Masyarakat Madura dikenal sebagai entitas yang taat beragama dan teguh dalam memegang tradisi keagamaan. Segala aktivitas senantiasa dilakukan dan disandarkan pada nilai-nilai keagamaan, salah satunya dalam tradisi kompolan keagamaan yang berkembang di Madura. Yang akrab dalam tradisi tersebut diantaranya adalah kompolan Sabellesen, kompolan Pengajian, kompolan Muslimatan NU, kompolan Hadrah, kompolan Saruwa’an, kompolan Tadarrusan, kompolan Burdah, kompolan Mamacca dsb.
Masing-masing kompolan keagamaan memiliki momen tertentu dalam pelaksanaannya. Ada yang bersifat mingguan dan bulanan yang sudah menjadi rutinitas bagi masyarakat seperti sebut saja di desa Prenduan Sumenep dan ada pula pelaksanaannya hanya pada momen tertentu saja. Demikian waktu pelaksanaannya, juga tidak ada aturan tertulis dari masyarakat, melainkan menyesuaikan dengan adat masyarakat yang sudah ada sejak dulu, seperti kelompok kompolan laki-laki pelaksanaannya di waktu malam hari lebih tepatnya ba’da Isya’ atau ba’da Maghrib. Sedangkan perempuan pelaksanaannya pada waktu sore hari ba’da Ashar, hal ini sangat umum dalam masyarakat Madura.
Tempat pelaksanaannya pun dilaksanakan di salah satu rumah masyarakat itu sendiri, dan pertemuan selanjutnya di rumah lainnya, hal ini sesuai dengan arisan yang diperoleh dari kompolan. Jadi, aktivitas ini dilakukan secara bergiliran dari rumah satu kerumah lainnya. Dan terkadang juga terdapat dari sebagian lain yang melaksanakan tradisi ini di musholla atau masjid tertentu yang sudah disepakati bersama dan dihadiri oleh tetangga sekitar yang memang berkenan untuk mengikuti aktivitas ini.
Berdasarkan dari pengamatan penulis, aktivitas tersebut terdapat beberapa dampak yang signifikan terhadap kehidupan masyarakat Madura, karena adanya motivasi mereka yang beraneka ragam dalam mengikuti kompolan, sehingga membuat penulis juga ikut tertarik untuk mengetahui lebih banyak.
Dalam aktivitas kompolan keagamaan yang dilaksanakan di Madura, selain berisi do’a-do’a atau pembacaan Al-Qur’an yang bernuansa religius, kompolan juga merupakan media yang mempertemukan mereka untuk saling berbagi pengalaman, juga berbagi mengenai persoalan hidupnya antara satu dengan yang lainnya dan kompolan ini juga merupakan bentuk ekspresi masyarakat dalam menunjukkan eksistensinya dengan beragam cara dilakukannya, diantaranya dari bentuk penampilan, cara hidup bermoral saat kegiatan kompolan berlangsung, hingga bagaimana masyarakat mendekatkan diri kepada Tuhan di kompolan tersebut.
Kompolan sebagai bentuk religiusitas
Masyarakat Madura dalam memandang kegiatan kompolan sangat positif, sehingga mereka lebih termotivasi mengikuti kegiatan ini dengan motivasi dari pengajian keagamaan yang terdapat dalam kegiatan tersebut, biasanya kegiatan ini dihadiri oleh beberapa tokoh agama seperti Nyai atau Kyai dalam wilayah tersebut, juga terdapat kegiatan yang berisi do’a-do’a didalamnya, dengan mengaharap ridla Allah SWT untuk mendo’akan sesepuh yang telah meninggal dunia karena masyarakat lebih senang berdo’a bersama daripada berdo’a sendirian dirumah masing-masing.
Kompolan sebagai bentuk interaksi sosial
Jika ingin menjaga tali silaturrahmi dengan peserta kompolan lainnya. Hal ini juga dilakukan agar masyarakat bisa menambah jaringan pertemanan antar sesama lainnya. Adapun selain itu, masyarakat sangat suka bercerita tentang permasalahan hidupnya pada seseama anggota kompolan, sehingga tidak jarang melalui kompolan mereka dapat menyelesaikan persoalan hidupnya dengan diberikannya solusi dari beberapa anggota tersebut yang juga merupakan kawan dekatnya. Masyarakat yang termotivasi karena sebab ini, mereka akan cenderung mengobrol daripada mengikuti aktivitas kompolan.
Kompolan sebagai bentuk nilai ekonomi
Masyarakat Prenduan mengikuti tradisi kompolan juga termotivasi dengan adanya arisan didalamnya. Arisan merupakan kegiatan mengumpulkan uang atau menabung oleh beberapa orang dan diundi kemudian siapa yang akan memperolehnya. Mereka mengikuti arisan tersebut untuk kepentingan pribadi saja dan seperti berbelanja persoalan rumah tangga dsb. Maka dalam hal ini, jika terdapat salah satu anggota yang sudah mendapatkan jatah dari arisan tersebut, ketika sudah habis jatahnya maka tidak jarang mereka tidak datang kembali mengikuti kegiatan kompolan, namun hanya menitipkan uang (untuk arisan) tersebut melalui salah satu anggota kompolan.
Beragamnya motif masyarakat dalam mengikuti kompolan keagamaan di Madura tidak pernah lepas dari kondisi lingkungannya, di mana ia bergaul dan dengan siapa ia bergaul. Namun, semua hal itu tidak pernah keluar dari koridor keagamaan. Wallahu a’lam bisshawab.