Sedang Membaca
Tafsir Surah At-Takatsur (Bagian 3)
Rizal Mubit
Penulis Kolom

Guru Ngaji di Kampung. Pengajar di Universitas Kiai Abdullah Faqih Manyar Gresik, Jawa Timur. Alumni Pusat Studi Qur'an Ciputat dan Pascasarjana IAIN Tulungagung prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Menulis sejumlah buku bertema keislaman. Peneliti Farabi Institute.

Tafsir Surah At-Takatsur (Bagian 3)

Pada ayat keenam Allah menjelasan ancaman yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu pada firman-Nya: Janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui (akibat perbuatan kalian itu); dan janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui. Apa ancamannya?

لَتَرَوُنَّ الْجَحِيْمَۙ – ٦

Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim

Allah mengancam mereka dengan keadaan saat mereka akan melihat neraka. Mereka menyaksikan peristiwa-peristiwa yang sangat mengerikan, sebagaimana yang akan disebutkan dalam atsar yang menceritakan keadaan tersebut.

Sesungguhnya tempat penyiksaan yang telah disediakan untuk orang yang lalai terhadap kebenaran, sudah disediakan. Dan sudah pasti, kalian akan menyaksikan dengan mata kepala. Karenanya, jadikanlah gambaran siksaan itu seakan-akan ada dan tergambar dalam hatimu, sehingga bisa memberi peringatan kepada kalian untuk melakukan hal-hal yang baik bagi diri kalian, dibanding membuang-buang waktu secara percuma. Yang dimaksud dengan mengetahui neraka Jahim di sini ialah merasakan siksa Allah, dan uslub seperti ini sering sekali disebut di dalam Al-Qur’an.

Dalam kaitannya dengan persaingan tidak sehat dalam menumpukkan harta dan memperbanyak pengikut, kedua ayat di atas, menurut Quraish Shihab, memperingatkan; Hati-hatilah! Jangan lakukan persaingan semacam itu, karena kelak engkau akan mengetahui akibatnya. Sekali lagi berhati-hatilah! Kamu akan mengetahui akibatnya.

Kalau demikian, persaingan memperebutkan kemegahan duniawi begitu pula memperbanyak anak dan pengikut, tidak akan membawa kebahagiaan dan kepuasan bagi yang terlibat serta tidak mengantar kepada hakikat dan tujuan kehidupan itu sendiri. Kalau kepastian di atas tidak ditemukan atau dialami dalam kenyataan hidup duniawi, maka akan terbukti kebenarannya dalam kehidupan ukhrawi.

Baca juga:  Tafsir Surah al-Fatihah (13): Apakah Basmalah Termasuk Bagian dari Surah al-Fatihah?

Dalam ayat keenam ini, jika kita belum juga sadar dan terus melakukan hal tercela tersebut, maka kita akan mendapat siksaan kelak di neraka jahim, yang mana itu disiapkan oleh Allah untuk orang yang tidak menaati perintah Allah.

ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِيْنِۙ – ٧

Kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan ainul yaqin.

Kalian benar-benar akan melihatnya. Ketika itu, kalian akan mengetahui, pada kelompok mana kalian akan dimasukkan. Karenanya, bertakwalah kepada Allah, dan hindarilah hal-hal yang dapat menjerumuskan dirimu ke dalam neraka jahim. Kemudian lihatlah berbagai nikmat yang ada di tangan kalian.

Dalam tafsir Al-Misbah disebutkan agar manusia tidak berbuat demikian. Hati-hatilah janganlah begitu sungguh jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu tidak akan melakukan perlombaan dan persaingan tidak sehat. Kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim, dan sesungguhnya Aku bersumpah bahwa kamu benar-benar melihatnya dengan ainul yaqin yakni mata telanjang yang tidak sedikitpun disentuh oleh keraguan.

