Saidun Fiddaraini
Penulis Kolom

Lahir di Sumenep 22 Februari 1996, sempat nyantri di PP Nurul Jadid, Paiton, dan sekarang Tinggal di Kepulauan Kangean, Sumenep. Minat Kajian adalah keislaman dan filsafat.

Nabi Muhammad saw Dalam Pandangan Washington Irving

Washington Irving Study 2500gty 56a488ca3df78cf77282dd44

Nabi Muhammad saw. merupakan utusan Allah terakhir sekaligus penutup para Nabi dan Rasul, dengan membawa misi perdamaian dan rahmatan lil ‘alamin melalui ajarannya (Islam) kepada seluruh insan di muka bumi. Sebagai seorang utusan, dalam menyebarkan ajaran Islam tentu Nabi akan mengalami berbagai kesulitan dan rintangan bahkan tuduhan dan caci-maki sebagaimana para Nabi terdahulu dalam menyampaikan wahyu.

Pelbagai rintangan dan tuduhan tersebut, bukan sekadar dari bangsanya sendiri (bangsa Arab) kala itu. Tetapi Nabi Muhammad juga mendapatkan tuduhan yang keji dari para orientalis Eropa maupun Barat, sejak abad pertengahan hingga modern seperti saat ini. Bahkan, menurut R.W. Southern kehidupan Nabi yang ditulis oleh para cendekiawan Barat di abad pertengahan, yang kemudian dikutip oleh para penulis Byzantium jarang sekali menyajikan fakta sejarah yang sebenarnya.

Tulisan yang beredar hanya berkutat pada peristiwa Nabi Muhammad senang menikahi seorang janda, mengidap penyakit ayan bahkan diklaim oleh mereka bahwa ajaran yang dibawa oleh beliau tidak lain hasil belajar dari agama Nasrani. Tulisan ini oleh R.W. Southern dianggap sesuatu yang tidak layak untuk dipercaya kebenarannya. Sebab, hal tersebut tidak ada kaitannya sama sekali dengan fakta sejarah perihal kehidupan pribadi Muhammad.

Pun ketika para penulis dari bangsa lain ditanya perihal tokoh seperti apa Nabi Muhammad yang hebat itu. Maka tentu jawaban mereka adalah, dia tidak lain dari seorang tukang sihir yang tengah menghancurkan pelbagai gereja di Afrika dengan ilmu sihir. Dan, kesuksesan yang telah dicapainya karena ajaran Muhammad disebarkan melalui free sex

Namun demikian, di samping beragam tuduhan negatif dari pelbagai ilmuwan Barat (para orientalis) terhadap pribadi Nabi Muhammad. Pun juga, banyak dari para orientalis yang menulis (menelurkan pandangannya) tentang kehidupan Nabi secara obyektif, jujur, dan ilmiah berdasarkan fakta-fakta sejarah dan dapat diterima berdasarkan akal yang sehat. Di antaranya adalah Washington Irving.

Baca juga:  Anak Muda dan Mengapa Kita Perlu Mengampanyekan Lingkungan

Sekilas tentang Washington Irving

Washington Irving lahir pada tanggal 3 April 1783, tepatnya di New York City. Ayahnya bernama William dengan profesi sebagai pedagang Skotlandia-Amerika, sedangkan ibunya Sarah Sanders merupakan seorang putri pendeta Inggris. Washington kecil mengenyam pendidikan sebagaimana kebanyakan anak-anak pada umumnya, dari sekolah dasar hingga jenjang selanjutnya sampai dia berusia 16 tahun.

Kemudian, pada usia 19 tahun Washington memulai kariernya di bidang tulis-menulis (sebagai seorang jurnalis) untuk surat kabar The Morning Chronicle milik saudaranya yakni Peter. Pada tahun 1804-1806, dia melakukan perjalanan secara luas di Eropa. Setelah kembali dari perjalanannya, Washington Irving menerbitkan sejarah komik pada tahun 1809 dengan judul A History of New York. Karya ini, oleh beberapa sarjana sastra dinilai sebagai karya fiksi terbesarnya.

