Syazna Maulida
Penulis Kolom

Mahasiswa Pascasarjana Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Ampel Surabaya.

Arebbe: Hadiah untuk Orang yang Meninggal

Eul 8h8vaaeig04

Arebbe menjadi salah satu tradisi yang paling masyhur dikalangan masyarakat Madura. Tradisi ini bertahan hingga saat ini sebab dianggap sebagai salah satu nilai keharusan yang perlu dilestarikan, sebab bagi masyarakat Madura hal tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Pada umumnya tradisi ini dilaksanakan rutin setiap malam jum’at datang, sebab Arebbe mengandung nilai ajaran Islam, yaitu merupakan bentuk dalam makna sedekah yang lebih diidentikkan dengan memberikan makanan.

Secara bahasa, Arebbe berarti memberi, yaitu memberi sesuatu terhadap orang lain. Sedangkan secara istilah Arebbe bisa dimaknai dengan sedekah berarti memberikan sesuatu kepada orang lain secara sukarela dan tidak ada batasan dan jumlah tertentu. Adapun dalam tujuan khusus, dengan niat untuk bersedekah kepada orang yang telah meninggal dunia dengan mengharapkan pahala baginya.

Arebbe dalam hal ini tidak ada ketentuan tertentu dalam jumlah makanan yang akan diberikan kepada orang lain, bagi masyarakat tertentu biasanya berupa makanan pokok jadi seperti nasi putih, lauk-pauk, rokok beserta korek api dan daun sirih sebagai amina, bahkan tidak jarang juga berupa makanan ringan serta kue yang menjadi pelengkap Arebbe. Namun bagi masyarakat umumnya, berupa nasi putih beserta lauk-pauk saja.

Pelaksanaan Tradisi Arebbe

Pelaksanaan tradisi Arebbe dalam masyarakat Madura secara rutinitas dilaksanakan pada malam Jum’at atau pada hari kamis menjelang maghrib. Pada waktu maghrib, masyarakat dianggap sedang berada dirumah dan telah pulang kembali dari bekerja, selain itu alasan utama dilakukan pada malam Jum’at karena malam Jum’at dipercaya bahwa arwah sesepuh yang telah meninggal dunia akan datang kerumahnya.

Baca juga:  Pulang ke Makanan

Ketika menjelang Maghrib (pada malam Jum’at), si pemberi (se arebbe) mulai mempersiapkan makanan yang akan diberikan, dan untuk sebagian keluarga lain ada pula yang menyiapkan kemenyan atau dupa sebagai wewangian saja, atau juga yang diyakini dapat memanggil arwah sesepuh yang sudah meninggal dunia.

Sebelum makanan diberikan kepada orang lain, dhupa atau kemenyan dihidupkan didalam rumahnya hingga tersebar sampai keseluruh penjuru rumah, setelah itu si pemberi (se arebbe) membacakan surah alfatihah kepada para sesepuh yang sudah meninggal dunia. Setelah semuanya dianggap selesai, si pemberi (se arebbe) memberikan makanan yang telah disiapkan pada salah satu tokoh agama atau tokoh masyarakat atau juga kepada tetangga yang dekat saja.

Kemudian pada  saat si pemberi (se arebbe) memberikan makanannya, terjadilah akad disana, biasanya si pemberi akan menyebutkan nama orang yang telah meninggal dunia yang akan disedekahkan, kemudian si penerima akan mendo’akan orang tersebut sesuai dengan permintaan si pemberi. Terkadang si pemberi meminta untuk ditahlilkan, dibacakan yaasin atau bahkan sekedar meminta untuk di do’akan saja.

Arebbe yang dimaksudkan yaitu pemberian yang pahalanya dihadiahkan kepada orang yang telah meninggal sesuai dengan tatacara dan norma sosial yang berkembang di Madura. Sebab itu, Arebbe merupakan gambaran lain dari sedekah yang di dalamnya pula dido’akan oleh yang bersangkutan. Sedekah merupakan amal jariyah yang pahalanya tidak akan terputus, pahalanya tetap mengalir kepada orang yang bersedekah. Lebih dari itu, masyarakat memahami sedekah yang mereka keluarkan pahalanya juga akan mengalir kepada orang yang telah meninggal disamping pahalanya sekaligus diterima oleh dirinya sendiri.

Baca juga:  Ketika Santri Memilih Jodoh dan Bermukim

Menurut Ibu Riskiyah salah satu tokoh pelestari tradisi, arebbe dianggap sebagai mengirim pahala yang dikhususkan untuk orang yang sudah meninggal dunia. Jadi, niat sedekah yang dikeluarkan untuk mengirimkan pahala bagi yang sudah meninggal, begitupun seperti mengirimkan alfatihah atau do’a pada orang yang telah meninggal dunia. Hal ini juga sesuai dengan hadis Rasulullah Saw. Bahwa pahala sedekah akan sampai pada orang yang telah meninggal dunia.

إن أمي افتلتت نفسها وأراها لو تكلمت تصدقت أفأتصدق عنها فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم نعم

Ibuku telah meninggal dengan tiba-tiba, kukira jika dia sempat bicara, dia akan mensedekahkan sesuatu. Apakah saya bisa bersedekah untuknya?” Rasulullah Shalla Allahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Ya.” (HR. Muwatha’ Malik)

 

Wallahu a’lamu bi-showab.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
11
Ingin Tahu
11
Senang
14
Terhibur
12
Terinspirasi
16
Terkejut
1
Lihat Komentar (1)
  • Koreksi dari pendapat, membakar menyan sebagai pemanggil arwah.
    Menurut saya bukan memanggil arwah, tapi menyambut hadirnya arwah dengan wewangian sebagaimana juga Sunnah …🙏

Komentari

Scroll To Top