Ketika berbicara gender seakan tidak ada habisnya. Hal tersebut terus dibahas mengingat belum tercapainya tatanan masyarakat yang adil gender. Masyarakat sering kali berasumsi bahwa seks dan gender adalah dua hal yang sama. Memang keduanya sama-sama berbicara mengenai jenis kelamin, namun dalam hal tersebut tentunya memiliki substansi yang jauh berbeda.
Seks merupakan jenis kelamin biologis yang bersifat kodrati (tidak bisa diubah) pemberian tuhan, misalnya manusia berjenis kelamin perempuan adalah manusia yang memiliki vagina, Rahim, payudara, memproduksi telur dan mempunyai alat menyusui. Sedangkan manusia berjenis kelamin laki-laki adalah manusia yang memiliki penis, memiliki jakala, dan memproduksi sperma.
Sedangkan gender merupakan jenis kelamin sosial atau pensifatan laki-laki dan perempuan yang direkontruksi oleh masyarakat. Misalnya manusia berjenis kelamin perempuan adalah manusia yang hanya mampu berkiprah seputar kasur, dapur, sumur dan dibatasi geraknya dalam wilayah publik. Lalu manusia berjenis kelamin laki-laki adalah manusia yang memiliki kuasa diranah publik, misalnya laki-laki dianggap kuat, pemimpin, rasional, gesit dan perkasa.
Dari hal tersebut artinya seks adalah suatu hal yang tidak dapat dipertukarkan karena sifatnya melekat dan tidak bisa diubah. Sedangkan gender adalah suatu hal yang dapat berubah dan dipertukarkan. Artinya perempuan bukan hanya bisa berkiprah di wilayah domestik tapi juga di wilayah publik, perempuan juga tidak semuanya manja bahkan banyak yang mandiri dan rasional.
Begitupun dengan laki-laki, ada juga laki-laki yang lemah lembut, bertubuh pendek dan pandai mengerjakan pekerjaan domestik. Lalu mengapa terdapat pembedaan gender? Sejarah perbedaan Gender tercipta melalui waktu yang lama secara berangsur-angsur yang dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu gender dibentuk oleh masyarakat budaya patriarki kemudian disosialisasikan, lalu diperkuat bahkan dikontruksi secara social dan kultural salah satunya melalui ajaran agama dan aturan Negara.
Melalui proses waktu yang lama tersebut akhirnya gender dianggap suatu ketetapan atau kodrat tuhan yang membelenggu perempuan dan laki-laki. Sosialisasi gender dengan waktu yang lama juga sedikit demi sedikit mempengaruhi biologis masing-masing jenis kelamin. Seperti manusia berjenis kelamin laki-laki ia terbentuk dan membentuk dirinya sesuai pola sosial masyarakat misalnya ingin selalu lebih kuat, lebih hebat dari perempuan.
Begitupun sebaliknya, perempuan juga terbentuk dan membentuk dirinya untuk lemah lembut dan tampil anggun atau feminin. Dengan begitu segala sifat yang bisa dipertukarkan bukanlah kodrat melainkan bentuk pengidealan masyarakat, sehingga perbedaan sifat atau bentuk tubuh laki-laki dan perempuan bukan sebuah masalah jika tidak menyebabkan ketidakadilan. Artinya hal tersebut bermasalah jika menyebabkan ketidakadilan.
Karena sesungguhnya gender atau jenis kelamin konsepan masyarakat tidak hanya merugikan kaum perempuan tapi juga kaum laki-laki. Perbedaannya adalah laki-laki diberi kuasa sedangkan perempuan dipaksa. Konsep seks dan gender jangan dipertukarkan maknanya agar tidak memunculkan ketimpangan berbasis gender.
Pengetahuan akan konsep gender dan seks sangat diperlukan karena dengan mengetahui dan memahami perbedaannya akan meminimalisir pelestarian budaya patriari yang selama ini mengekang dan mendiskriminasi khususnya pada perempuan. Sehingga perempuan dibatasi ruang geraknya termasuk dalam hal bersuara untuk mendapatkan keadilan.
Selain itu pengetahuan terkait seks dan gender dibedakan bertujuan untuk mengatasi kesalah pahaman terkait konsep gender itu sendiri yang masih sering terjadi di masyarakat sehingga menghambat usaha perempuan dalam mendapatkan keadilan karena gender yang selama ini tumbuh di masyarakat menciptakan bentuk-bentuk ketidakadilan bagi perempuan seperti stereotype, marginalisasi, subordinasi, pelecehan bahkan kekerasan seksual.
Persoalan pembedaan seks dan gender juga membantu kita mencapai konsep kesetaraan dan keadilan gender, sehingga persoalan-persoalan yang selama ini terjadi sedikit demi sedikit akan terkikis seperti larangan perempuan keluar malam, perempuan wajib punya anak, perempuan dibatasi pendidikan dan ruang geraknya, perempuan dituntut untut terampil memasak padahal memasak bukanlah kodrat perempuan karena laki-laki pun bisa melakukannya.
Pada laki-laki juga membantu mengatasi stigma laki-laki tidak boleh cengeng atau lemah, karir dan penghasilan harus lebih banyak dari perempuan (istri) yang tentunya bagi sebagian laki-laki menjadi sebuah hembatan karena setiap orang mempunyai kapasitas yang berbeda tidak dipengarui oleh jenis kelamin.
Pembedaan seks dan gender juga membantu hak perempuan dalam keamanan dan kenyamanan pengalaman biologisnya. Seperti ketika perempuan hamil lebih diprioritaskan kesehatannya, ketika perempuan menyusui di ruang publik difasilitasi ruang menyusuinya dan diberikan hak cuti melahirkan dengan waktu yang cukup dan tepat sampai pada proses pemulihan pasca melahirkan.
Yuk sama-sama belajar membedakan dan memahami perbedaan seks dan gender agar kehidupan bermasyarakat dipenuhi dengan kerukunan dan perdamaian bukan tuntutan dan pengidealan yang merugikan laki-laki dan perempuan.