat tidak senang karena ingin menjadi raja.

Suatu hari saat Pandawa berlibur di suatu pondok, terjadilah kebakaran hebat pada pondok itu. Kemungkinan direkayasa Kurawa, namun hal itu tidak pernah terbukti. Pandawa disangka tewas karena peristiwa tersebut. Hingga akhirnya Duryudana segera dinobatkan sebagai raja Hastinapura.

Setelah pihak Kurawa tahu para Pandawa yang sebenarnya selamat, tetapi para Kurawa tak ingin menyerahkan kembali kerajaan pada Yudhistira. Demi menghindari perang saudara, Pandawa memilih mengalah dengan membuka hutan Kandhawa untuk mendirikan kerajaan Indraprasta. Walau Kerajaan Indraprasta merupakan kerajaan kecil tetapi sangat makmur, rakyatnya hidup damai sejahtera.

Namun kondisi tersebut tak berlangsung lama, kembali terjadi ‘bencana’. Yudhistira bersedia menerima tantangan para Kurawa untuk bermain judi. Mulai dari mempertaruhkan barang-barang kecil hingga akhirnya mempertaruhkan kerajaan masing-masing.

Baca juga:  Membumikan Cerita Sufistik

Yudhistira kalah sehingga Kerajaan Indraprasta jatuh ke tangan Kurawa. Selain menyerahkan Indraprasta,
Pandawa harus mengasingkan diri di hutan selama 12 tahun ditambah satu tahun dalam penyamaran. Setelah itu barulah mendapatkan kembali Kerajaan Indraprasta. Setelah selesai pengasingan, Kurawa tak bersedia mengembalikan Indraprasta kepada Pandawa.

Di tengah kebingungan Arjuna menjelang waktu perang, Kresna memberikan pesan kepada Arjuna untuk menumbuhkan semangat dalam menegakkan keadilan atas sikap Kurawa. Pasalnya rakyat Kerajaan Indraprasta, diperlakukan semena-semena semenjak dikuasai Kurawa.

“Apapun yang kau lakukan atau ingin kalakukan, lakukanlah karena Ilahi. Jalani hidupmu karena-Nya dan arahkan hidupmu hanya kepada-Nya. Berserah dirilah kepada Ilahi. Biarkan Ilahi yang menggerakan hati dan pikiranmu untuk memilih. Ketika kau telah mengerahkan segenap kemampuan berpikirmu dan berserah diri kepada-Nya serta melakukan apa yang seharusnya kau lakukan, maka apapun hasilnya bukan lagi urusanmu. Itu urusan Ilahi, maka tak ada alasan untuk cemas dan takut.” ujar Kresna pada Arjuna.

Kisah dalam buku ini mengajarkan kepada kita, dalam mengambil keputusan kita harus melihatnya dari berbagai sudut pandang. Selain itu, tentunya harus tetap mengingat dan berserah diri kepada Yang Maha Kuasa.

Identitas Buku:

Judul: Bhagawad Gita
Penulis: Heru HS
Penerbit: Ecosystem Publishing, Surabaya
Cetak: 2018
Tebal: 104 halaman
ISBN: 978-602-1527-58-0

Baca juga:  Warga Jerman Melaksanakan Perintah "Iqra!"

 

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top