Sedang Membaca
Menyambangi Lasem, Menyaksikan Akulturasi Budaya
Susi Ivvaty
Penulis Kolom

Founder alif.id. Magister Kajian Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia. Pernah menjadi wartawan Harian Bernas dan Harian Kompas. Menyukai isu-isu mengenai tradisi, seni, gaya hidup, dan olahraga.

Menyambangi Lasem, Menyaksikan Akulturasi Budaya

Whatsapp Image 2021 12 28 At 5.27.37 Pm

Kota Lasem, Rembang, Jawa Tengah, selalu menarik untuk ditelusuri. Sejarah kotanya, wastranya, kulinernya, dan terutama akulturasi budayanya. Itulah mengapa Lasem tidak akan pernah habis dikais, sehingga alif.id dengan difasilitasi oleh Kementerian Agama RI memutuskan untuk mengeksplorasi Lasem pada tanggal 22—25 November 2021. Kami sengaja memilih Ruman Oei sebagai tempah kami singgah dan menginap, karena simbol-simbol akulturasi budaya Cina dan Jawa lekat tersemat di sana, khususnya arsitektur dan desain interiornya. Kami  berkolaborasi dengan cendekiawan Nahdlatul Ulama,  Ulil Abshar Abdalla, untuk menggarap video perjalanan untuk melongok kembali Lasem di masa kini.

Kami terlebih dahulu membaca penggalan sejarah mengenai Lasem, sebagai pijakan untuk mengeksplorasi kota. Jika kita mundur jauh ke belakang, berbagai sumber menyebutkan, pada tahun 1351 Kerajaan Lasem dibentuk sebagai  kerajaan kecil di bawah Kerajaan Majapahit, dipimpin oleh Ratu Dewi Indu atau Bhre Lasem, yang masih keponakan raja Hayam Wuruk.

Mereka berhasil mengembangkan pelabuhan menjadi kota bandar yang ramai disandari kapal-kapal yang mengangkut berbagai barang dagangan dari dalam dan luar negeri termasuk ekspedisi perdagangan kerajaan Cina. Pada abad XV-XVII, kota Lasem telah ramai dihuni etnis Tionghoa. Selain pelabuhan untuk berlabuh kapal dagang dari berbagai negara, stasiun kereta api Lasem juga turut berperan serta dalam pengangkutan barang dagangan.

Baca juga:  Kisah Kiai Memed Mendirikan Pesantren di Lokalisasi Saritem (1/3)

Oleh karena itu, tim alif.id memutuskan untuk memulai pengambilan gambar di pelabuhan Bonang, untuk menggambarkan betapa pelabuhan menjadi titik krusial tidak hanya untuk perdagangan komoditas barang, namun juga pertukaran budaya pendatang dengan budaya setempat. Setelah dari pelabuhan Bonang, kami melanjutkan perjalanan ke Klenteng Gie Yong Bio, salah satu tempat peribadatan umat Tridharma. Klenteng ini istimewa karena dibangun untuk menghormati tiga pahlawan Lasem, yaitu Tan Kee Wie, Oey Ing Kiat, dan Raden Panji Margono (keterangan ini tertulis di dinding klenteng).

Selengkapnya lihat video berikut:

https://youtube.com/watch?v=EEXatfOMmz0&feature=share

Tidak lupa, kami juga berziarah ke makam KH Ma’shum Ahmad, pendiri Pondok Pesantren Al-Hidayah, Lasem, ayahanda dari KH Ali Maksum, Rais Amm PBNU 1981—1984. Ziarah ini menjadi semacam pegingat diri sekaligus penyegaran spiritualitas bagi kami. Setelah berziarah, menyantap makanan khas Rembang, lontong tuyuhan, menjadi dua kali lebih nikmat.

Keesokan hari, kami bertandang ke rumah batik Nyah Kiok, salah satu dari sangat sedikit rumah batik di Lasem yang terus-menerus mengembangkan batik motif tiga negeri. Motif batik ini merupakan gabungan batik Lasem, Pekalongan, dan Solo, dengan pengaruh Cina yang tampak pada corak dan ragam motifnya. Konon, dulu batik tiga negeri diwarnai di tiga kota. Di Lasem dicelup dengan warna merah, di Pekalongan dicelup dengan warna biru, dan di Solo dengan coklat soga. Kini, makin sulit mencari pembatik tiga negeri. Di toko batik Nyah Kiok Lasem, hanya tersisa 7 pembatik.

Baca juga:  Menag: Indonesia Kehilangan Guru Bangsa Buya Syafi'i Maarif

Pada tahun 1900, dalam laporan yang berjudul De Matregelen in Het Belang van de Inlandsche Nijverheid op Java en Madoera I, disebutkan bahwa Lasem, Pekalongan, dan Surakarta merupakan pemasok kebutuhan batik untuk wilayah Jawa–Madura hingga ke luar Jawa (mengutip National Geography).

Kami juga mengunjungi Pondok Pesantren Avicenna asuhan Gus Luthfi, juga bertamu ke Pondok Pesantren Kauman asuhan Gus Zaim Ahmad, serta soowan ke Pondok Pesantren An-Nur asuhan Gus Qoyyum Mansur untuk berdiskusi mendalam megenai moderasi beragama khususnya di Lasem.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top