Seperti yang kita tahu bahwasannya negara kita Indonesia sedang mengalami keadaan yang tidak baik-baik saja sekarang. Bagaimana tidak, musibah dan bencana datang silih berganti mengiringi musim penghujan tahun ini. Tercatat ada 5 bencana alam yang melanda Indonesia di awal tahun 2021. Dari mulai longsor dan banjir di Kalimantan Selatan, hingga gempa bumi yang terjadi di Sulawesi Barat. (newsmaker.tribunnews.com 18/01/2021).
Insiden jatuhnya pesawat Sriwijaya Air juga ikut menambah daftar musibah yang terjadi. Selain itu, covid-19 yang sedang bersemayam di Indonesia dan seluruh penjuru dunia juga tak kunjung mengakhiri pandemi. Bahkan menurut informasi terbaru terdapat mutasi pada virus tersebut.
Berbagai musibah dan bencana itu mengakibatkan timbulnya penderitaan yang tiada usai. Sepertinya pasrah menjadi satu-satunya pilihan seseorang untuk menghadapi segala cobaan yang ada dan darurat ini.
Makna Nafsu
Dalam agama Islam nafsu sering diidentikkan dengan sesuatu yang bersifat negatif. Karena manusia dianggap kehilangan akal dan nuraninya apabila dikuasai nafsu. Di dalam al-Quran nafsu dimaknai sebagai sesuatu yang ada dalam diri manusia sehingga menyebabkan timbulnya suatu tindakan. (Fuad Nashari, 2002: 194).
Sementara itu, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah memberikan pendapatnya tentang nafsu, yaitu perangai yang sengaja diciptakan oleh Allah di dalam diri manusia untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki dalam rangka memenuhi kebutuhannya. (Qayyim, 1424 H: 436).
Seseorang melakukan sesuatu seperti halnya kejahatan, misalnya mencuri. Alasan yang biasa diungkapkan oleh pelakunya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya, anaknya, maupun keluarganya. Hal tersebut menambah gelar buruk terhadap nafsu bahwa ia merupakan sesuatu yang tidak baik.
Macam-macam Nafsu
Terdapat sedikitnya enam macam nafsu yang memiliki tingkatan tertentu berdasarkan pendapat kelompok sufi generasi terakhir. (MTUIM, 2015 :1097) Pertama, nafsu ammarah. Yang mana direpresentasikan oleh sifat kikir, tamak, sombong, dan dengki.
Kedua, nafsu lawwamah, dengan sifat senang mencela diri, menahan, berpikir dan berpaling. Mencela diri sendiri memang sangat tidak dianjurkan. Karena apa yang terucap dari mulut kita bisa saja menjadi doa dan berakibat buruk pada diri kita sendiri.
Ketiga, nafsu mulhimah. Realisasi dari nafsu ini yaitu pada sifat tawadhu’, sabar, qana’ah, dan tabah. Keempat, ada nafsu muthmainnah yang identik dengan sifat tawakkal, murah dan rendah hati, serta senantiasa bersyukur. Kelima, nafsu mardhiyyah. Bertaqwa, berakhlak baik dan bertafakkur mendominasi di dalam nafsu ini.
Selanjutnya yang terakhir ada nafsu kamilah, dimana sifatnya meliputi seluruh sifat yang terdapat pada keterangan nafsu sebelumnya.
Dari beberapa penjelasan tersebut dapat kita ketahui bahwasannya tidak semua nafsu berpredikat dan bertabiat buruk. Stigma yang tersemat pada kata nafsu merupakan akibat dari seringnya nafsu yang digambarkan sebagai sesuatu yang buruk. Sehingga masyarakat mengalami kesalahpahaman dalam memahami ini.
Realisasi Nafsu Mulhimah dalam Menghadapi Cobaan
Sebuah pendapat mengatakan bahwa makna dari nafsu mulhimah merupakan ilham yang datang dari Allah SWT melalui bisikan malaikat kepada manusia berupa gagasan-gagasan yang baik untuk diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. (Susetya, 2006: 18)
Ciri-ciri orang yang memiliki nafsu tersebut biasanya berperilaku baik dan positif. Seperti senang bersedekah, sabar, tabah, menerima apa adanya segala keadaan yang menimpanya, serta senantiasa bertaubat.
Dalam menghadapi musibah, bencana, dan cobaan yang ada, sepertinya nafsu ini dapat dijadikan sebagai alternatif untuk menghalau penderitaaan yang dialami. Sebagai orang yang ditimpa penderitaan berupa cobaan musibah. Ada baiknya mengambil sifat sabar, tabah, serta qanaah dalam nafsu ini. Karena Allah selalu bersama dengan orang-orang yang senantiasa sabar dalam menghadapi berbagai situasi dan kondisi apapun. Terutama mereka yang mengalami musibah sebagaimana firman-Nya
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta dengan orang-orang yang sabar. (Q.S. al-Baqarah: 153)
Selain sifatnya yang dapat diambil oleh orang yang sedang mengalami cobaan. Nafsu mulhimah ini juga dapat menjadi pilihan bagi mereka yang tidak sedang ditimpa cobaan berat layaknya orang-orang tersebut. Melalui sifat suka bersedekah, meskipun tidak dapat menyelesaikan segala permasalahan yang ada. Setidaknya dapat mengurangi beban cobaan bagi yang menderita.
Dengan sedikit menyisihkan rezeki yang dimiliki tidak akan telak membuat kita jatuh miskin. Mereka yang ditimpa musibah sudah dapat dipastikan membutuhkan uluran tangan dari mereka yang beruntung tidak mengalami apa yang mereka alami.
Hendaknya sebagai manusia yang kodratnya makhluk sosial serta memiliki nurani. Diharuskan bagi seseorang untuk membantu sesamanya apalagi yang sedang mengalami dan menghadapi cobaan. Karena Allah menyukai orang yang senantiasa berbuat kebajikan.
وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ وَأَحْسِنُوا ۛ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Artinya: Dan belanjakanlah (harta benda) mu di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu dalam kebinasaan, dan berbuat bailah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (Q. S. Al-Baqarah: 195)