Suatu hari seorang teman (sesama penulis) menyapa saya lewat pesan inbox Facebook. Saya merasa ada yang aneh dan janggal dari sapaan yang terkesan terburu-buru alias to the point tersebut.
Berikut kalimat sapaannya kepada saya: Lagi di mana sekarang bisa minta tolong dulu ya. Saya pun membalas singkat: Di rumah, Mas. Lalu, tanpa basa-basi dia memohon saya agar membelikan pulsa 100 ribu. Alasannya dia lagi perlu dan akan diganti besok. Dia lantas mengirimkan nomor ponselnya.
Namun, saya tak segera membalas permintaannya. Tak berapa lama kemudian dia pun mengirim pesan lagi dengan kata-kata agak memaksa: Gimana bisa minta tolong ya.
Karena saya tak kunjung membalas, dia kirim pesan lagi: Kok gak bi balas. Kemudian, ketika saya sedang mencerna pesan-pesannya yang mencurigakan tersebut, dan ingin membalas bahwa saya tak bisa membelikannya pulsa, ternyata saya tak bisa lagi membalas pesannya. Foto profilnya pun tiba-tiba menghilang. Ini artinya, saya telah diblokir olehnya.
Saya curiga akun Facebook teman saya itu sedang digunakan oleh orang lain yang tak bertanggungjawab. Atau istilah lainnya terkena hacker. Singkat cerita, saya pun menelusuri akun media sosial lain teman saya itu. Kebetulan dia memiliki akun Instagram. Lewat pesan DM (Direct Message), saya mengabarkan padanya kalau akun Facebook-nya dihack orang.
Sebenarnya saya ingin mengirim pesan WhatsApp tapi sayangnya saya tak memiliki nomornya. Teman saya pun segera membalas DM dari saya. Dia meminta maaf dan mengiyakan kalau akun facebook-nya kena hack. Ia lantas berpesan pada saya agar jangan mengirimkan pulsa jika orang tersebut meminta pulsa pada saya.
Setelah kejadian itu, saya pun merasa penasaran, ingin mengetahui lebih jauh tentang apa itu hacker. Mengapa sih, ada saja orang yang ingin menipu sesama dengan menjatuhkan martabat orang lain.
Misalnya dengan cara meretas akun media sosial teman saya yang selama ini dikenal sebagai penulis buku-buku motivasi. Bagi orang atau pembaca yang tak tahu, tentu akan mengira bila teman saya itu penipu. Padahal kenyataannya teman saya tak tahu apa-apa. Nah, ini jelas sangat merugikan teman saya karena nama baiknya tercoreng.
Setelah membaca berbagai sumber di internet, ternyata istilah yang benar bagi orang yang telah meretas akun Facebook teman saya itu adalah craker, bukan hacker.
Definisi Hacker dan Cracker
Sebenarnya, apa yang dimaksud hacker? Definisi hacker, bila merujuk pada keterangan Fadjar Efendy Rasjid, S.Kom (www.ubaya.ac.id, 21/10/2014) adalah orang yang mempelajari, menganalisis, memodifikasi, menerobos masuk ke dalam komputer dan jaringan komputer, baik untuk keuntungan atau dimotivasi oleh tantangan. Hacker juga disebut peretas (wikipedia).
Lebih lanjut, Wikipedia mengungkapkan bahwa hacker atau peretas, menurut Eric Raymond didefinisikan sebagai programmer yang pandai. Sebuah hack yang baik adalah solusi yang cantik untuk masalah pemrograman dan hacking adalah proses pembuatannya.
Sementara definisi cracker (berdasarkan penjelasan Fadjar Efendy dengan sumber yang sama) adalah sebutan untuk mereka yang masuk ke sistem orang lain (lebih bersifat destruktif) biasanya di jaringan komputer, mem-bypass password atau lisensi program komputer, secara segaja melawan keamanan komputer, men-deface (mengubah halaman muka web) milik orang lain, sampai men-delete data orang lain, dan mencuri data dari sistem.
Hacker dan cracker memiliki perbedaan (karakter) yang bertolak belakang. Kalau hacker biasanya bersifat positif, sementara cracker bersifat negatif.
Jadi kesimpulannya, orang-orang yang melakukan penipuan dengan cara masuk ke akun-akun media sosial orang lain, itu disebut cracker bukan hacker.
Termasuk di sini aksi penipuan yang dilakukan oleh oknum tak bertanggungjawab dengan mengatasnamakan akun facebook teman saya itu juga termasuk cracker, bukan hacker.
Saran saya, ketika suatu hari Anda menemukan pesan janggal (misalnya minta pulsa atau minta kiriman uang) dari seorang teman melalui pesan DM Instagram, pesan inbox facebook, atau pesan di akun-akun media sosial lainnya, jangan langsung percaya.
Jangan pula lantas terburu mengirim pulsa atau uang ke rekeningnya. Segera cek kebenarannya. Karena kemungkinan besar akun media sosial teman Anda itu sedang digunakan oleh para cracker yang ingin mengeruk keuntungan dari Anda.
Lantas, bagaimana cara kita menghadapi atau menangkal para cracker? Berdasarkan pengalaman saya, bila kita memiliki nomor handphone teman kita, segera hubungi atau konfirmasi, apakah benar dia yang mengirim pesan lewat inbox facebook?
Atau bila kita tak memiliki nomornya, hubungi dia lewat akun media sosial lainnya. Zaman sekarang, biasanya orang tak hanya memiliki satu media sosial saja, tapi juga memilki akun lain dari media sosial yang berbeda. Misalnya, seseorang selain memilki akun facebook, biasanya dia juga punya akun Instagram, Twitter, dan lain-lain.
Namun, bila ternyata teman kita hanya memiliki satu akun media sosial saja, maka langkah termudah untuk menghadapi cracker adalah dengan mengabaikannya. Tak usah dilayani semisal ada orang, siapa pun dia, mengirim pesan inbox, minta bantuan agar dikirimi sejumlah uang atau pulsa.
Biasanya kalau diabaikan, dia akan merasa kesal dan tak berapa lama kemudian akun media sosial kita akan diblokir olehnya. Mengapa akun kita diblokir?
Berdasarkan pengamatan saya, karena para cracker itu tahu bahwa ternyata kita tak bisa dibohongi begitu saja olehnya.
Selain itu, kemungkinan besar dia merasa ketakutan bila akun tersebut sampai dilaporkan oleh pihak berwajib atau disebarkan ke khalayak, makanya dia langsung memblokir akun media sosial kita agar tak bisa membalas pesan atau mencari keberadaan akun miliknya. (atk)
*Tulisan ini pertama kali dimuat oleh Padang Ekspress dengan judul Menghadapi Hacker atau Cracker?