Menikahi Perempuan Cantik, Mengikuti Nabi Sulaiman

Disebutkan dalam surat An-Naml ayat 20-44, Kanjeng Nabi Sulaiman AS mengadakan pertemuan di kalangan pejabat istana dan umatnya baik dari jin, hewan maupun manusia, burung Hudhud tidak tampak di sana. Beliau pun marah seraya mengatakan, “Andaikata burung Hudhud tak juga datang, aku akan menyembelihnya jika bertemu nanti!”

Sesaat setelah Kanjeng Nabi Sulaiman berkata demikian, tampak burung Hudhud datang terbang dari kejauhan. Hudhud pun mengemukakan alasan dia terlambat hadir di ruang sidang. Setelah melaporkan kepada Kanjeng Nabi Sulaiman akan keberadaan suatu kerajaan yang dipimpin oleh seorang perempuan yang menyembah kepada selain Allah. “Wahai Kanjeng Nabi, ada sesuatu yang akan hamba beritahu kepada baginda mengenai seorang ratu yang kujumpai,” kata hudhud.

“Siapa dia?” tanya Sulaiman penasaran.

“Dia dikenal dengan nama Bilqis. Istananya megah. Dia adalah ratu yang terkenal cantik jelita dan memesona.”

Nabi Sulaiman pun penasaran dengan betis Bilqis. Beliau memerintah ajudan-ajudannya yang terdiri dari dari jin dan manusia tersebut untuk merenovasi kerajaan agar tampak mewah di depan sang ratu bilqis.

Sementara itu Ashif bin Barkhaya telah menunaikan tugasnya memindah singgasana Ratu Bilqis ke Kerajaan Nabi Sulaiman dengan sekejap mata. Kini giliran bangsa jin merombak lantai dan menggantinya dengan kaca yang terdapat air di bawahnya agar lebih terlihat seperti kolam indoor daripada terlihat seperti lantai. Semua itu atas ide dan perintah dari Kanjeng Nabi Sulaiman sendiri.

Di dalam kitab Tafsir Ibni Katsir disebutkan bahwa tujuan Sulaiman membuat istana besar yang megah dari kaca untuk kerajaannya ini agar ia perlihatkan kepada ratu tentang besar dan kokohnya kekuasaan yang ia miliki. Ketika ia melihat apa yang diberikan Allah SWT kepada Sulaiman dan melihat sendiri perkaranya, ia mulai tunduk kepada perintah Allah dan mengetahui bahwa Sulaiman adalah seorang Nabi yang mulia dan raja yang agung serta ia pun berserah diri kepada Allah.

Ia berkata: rabbi innii dhalamtu nafsii (“Ya Rabbku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku.”) dengan perlakuannya yang terdahulu, di mana ia dan kaumnya kufur, syirik, dan menyembah matahari, sesembahan selain Allah.

Tibalah hari di mana Ratu Bilqis datang ke Kerajaan Sulaiman untuk memenuhi undangan dan ajakan Nabi Sulaiman untuk menyembah kepada dzat yang  Maha Esa. Suasana gegap gempita menyelimuti wilayah Kerajaan saat itu seraya menyambut kedatangan Ratu Bilqis.

Semakin dekat Ratu Bilqis memasuki istana semakin deg-degan jantung Nabi Sulaiman karena menunggu untuk membuktikan apakah benar Ratu Bilqis secantik itu. Dengan pakaian kebesarannya Nabi Sulaiman terlihat gagah pada waktu itu. Sang ratu terpikat sejak pertama kali memandang sang Kanjeng Nabi.

Setelah menuruni undakan ketiga, tiba-tiba Bilqis kaget seraya mengangkat gaunnya. Saat itulah Nabi Sulaiman mengetahui bahwa yang dikatakan burung Hudhud benar adanya. Bilqis memang Ratu yang sangat cantik.

Kanjeng Nabi Sulaiman pun menikahi Bilqis tanpa memandang bahwa Bilqis sebelumnya adalah perempuan kafir. Bilqis juga mau dinikahi Sulaiman karena kelebihan beliau.

Dari cerita ini penulis menyimpulkan bahwa jatuh cinta pada perempuan cantik itu sah-sah saja meskipun si gadis itu berperangi buruk atau bahkan kafir sebagaimana Bilqis. Namun harus hal itu harus disertai dengan niat untuk membimbing perempuan itu agar menjadi baik sehingga bisa menjalankan perintah agama. Maka dari itu, agar istri baik dan anak juga baik, seorang lelaki harus terlebih dulu menjadi baik.