Rizal Mubit
Penulis Kolom

Guru Ngaji di Kampung. Pengajar di Universitas Kiai Abdullah Faqih Manyar Gresik, Jawa Timur. Alumni Pusat Studi Qur'an Ciputat dan Pascasarjana IAIN Tulungagung prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Menulis sejumlah buku bertema keislaman. Peneliti Farabi Institute.

Tafsir Surah At-Takatsur (Bagian 2)

كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَۙ – ٣

Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),

Syekh Al-Maraghi menafsirkan ayat ini dengan memberikan nasihat agar berhenti berbuat bermewah-mewahan, karena hal itu bisa menyebabkan kesenjangan sosial, perpecahan dan melahirkan sikap dengki serta hasud. Beliau menyarankan agar saling membantu & tolong menolong dalam hal kebaikan, membersihkan akhlak dan meluruskan jiwa.

Ayat ini melarang untuk terus melakukan perbuatan seperti ini, yang akibatnya tidak menimbulkan perpecahan dan perpisahan, dengki dan husud. Lalu memerintahkan menggunakan waktu untuk membantu kebenaran dan saling membantu amal kebajikan, di samping berupaya meningkatkan kehidupan untuk diri sendiri dan masyarakat, seperti membersihkan akhlak dan meluruskan jiwa. Manusia akan mengetahui akibat perbuatannya yang saling herlomba dalam mengumpulkan kekayaan harta benda. Jika orang terus menerus dalam perbuatan batil ini, dan tidak mengarahkan pada perbuatan yang bemanfaat untuk kepentingan akhirat, maka dia akan tetap sesat.

Syekh Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan, “Berbangga-bangga dan saling bermegahan itu menyebabkan saling tidak menyapa, hasud, benci, menelantarkan amalan akhirat dan umat serta tidak memperbaiki budi pekerti. Kalian akan mengetahui semua itu kelak pada hari kiamat.”

Kemudian Allah memperkuat ancaman-Nya dengan firman dalam ayat selanjutnya:

ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ – ٤

Baca juga:  Ayat-Ayat Sosiologis dalam Al-Qur’an (1): Thaba’i Al-‘Umran Ibnu Khaldun (Surah Al-Ahqaf ayat 15 dan Surah Al-A'raf ayat 34)

Kemudian sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui.

Kalimat seperti ini mengandung nilai ancaman yang sangat keras guna mencegah dan mencela perbuatan itu. Sama seperti seorang tuan yang mengatakan kepada budaknya, Saya katakan, jangan sekali-kali mengerjakan hal itu, dan saya katakan jangan kerjakan hal itu!

Imam Al-Hasan Basri mengatakan bahwa dalam ayat ini terkandung pengertian ancaman sesudah ancaman lainnya. Adapun Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna: dan janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui. (At-Takatsur: 4) Yakni hai orang-orang kafir. Janganlah begitu, jika kalian mengetahui. (At-Takatsur: 5) Yaitu hai orang-orang mukmin. Dan mengenai firman selanjutnya, yaitu:
{كَلا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ}
Janganlah begitu, jika kalian mengetahui dengan pengetahuan ‘ainul yaqin. (At-Takatsur: 5)

Allah SWT menyebutkan ayat ini, maksudnya hanyalah untuk mempertegas celaan Allah karena terlalunya mereka bersikap sombong. Menurut kebiasaan, jika seseorang lalai terhadap peringatan yang berakibat kepada mereka, akan mengatakan, ‚Kami mengetahui akibat perbuatan ini, dan kami benar-benar sadar dalam mengerjakan perbuatan tersebut‛ Karenanya, Allah mempertegas peringatannya melalui ayat ini.

Yakni seandainya kalian mengetahui dengan pengetahuan yang sebenarnya, niscaya kalian tidak akan terlena dengan memperbanyak harta hingga lupa dari mencari pahala akhirat, sampai kalian masuk ke dalam kubur.
Jadi, apa yang kalian yakini sekarang, yakni bahwa kalian menganggap bohong akibat yang menimpa, berarti kalian belum mengetahui hakikat yang sebenarnya. Dan hanya merupakan sangkaan atau dugaan yang mana suatu ketika bisa berubah, karena tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Yang dimaksud dengan ‘ilm (mengetahui) seharusnya ialah ilmu secara yakin dan sesuai dengan kenyataan, di samping dapat diindra oleh alat indra atau dalil yang benar, yang kcbenarannya diperkuat oleh akal atau adanya nas sahih yang dikatakan oleh nabi SAW.

Kemudian Allah menjelaskan kepada mereka sebagian akibat dari perbuatan tersebut, yaitu siksaan Allah di akhirat nanti, setelah terlebih dahulu mercka merasakan sebagian siksaan dunia. Untuk itu, Allah berfirman dalam ayat berikutnya :

Baca juga:  Lima Perbedaan antara Sifat Nabi Adam dan Iblis

Dalam ayat ini maraghi menyarankan agar kita berhenti melakukan upaya menyombongan diri tersebut dan memberikan arahan agar melakukan amal-amal solih, yang mana hal itu akan menyelamatakan kita kelak di akhirat.

Sumber:

Tafsir Marah Labid karya Syekh Nawawi Al-Banteni

Tafsir Al-Misbah karya Muhammad Quraish Shihab

Tafsir Al-Maraghi karya Mustafa Al-Maraghi

Tafsir Al-Manar karya Muhammad Abduh

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top