Rizal Mubit
Penulis Kolom

Guru Ngaji di Kampung. Pengajar di Universitas Kiai Abdullah Faqih Manyar Gresik, Jawa Timur. Alumni Pusat Studi Qur'an Ciputat dan Pascasarjana IAIN Tulungagung prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Menulis sejumlah buku bertema keislaman. Peneliti Farabi Institute.

Tafsir Surah Al-Ashr (Bagian 3)

Waktu dalam sejarah

Surat Al-‘Ashr secara keseluruhan berpesan agar manusia tidak hanya mengandalkan iman saja, melainkan juga amal salehnya. Bahkan amal saleh dengan iman pun belum cukup, karena masih membutuhkan ilmu. Demikian pula amal saleh dan ilmu saja masih belum memadai, kalau tidak ada iman. Memang ada orang yang merasa cukup puas dengan ketiganya, tetapi ia tidak sadar bahwa kepuasan dapat menjerumuskannya dan ada pula yang merasa jenuh.

Karena itu, ia perlu selalu menerima nasihat agar tabah dan sabar, sambil terus bertahan bahkan meningkatkan iman, amal, dan pengetahuannya. Demikian terlihat bahwa amal atau kerja dalam pandangan Al-Quran bukan sekadar upaya memenuhi kebutuhan makan, minum, atau rekreasi, tetapi kerja beraneka ragam sesuai dengan keragaman daya manusia. Dalam hal ini Rasulullah Saw. mengingatkan: “Yang berakal selama akalnya belum terkalahkan oleh nafsunya, berkewajiban mengatur waktu-waktunya.

Ada waktu yang digunakan untuk bermunajat (berdialog) dengan Tuhannya, ada juga untuk melakukan introspeksi. Kemudian ada juga untuk memikirkan ciptaan Allah (belajar), dan ada pula yang dikhususkan untuk diri (dan keluarganya) guna memenuhi kebutuhan makan dan minum (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan AlHakim melalui Abu Dzar Al-Ghifari). Demikian surat Al-‘Ashr mengaitkan waktu dan kerja, serta sekaligus memberi petunjuk bagaimana seharusnya mengisi waktu.

Baca juga:  Ada Apa di Balik Surat Al-Baqarah?

Buya Hamka menyatakan bahwa di dunia ini orang yang tidak merasakan kerugian dalam masa hanyalah orang-orang yang beriman. Orang-orang yang mempunyai kepercayaan bahwa hidupnya ini adaah kehendak Yang Maha Kuasa. Manusia datang ke dunia ini sementara waktu; namun masa yang sementara itu dapat diisi dengan baik karena ada kepercayaan; ada tempat berlindung.

Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam tafsirnya menyebutkan bahwa surah ini terkandung peringatan yang keras. Karena manusia dianggap rugi semua kecuali yang benar-benar berpegang pada empath al. yakni: iman, amal saleh, saling berpesan pada kebenaran dan saling berpesan untuk bersabar.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan sebuah hadis bahwa “Kalau dua orang sahabat Rasulullah bertemu, mereka tidak akan berpisah kecuali salah seorang di antara mereka membaca surah Al-Ashr terlebih dahulu mereka memberi salah perpisahan.”

Syekh Muhammad Abduh menafsirkan hadis tersebut bukan hanya bacaan surah saja yang penting melainkan isi kandungan dalam surah tersebut harus menjadi pedoman sehingga sebelum berpisah harus saling meningatkan mengenai kebenaran dan kesabaran.

Imam Syafii berkata, “Kalau saja orang mau merenungkan isi kandungan surah ini, maka cukuplah baginya sebagai petunjuk.”

Salah satu keutamaan surah Al-Ashr adalah bagi yang membacanya bisa mendapatkan tambahan limpahan rezeki. Disebutkan di dalam kitab Ad-Durr an-Nazhim di Khawashil Qur’anil Azhim karya Abu Muhammad Abdullah bin As’ad al-Yamani dijelaskan mengenaci caranya yaitu dengan membaca secara rutin setiap selesai melaksanakan salat fardu. Insya Allah dengan cara demikian harta dan rezeki akan senantiasa ditambah dan mendapatkan keberkahan dari Allah Swt.

Baca juga:  Buku Baru: Dinamika Tafsir Al-Qur’an di Nusantara dan Kajian-Kajian Pentingnya

 

Sumber:

Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka

Tafsir Al-Manar karya Muhammad Abduh

Tafsir Al-Qur’anil Azhim karya Ibnu Katsir

Ad-Durr an-Nazhim di Khawashil Qur’anil Azhim karya Abu Muhammad Abdullah bin As’ad al-Yamani

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top