Ide pembuatan parit adalah usul dari Salman al-Farisi. Sedangkan Kanjeng Nabi Muhammad Saw adalah yang memimpin pembuatan parit tersebut. Rasulullah bekerja keras memimpin kaum Muslim hingga lupa makan. Sudah tiga hari beliau dan para sahabat tidak mendapatkan makanan. Sebagaimana manusia, Kanjeng Nabi dan para sahabat pun lapar.
Dikisahkan di dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Jabir bin Abdullah mengetahui keadaan Kanjeng Nabi dan merasa iba melihat kondisinya yang tampak lelah dan lapar. Jabir pun ingin menjamu Kanjeng Nabi. Ia berkata, “Kanjeng Nabi, saya mohon izin untuk pulang sebentar ke rumah”.
Kanjeng Nabi memberinya izin. Saat tiba di rumah, Jabir berkata kepada istrinya, “Aku melihat Kanjeng Nabi sangat lemah dan lapar. Namun, beliau tetap bersabar. Apakah kita punya sesuatu untuk dimasak, Dik?”
Istri Jabir menjawab, “Kita punya gandum dan anak kambing. Tapi anak kambing itu kurus, Mas.”
Jabir pun menyembelih kambing kurus, lalu istrinya memasaknya. Kemudian istri Jabir juga membuat beberapa potong roti gandum. Setelah makanan siap disajikan, Jabir bergegas pergi menemui Rasulullah Saw.
“Kanjeng Nabi, aku punya sedikit makanan di rumah. Monggo Panjenengan datang ke rumahku bersama dua atau tiga orang untuk makan dulu,” ujar Jabir.
“Ada makanan apa, Kang Jabir?” tanya Kanjeng Nabi.
Jabir menuturkan apa adanya. Lalu, Rasulullah Saw. berkata, “Oh itu makanan yang banyak dan baik, Kang. Katakan kepada istrimu agar jangan dulu membuka tutup makanan dan menghidangkan rotinya hingga aku datang.”
“Nggih,” ucapnya.
Jabir bergegas pulang ke rumahnya mendahului Kanjeng Nabi. Sementara itu, Rasulullah Saw berseru kepada para sahabat, “Berhentilah kalian semua. Istirahat dulu. Ayo kita pergi ke rumah Jabir”.
Jabir tiba di rumahnya dan menceritakan obrolannya dengan Kanjeng Rasulullah kepada istrinya termasuk pesan beliau. Namun, beberapa saat kemudian Jabir kaget dan panik melihat di depan rumahnya. Ternyata Kanjeng Nabi datang bersama semua sahabat Anshar dan Muhajirin yang mempersiapkan parit.
Jabir mendatangi istrinya. “Aduh, Dik.”
“Ada apa, Kang Mas?” tanya istri Jabir.
“Lha ini kita harus bagaimana? Kok Kanjeng Nabi datang bersama semua sahabat.”
“Apakah beliau telah bertanya sebelumnya kepadamu, Kang Mas?” tanya istrinya.
“Ya. Sudah, Dik,” jawab Jabir.
“Oh. Kalau begitu ya ndak perlu kaget,” jawab istrinya seolah mengerti bahwa Kanjeng Nabi pasti menunjukkan keistimewaannya. Pasti akan ada hal ajaib yang akan terjadi.
Dugaan istri Jabir benar. Kanjeng Nabi membuka tutup panci dan mengambil masakan daging kambing itu. Lalu, para sahabat mengikutinya hingga semua orang yang datang ke rumah Jabir bisa makan dengan kenyang.
Setelah semua orang mendapatkan jatah makan, Kanjeng Nabi Muhammad menyuruh istri Jabir untuk makan. Ternyata, di panci itu masih tersisa masakan untuk Jabir dan istrinya, begitu pun rotinya.
Jabir pun heran. Sebab daging kambing dan roti yang disediakan olehnya dan istrinya mestinya hanya cukup dimakan beberapa orang saja. Namun ternyata makanan itu bisa dinikmati semua sahabat yang datang ke rumah Jabir.
Apa yang tampak dalam kisah ini seolah seperti kemustahilan. Namun memang begitulah mukjizat. Bagi orang yang berpikir rasional perlu kiranya untuk berpandangan bahwa bagi Allah tidak ada yang mustahil. Sesuatu tampak seperti mustahil karena indra tidak biasa melihatnya. Padahal Allah mampu memutuskan sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Sementara manusia hanya mampu menilai sesuatu menjadi rasional dan tidak rasional melalui akalnya.
Pelajaran lain yang bisa dipetik dari kisah ini adalah sifat welas asih Kanjeng Nabi dengan para sahabat. Beliau seolah tidak mau kenyang sendiri. Bila Rasulullah kenyang maka sahabatnya pun harus kenyang. Dalam hal ini, Rasulullah menunjukkan sifat pemimpin yang ideal. Pemimpin yang tidak hanya memikirkan dirinya sendiri. Perut lapar dalam persiapan perang Khandaq bukanlah hal sepele. Karena bisa mengancam penduduk Madinah jika sampai perut lapar menyebabkan kekalahan perang.