Pada tahun 1846, Washington Irving kembali ke rumahnya di Sunnyside di Tarrytown, New York. Pada tahun-tahun terakhir, dia menulis lebih sedikit tentang fiksi dari sebelum-sebelumnya. karya-karyanya meliputi esai, puisi, biografi. Selama hidupnya, ia menerbitkan biografi tentang penyair Oliver Goldsmith, Nabi Muhammad, dan Christopher Columbus. Dan ia menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 1859.

Pandangannya tentang sosok Nabi Muhammad

Sebagai seorang cendekiawan dan tokoh orientalis terkemuka di Amerika, ketika melihat sosok Nabi Muhammad Washington Irving menyatakan bahwa Muhammad adalah seorang Nabi terakhir sekaligus penutup para Nabi dan Rasul (Khatamul Anbiya’ wal Mursalin).  Pun Muhammad merupakan utusan Tuhan paling masyhur di antara para utusan lian yang diutus untuk mengajak manusia menyembah kepada Tuhan.

Baca juga:  Kiai Azaim dan Komunitas Bhenning

Meskipun dalam perjalanan menyebarkan risalah Islam Muhammad mengalami banyak tekanan dan penindasan dari kaumnya selama bertahun-tahun. Bahkan, ia terpaksa mengungsi (hijrah) ke tempat lain karena kaum kafir Quraisy merencanakan pembunuhan atas dirinya. Tetapi Muhammad tetap teguh dan sabar menghadapi pelbagai rintangan tersebut dalam memperjuangkan kebenaran.

Selain itu, menurut Washington Irving Muhammad memiliki kepribadian mulia, ia tidak suka terhadap kenikmatan duniawi, dan tidak pernah mencari keuntungan materi dibalik perjuangan menegakkan syariat Islam. Kendati ia (Muhammad) tengah memenangkan segala bentuk peperangan yang oleh Washington dinilai mustahil bisa diraih para raja sehebat dan sekuat apapun. Tetapi Muhammad hidup dalam kesederhanaan, bersahaja, dan rendah hati bahkan tatkala ia tengah mencapai puncak kejayaan dan kebesarannya.

Dalam berperang melawan kaum kafir Quraisy, Muhammad tidak bertujuan untuk menindas atau mewujudkan obsesi dirinya melainkan untuk membela agama Allah (Islam). Pun ia tidak suka diposisikan sebagai orang paling istimewa yang melebihi batas kewajaran sebagai manusia biasa tatkala berkumpul dengan para sahabat-sahabatnya.

Muhammad adalah seorang pemimpin besar yang kekuasaannya mencakup keseluruhan manusia. Ia memimpin penuh dengan keadilan dan tidak menjadikan kekuasaan tersebut sebagai warisan bagi keluarganya. Bahkan, tatkala Muhammad berhasil menaklukkan kota Makkah, ia tidak bersikap seperti kebanyakan para penguasa yang berhasil memenangkan pertempuran melainkan sebagai utusan Tuhan.

Baca juga:  Siapa Penerjemah Ide-Ide Gus Dur untuk Masyarakat? (Bagian 2)

Itu artinya, ia memimpin dengan rasa kasih sayang, adil, dan lemah lembut meskipun kepada para musuh yang telah berbuat keji kepadanya. Oleh karenanya, menurut Washington Irving Nabi Muhammad adalah sosok manusia yang memiliki kepribadian mulia, murah hati, dan dermawan yang tidak ada tandingannya yang pernah dimiliki umat Islam secara khusus dan seluruh umat manusia di muka bumi ini.

Sumber

Raghib As-Sirjani, Pengakuan Tokoh Nonmuslim Dunia tentang Islam, (Bandung: Sygma Publishing, 2010)

Ahmad Abdul Hamid Ghurab, Menyingkap Tabir Orientalisme, (Jakarta: Pustaka Alkautsar, 1992)

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
2
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top