Gunakanlah nikmat-nikmat tersebut untuk memelihara hak-hak Allah yang terdapat pada harta kekayaanmu, dan pergunakanlah harta itu untuk melaksanakan perintah Allah kepadamu. Dan janganlah kalian melakukan berbagai kejahatan dan hal-hal munkar. bukankah kalian masuk ke dalam agama Islam dan menyandang gelar muslim dengan harapan bisa dimasukkan di antara orang-orang yang mendapat ampunan Allah dan dijauhkan dari neraka?

Baca juga:  Kisah Hikmah Luqmanul Hakim dalam Al-Qur'an dan Tips Sukses Dunia Akhirat

Tetapi sangat disayangkan semua itu hanyalah tinggal nama, dan perbuatan kalian bertentangan dengan ketentuan-ketentuan Al-Qur’an. Di samping itu, perbuatan kalian juga sama dengan perbuatan yang dilakukan musuh-musuh Islam.

Kemudian Allah mempertegas peringatan-Nya kepada mereka. Karenanya, Allah berfirman di dalam ayat berikut:

ثُمَّ لَتُسْـَٔلُنَّ يَوْمَىِٕذٍ عَنِ النَّعِيْمِ ࣖ – ٨

Kemudian kalian pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kalian megah-megahkan di dunia itu).

Yakni kemudian kalian benar-benar akan dimintai pertanggungjawaban di hari itu tentang mensyukuri nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada kalian, seperti kesehatan, keamanan, rezeki, dan lain sebagainya, apakah kalian bersyukur dan beribadah kepada-Nya?

Dalam ayat ini disebutkan bahwa siksaan itu pasti akan benar-benar terjadi kelak di akhirat bagi mereka yang tetap melakukan hal-hal yang dilarang Allah, beliau juga menyarankan agar kekayaan, kedudukan dan nikmat” lainnya agar dipergunakan untuk kebaikan di jalan Allah.

Setelah ayat-ayat yang lalu mengecam dan memperingatkan mereka yang bersaing secara tidak sehat memperbanyak kenikmatan duniawi, ayat di atas memperingatkan bahwa kenikmatan apapun bentuknya pasti akan diminta pertanggungjawaban. Atau setelah ayat yang lalu menggambarkan ancaman yang menanti mereka karena hanya memperhatikan kenikmatan duniawi, ayat di atas juga mengingatkan mereka bahwa sikap tersebut akan diminta pertanggungjawabkan dan kelak mereka akan ditanyai tentang sikap mereka menyangkut kenikmatan ukhrawi.

Baca juga:  Tafsir Alam Nasyrah Karya Kiai Abdul Majid Tamim: Bukti Keluasan Bacaan Sang Mufassir

Apapun hubungannya, ayat di atas bagaikan menyatakan: Kemudian, aku bersumpah bahwa pasti kamu semua manusia akan ditanyai pada hari itu tentang an-na‟ in yakni tentang kenikmatan duniawi yang kamu raih atau kenikmatan ukhrawi yang kamu abaikan.

Seseorang yang menyadari bahwa ada kenikmatan yang melebihi kenikmatan duniawi tentu tidak akan mengarahkan seluruh pandangan dan usahanya semata-mata hanya kepada kenikmatan duniawi yang sifatnya sementara itu, bahkan seseorang yang menyadari betapa besar kenikmatan ukhrawi itu akan bersedia mengorbankan kenikmatan duniawi yang dimiliki dan dirasakannya demi memperoleh kenikmatan ukhrawi itu.

Demikan awal ayat pada surah ini membicarakan tentang perlombaan menumpuk kenikmatan duniawi, dan akhirnya Allah memperingatkan mereka tentang tanggung jawab kepemilikan harta itu bahkan mengingatkan mereka tentang kenikmatan ukhrawi yang tiada taranya. Demikian Maha Benar Allah dalam segala firman-Nya

Sumber:

Tafsir Marah Labid karya Syekh Nawawi Al-Banteni

Tafsir Al-Misbah karya Muhammad Quraish Shihab

Tafsir Al-Maraghi karya Mustafa Al-Maraghi

Tafsir Al-Qur’anil Adzim karya Ibnu Katsir

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
1
Scroll To Top