Sedang Membaca
Parfum Rasulullah
Rizal Mubit
Penulis Kolom

Guru Ngaji di Kampung. Pengajar di Universitas Kiai Abdullah Faqih Manyar Gresik, Jawa Timur. Alumni Pusat Studi Qur'an Ciputat dan Pascasarjana IAIN Tulungagung prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Menulis sejumlah buku bertema keislaman. Peneliti Farabi Institute.

Parfum Rasulullah

Aroma tubuh manusia berpotensi untuk berbau tak sedap. Boleh dibilang bau tak sedap adalah keniscayaan manusia yang tinggal di dunia. Baik yang masih hidup sehat maupun yang sudah mati.

Bagi sebagian orang, bau tak sedap manusia merupakan sesuatu yang mengganggu. Lalu bagaimana cara mengatasinya? Menurut penulis perlu kiranya kita belajar kepada Kanjeng Rasulullah Muhammad Saw.

Ada banyak riwayat hadis yang menunjukkan betapa Rasulullah sangat senang sekali dengan aroma sedap. Meskipun banyak riwayat yang menyatakan bahwa keringat beliau wangi. Namun hal itu bukan berarti Kanjeng Nabi lantas tak memakai parfum.

Selain dikenal sebagai lelaki yang tampan, Kanjeng Nabi Muhammad Saw juga terkenal sebagai seorang lelaki yang suka dengan wewangian. Beliau tak menyukai bau tak sedap yang ada di dalam rumah.

Bahkan Kanjeng Nabi menyebut wewangian sebagai salah satu hal yang dicintai di dalam hidupnya. Beliau pernah bilang,

“Ada tiga hal yang kucintai dari dunia kalian; wewangian, perempuan dan hatiku dibuat sejuk di dalam salat.”

Salah satu bukti cinta Kanjeng Nabi kepada wewangian adalah siwak yang sering dilakukan. Beliau setiap bangun malam selalu menuju tempat siwak dan memakai parfum. Salah satu sahabat Nabi, Anas bin Malik pernah berkata, “Belum pernah kucium aroma wangi yang melebihi aroma wangi Rasulullah Saw.”

Baca juga:  Hidayah itu Terserah Allah

Ummu Habibah tahu kesukaan Kanjeng Nabi pada aroma harum. Maka tiap masuk ke dalam bilik, Ummu Habibah selalu menyambut Kanjeng Nabi dengan pengharum ruangan khas yang ia datangkan dari negeri Habasyah. Itu dilakukannya secara rutin sehingga membuat Kanjeng Nabi betah dan senang berada di dalam.

Aisyah seringkali memakai wewangian pada nabi. Katanya saat Nabi hendak menunaikan haji, “Aku memakaikan parfum harum kepada Nabi, kemudian beliau berkeliling ke bilik semua istrinya. Paginya beliau mengenakan pakaian ihram dan memercikkan wewangian.”

Hal yang sama juga dilakukan Aisyah kepada Nabi sebelum beliau melakukan tawaf, tetapi sudah ber-tahallul. Begitu banyaknya wewangian yang dipakaian Aisyah sehingga kelapa dan jenggot nabi berkilau-kilau. Begitu perhatian Aisyah pada rambut Nabi. Saat berada di masjid, seringkali Kanjeng Nabi melongokkan kepalanya ke kamar Aisyah, lalu ia pun menyisirkan rambutnya.

Dari sekian riwayat yang disebutkan di atas, umat Islam bisa belajar untuk selalu menyenangkan dalam bergaul dengan orang lain. Menyenangkan untuk dipandang, didengar dan juga dicium baunya. Kita pasti tak akan nyaman bila tubuh kita berbau tak sedap atau berada di dekat sesuatu yang baunya tak sedap. Maka dari itu perlu kiranya mencontoh perangai Kanjeng Nabi dalam menjaga aroma sedap tubuhnya.

Baca juga:  Secuil Kisah Keluarga Beda Generasi

Bukan hanya aroma tubuh yang perlu wangi. Kata-kata dan sikap pun harus ikut “wangi”. Sebab akan percuma bila berpenampilan parlente dengan parfum mahal namun kata-katanya suka menyakiti lawan bicara sehingga membuat orang lain tak nyaman dengan perilakunya. Mudah-mudahan kita bisa mencontoh Kanjeng Nabi Muhammad. Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
1
Senang
1
Terhibur
2
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top