Di era digital seperti saat ini, banyak orang yang ingin terkenal di dunia maya. Bagi mereka yang kreatif tentu tak tak sekadar ingin terkenal saja, tapi juga ingin menghasilkan pundi-pundi rupiah dengan keterkenalannya itu. Salah satu cara untuk menjadi ‘terkenal’ yang kini banyak didambakan oleh orang-orang, terlebih bagi anak-anak muda, adalah dengan menjadi seorang selebgram.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan selebgram? Mengutip keterangan di website teknologivirtual.com (14/04/2017) selebgram berasal dari kata selebriti dan instagram. Kedua kata tersebut kemudian dilebur (disingkat) menjadi selebgram. Instagram adalah jejaring sosial (milik facebook) yang berfungsi untuk berbagi foto. Kesimpulannya, selebgram adalah artis atau selebriti yang terkenal melalui instagram.
Perlu dipahami, meskipun hanya terkenal lewat dunia maya (instagram) akan tetapi tidak menutup kemungkinan seorang selebgram menjadi terkenal di dunia nyata. Lebih-lebih bila ia sudah memiliki banyak pengikut (followers), maka tak ayal ia akan menjadi incaran para pemilik bisnis. Ia akan kebanjiran tawaran untuk meng-endorse produk-produk dagangan mereka agar semakin laris manis di pasaran. Inilah yang menjadi alasan mengapa banyak orang, terlebih anak-anak muda tertarik ingin menjadi selebrgam. Apalagi bila mereka memiliki fisik dan tampang yang menarik, tentu peluang menjadi selebgram yang kaya raya akan semakin besar.
Anitana Widya Puspa (ekonomi.bisnis.com, 04/08/2019) pernah menguraikan bahwa fenomena membeludaknya pengguna instagram ternyata dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat, khususnya para selebgram. Dengan ratusan ribu dan jutaan pengikut setianya, membuat banyak perusahaan besar melirik mereka untuk mempromosikan produk-produknya. Tak heran bila bisnis endorsement yang digerakkan oleh para selebgram lantas menjadi ladang bisnis yang menggiurkan. Awkarin misalnya. Ia adalah salah satu sosok yang kaya raya setelah menjadi selebgram. Konon, ia mendapat honor Rp4 juta hanya untuk satu kali postingan endorsement-nya.
Pahami Risikonya
Fenomena selebgram yang dari waktu ke waktu semakin banyak digandrungi oleh kaum muda memang sangat menarik untuk dibahas sekaligus penting untuk dikritisi. Ya, karena menjadi selebgram itu tak selamanya menyenangkan. Banyak dampak buruk yang bisa menimpa para selebgram karena mereka kurang memahami sejak dini tentang konsekuensi atau risiko yang harus ditanggung setelah menjadi selebgram.
Oleh karena itu, bagi siapa saja yang tertarik menjadi seorang selebgram, penting untuk memahami berbagai risiko atau dampak buruknya. Mengutip catatan di laman loop.co.id (17/07/2019) ada lima risiko yang harus dihadapi oleh selebgram. Apa saja kelima risiko tersebut? Mari kita bahas satu persatu.
Pertama, harus siap menghadapi haters. Sebagaimana kita ketahui, di dunia nyata, lebih-lebih di dunia maya, kita seolah tak bisa terlepas dari orang-orang yang tak menyukai keberadaan dan aktivitas kita. Apalagi sebagai selebgram, orang-orang yang tak menyukai (haters) akan selalu bermunculan, lalu mereka akan beramai-ramai membully lewat kolom komentar. Bagi orang yang tak tahan dengan segala bentuk bully-an, maka sebaiknya jangan coba-coba menjadi selebgram.
Kedua, kehilangan privasi. Sebagaimana artis pada umumnya, menjadi selebgram juga harus berani menanggung konsekuensi kehilangan privasinya. Padahal, setiap orang tentu memiliki privasi yang tak ingin diketahui oleh publik. Sementara ketika kita memutuskan menjadi selebgram, privasi kita otomatis menjadi terancam, karena setiap gerak-gerik kita akan selalu dipantau oleh masyarakat luas, lebih-lebih para haters yang selalu berusaha untuk menjatuhkan harga diri kita di depan publik.
Ketiga, berani menerima (menghadapi) gosip miring. Salah satu hal tak menyenangkan dalam hidup ini adalah ketika ada ‘gosip’ melingkupi kehidupan pribadi kita. Terlebih bila gosip tersebut tidak sedap dan bisa menghancurkan reputasi kita. Nah, menjadi selebgram tentu sangat rentan dengan berbagai gosip. Maka, mau tidak mau ia harus siap dan berani menghadapi beragam gosip yang bisa datang kapan saja. Ia harus tahan banting dan siap mental saat mendengar gosip miring tentang dirinya.
Keempat, harus kreatif. Menjadi selebgram sepintas sangat mudah, padahal tidak demikian. Ia harus berjuang mati-matian agar tetap disukai oleh para penggemar atau followers-nya. Oleh karenanya, ia harus selalu berusaha ‘membranding’ diri sendiri dan berupaya berpikir kreatif menciptakan inovasi-inovasi agar orang-orang menyukainya. Bahkan kalau bisa, followers-nya semakin bertambah. Tanpa berpikir kreatif ia akan cepat tersingkir dan tak bisa eksis lagi.
Kelima, bukan jaminan kebahagiaan. Perlu dipahami bahwa menjadi selebgram itu bukan satu-satunya jaminan kebahagiaan. Masih banyak jenis profesi lain yang bisa digali dan kembangkan. Mungkin sebagian dari kita hanya melihat hal yang enak-enak saja dari kehidupan seorang selebgram. Padahal tidak seperti itu. Bukankah pernah kita lihat, ada sebagian selebgram tiba-tiba mengunci akun Instagram-nya karena merasa terusik kehidupan pribadinya?
Menurut saya, kelima risiko tersebut sangat penting direnungi dan pahami oleh siapa saja yang tertarik menjadi seorang selebgram. Jangan sampai ingin enaknya saja, misalnya demi ingin terkenal dan kaya raya ia melakukan berbagai upaya agar bisa menjadi sosok selebgram yang kebanjiran endorse. Namun, giliran tersandung persoalan atau tertimpa gosip tak sedap, ia langsung merasa stres, depresi, mengasingkan diri, dan baru tersadar kalau menjadi selebram itu sangatlah tidak enak. (RM)