Sumanto Al Qurtuby
Penulis Kolom

Pengajar bidang Antropologi di King Fahd University of Petroleum & Minerals

Arab Kristen di Timur Tengah

  • Kawasan Arabia selatan (Najran dan Yaman), dulu menjadi basis Kristen, sedangkan Madinah dulu banyak ditempati umat Yahudi. Hingga kini sisa-sisa mereka masih ada.

Bagi yang tidak familiar dengan peta demografi dan geo-kultural masyarakat Arab Timur Tengah, pasti akan mengira kalau semua orang Arab yang tinggal di kawasan ini secara otomatis memeluk agama Islam. Padahal tidak. Tidak sama sekali.

Tidak semua orang Arab itu muslim. Sama seperti tidak semua orang Melayu atau Sunda itu muslim, tidak semua orang Ambon Manise atau Papua atau Batak itu Kristen, tidak semua orang China itu memeluk Konghucu atau Taoisme, tidak semua orang India itu Hindu. Bahkan tidak semua orang Yahudi itu Yahudi.

Populasi masyarakat Arab Kristen itu banyak dan tersebar di berbagai penjuru angin. Mereka bukan hanya tinggal dan tersebar di kawasan Timur Tengah saja tetapi juga di Eropa, Amerika Utara, Amerika Latin, dan lain sebagainya.

Ingat: agama Kristen itu lahir di Timur Tengah, bukan di Eropa atau Amerika. Foto di dalam ilustrasi tulisan ini hanyalah sekelumit contoh umat Kristen ortodoks di Israel. Sangat “syar’i” sekali kan? Ada sekitar 20% populasi Arab di Israel, baik muslim maupun bukan.

Di Timur Tengah sendiri, populasi Arab Kristen tersebar di hampir semua negara. Meski demikian hanya sejumlah negara saja yang memiliki populasi Arab Kristen cukup signifikan, yaitu Libanon, Suriah, Mesir, Palestina, Irak, dan Yordania. Sebagai “wong Arab”, mereka juga berbahasa Arab dan mempraktikkan tradisi-kultur Arab seperti saudara-saudara muslim mereka (misalnya dalam hal berpakaian, makanan, tarian, musik. Dan susah juga mereka untuk makan babi).

Baca juga:  Wabah Pes Terjadi Saat Perang Salib: Tuhan pun Disalahkan

Mayoritas masyarakat Arab Kristen di Timur Tengah mengikuti gereja Ortodoks Koptik, Katolik Maronite, Katolik Roma, Ortodoks Timur, Katolik Chaldea, Ortodoks Assyria, Ortodoks Suriah, dan lain sebagainya. Meskipun, di era kontemporer ini, ada juga yang mengikuti Pentecostalism, Evangelism, atau bahkan Mormon.

Perkembangan Mormon ini cukup menarik. Mungkin karena “doktrin” Mormon yang membolehkan perkawinan poligini (suami memiliki sejumlah istri) sehingga memikat sebagian masyarakat Arab. Ini sama dengan Islam yang membolehkan poligini sehingga memikat raja-raja Nusantara dulu.

Sejarahnya, asal-usul suku-suku Arab berasal dari kawasan Jazirah Arabia, tempat saya tinggal sekarang ini. Mereka kemudian menyebar ke berbagai kawasan lain di Timur Tengah dan bahkan sampai Afrika Utara, Asia Tengah, dan Eropa sejak ekspansi keislaman yang dilakukan oleh para “warriors” suku atau klan Arab (terutama setelah wafatnya Nabi Muhammad) dan semakin menguat dan menggelembung sejak berdirinya kerajaan-kerajaan atau dinasti Islam (Umayah, Abbasiyah, Andalusiyah, dlsb) yang dikontrol oleh sejumlah suku atau klan Arab tertentu.

Sebelum Islam lahir di Jazirah Arab, masyarakat Arab ada yang memeluk Kristen, Yahudi, Zoroastrianisme, atau menganut agama-agama atau kepercayaan lokal masing-masing suku atau klan Arab.

Kawasan Arabia selatan (Najran dan Yaman), dulu menjadi basis Kristen, sedangkan Madinah dulu banyak ditempati umat Yahudi. Hingga kini sisa-sisa mereka masih ada.

Baca juga:  Amadia, Kota Kuno yang Sudah Lelah

Sebelum menjadi kelompok etnik-bahasa yang dominan di Timur Tengah, kawasan ini dulu bukan “basis Arab”, melainkan Persi, Berber, Turki, Kurdi, dan lain sebagainya. Meskipun tentu saja sampai sekarang, mereka masih banyak jumlahnya.

Jadi, sebagaimana mendung tak berarti hujan, atau sujud syukur tak berarti menang, Arab pun tak berarti muslim. Begitu.

 

Jabal Dhahran, Jazirah Arabia

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
3
Ingin Tahu
5
Senang
3
Terhibur
2
Terinspirasi
2
Terkejut
2
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top