Sedang Membaca
Pemalsu Hadis Menurut Ibnu Al-Jauzi
Taufik Kurahman
Penulis Kolom

Mahasiswa Pascasarjana Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga

Pemalsu Hadis Menurut Ibnu Al-Jauzi

hadis

…apabila kami menyepakati sesuatu itu baik,  kami menjadikannya sebagai hadis.”

Kalimat di atas dikutip oleh Ibnu al-Jauzi (508-597 H) dari seorang Syiah-Rafidhah dalam karya hadisnya al-Maudhu’at.

Namanya adalah Abdurrahman bin Ali bin Muhammad al-Baghdadi. Garis keturunannya sampai kepada salah seorang sahabat Nabi, yaitu Abu Bakar al-Shiddiq. Beliau merupakan seorang tokoh Sunni-Hambali, seorang sejarawan, ahli tata bahasa, fikih, tafsir, hingga hadis. Salah satu master piece beliau adalah al-Maudhu’at, kitab yang memuat hadis-hadis palsu.

Karya tersebut dinilai sebagai karya gemilang dan penting, bahkan oleh sarjana Barat. Salah seorang orientalis, Albrecht Noth, dalam kesimpulan artikelnya “Common Features of Muslim and Western Hadith Criticism: Ibn al-Jawzi’s Categories of Hadith Forgers” mengajak para orientalis untuk mempertimbangkan kajian dari ulama hadis muslim dalam menentukan otentisitas hadis, yang salah satunya adalah al-Maudhu’at.

Di dalam karya tersebut Ibnu al-Jauzi menyebutkan lima kelompok atau orang yang di dalam hadis mereka terdapat hadis palsu. Empat kelompok pertama dapat disebut sebagai mereka yang membuat atau meriwayatkan hadis palsu secara tidak disengaja.

Pertama, mereka yang terlalu zuhud sehingga lalai untuk menghafal hadis dan menelaahnya. Di antara kelompok ini, kata Ibnu al-Jauzi, ada yang kitab hadisnya hilang atau terbakar. Mereka kemudian meriwayatkan hadis dengan mengandalkan ingatan mereka. Mereka kadang menjadikan marfu’ hadis yang mursal atau membolak-balikan sanad.

Baca juga:  Perempuan-Perempuan Bercadar itu.. (2)

Kedua, orang-orang yang tidak menggunakan kitab atau catatan hadis ketika meriwayatkan hadis, sehingga banyak di antara mereka yang salah dalam periwatannya.

Ketiga, orang-orang yang dapat dipercaya, akan tetapi pikun di akhir hayatnya.

Keempat, mereka yang meriwayatkan hadis yang tidak didengarnya. Ini terjadi karena mereka menganggap boleh untuk meriwayatkan hadis yang tidak mereka dengar.

Kelima, kelompok yang sengaja berdusta. Kelompok ini kemudian dibagi Ibnu al-Jauzi lagi ke dalam tiga kategori: (a) mereka yang tidak tau bahwa mereka meriwayatkan hadis yang salah (khatha`), akan tetapi ketika mereka telah mengatahui bahwa itu salah, mereka tidak mau memperbaikinya; (b) kelompok yang meriwayatkan hadis dari para pendusta, dan; (c) kelompok yang sengaja memalsukan hadis.

Kelompok terakhir, yaitu kelompok yang sengaja memalsukan hadis dibagi oleh Ibnu al-Jauzi ke dalam tujuh kelompok:

Pertama, para zindiq. Beliau menjelaskan bahwa tujuan kelompok ini dalam memalsukan hadis adalah untuk merusak tata hukum Islam (ifsād al-syariāt), memunculkan keraguan di hati masyarakat awam, dan bermain-main dengan agama.

Kedua, kelompok non-sunni. Pemalsuan hadis dilakukan oleh kelompok ini bertujuan untuk membuat teks yang menjadi penopang mazhab mereka.

Ketiga, kelompok yang memiliki “niat baik”. Ibnu al-Jauzi berkata, “[mereka ingin] untuk mendorong dan menghalangi, untuk menggerakkan orang-orang (atau mereka berpikir) untuk berbuat baik dan menahan diri dari kejahatan (al-targhīb wa al-tarhīb).

Baca juga:  Ali al-Wardi dan Apologia Sofisme

Keempat, ucapan yang bukan dari Nabi yang isi redaksinya baik dan memiliki isnad (rantai periwayat). Ucapan-ucapan ini kemudian disejajarkan dengan hadis Nabi.

Kelima, para oportunis atau pencari keuntungan pribadi. Orang-orang ini biasanya membuat suatu hadis yang mendukung hobi penguasa. Tujuannya adalah diberi imbalan, baik berupa harta mau pun pangkat.

Keenam, orang-orang yang mencari “nama besar”. Mereka memalsukan hadis dengan tujuan untuk mendapatkan pengikut.

Ketujuh, para narator cerita-cerita populer (al-qushshāsh). Tujuan mereka adalah menarik banyak pendengar. Salah satu yang menarik pendengar adalah hadis. Karenanya, untuk menarik lebih banyak pendengar, mereka membuat hadis palsu yang redaksinya menarik.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
2
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top