Sedang Membaca
Kisah Ahmad bin Mahdi Menutupi Aib Pezina
Rizal Mubit
Penulis Kolom

Guru Ngaji di Kampung. Pengajar di Universitas Kiai Abdullah Faqih Manyar Gresik, Jawa Timur. Alumni Pusat Studi Qur'an Ciputat dan Pascasarjana IAIN Tulungagung prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Menulis sejumlah buku bertema keislaman. Peneliti Farabi Institute.

Kisah Ahmad bin Mahdi Menutupi Aib Pezina

Di dalam kitab Shifat al-Shafwah dikisahkan tentang seorang ulama yang dikenal sebagai perawi banyak hadis yang meriwayatkan hadis-hadis lengkap dengan sanadnya. Nama beliau adalah Abu Ja’far Ahmad bin Mahdi bin Rustam.

Ahmad bin Mahdi masyhur sebagai seorang sufi kaya yang dermawan. Di Baghdad ia dikenal luas karena kebaikannya.

Karena kebaikan tersebut, pernah suatu ketika ketika, Ahmad bin Mahdi kedatangan seorang tamu perempuan.  Perempuan itu berkata:

“Aku anak perempuan dari orangtua biasa. Aku dilanda musibah. Aku mohon padamu, atas nama Allah, tutupilah aibku.”

“Apa musibahmu?” tanya Ahmad bin Mahdi.

“Sungguh aku membenci diriku. Aku sekarang hamil. Aku ceritakan pada orang-orang bahwa engkaulah suamiku, dan hamil ini darimu. Tolong jangan permalukan aku. Tutupilah aibku. Semoga Allah menutupimu,” jelas perempun itu.

Perempuan itu tampak malu dan kikuk, sementara Ahmad bin Mahdi duduk termenung.

Singkat cerita, beberapa minggu kemudian, perempuan itu melahirkan di rumah Ahmad. Serombongan penduduk kampung halaman perempuan itu, datang beserta imam mereka untuk mengucapkan selamat.

Ahmad pun menyambut mereka, menunjukkan rasa senang dan bahagia kepada mereka. Ahmad menyerahkan uang dua dinar kepada Imam Mahdi itu dan berkata:

“Aku dan dia sudah bercerai. Tolong berikan uang ini pada perempuan itu untuk dibelanjakan untuk keperluan anaknya.”

Baca juga:  Kisah Cak Rusdi: Lelaki yang Tak Berhenti Menangis

Sejak itu, Ahmad terus mengirim uang dua dinar tiap bulan melalui Imam itu untuk keperluan bayi.

Bulan berganti tahun, hingga tak terasa sudah bertahun-tahun. Dan Ahmad tak pernah telat mengirim uang belanjanya walau sehari pun. Hingga suatu hari, Imam dan jemaah dari kampung itu kembali menemui Ahmad untuk menyatakan belasungkawa dan mengabari bayi itu telah wafat.

Ahmad pun menampakkan rasa sedihnya, pasrah dan ridha atas takdir Allah. Malam itu, selang satu bulan dari kematian sang bayi. perempuan itu kembali menemui Ahmad.

Lalu membawa sekantong besar dinar. la ingin mengembalikan dinar yang dikirimkan Ahmad selama bertahun-tahun itu. Sambil memohon-mohon, ia menyerahkannya kepada Ahmad.

Ahmad berkata, “Dinar-dinar ini adalah tali kasihku untuk sang bayi. Sekarang telah menjadi milikmu, karena engkau yang merawatnya. Silakan kau gunakan sesukamu.”

Ahmad tak mau menerima sedikit pun. Perempuan itu pun kembali mengambil dinar. la pamitan sambil berkata: “Semoga Allah menutupimu sebagaimana engkau telah menutupi aibku.”

Begitu mulianya budi seorang Ahmad bin Mahdi. Aib seorang pezina ditutupi olehnya. Bahkan perempuan itu diberi uang untuk biaya perawatan bayi.

Dengan kebaikannya itu, pasti ada banyak orang yang terkesan dan tertarik pada ajaran apa yang membuat seorang Ahmad bin Mahdi menjadi begitu baiknya. Seandainya saja perempuan itu datang ke orang yang salah, barang kali dia akan dirajam sehingga dia tak sempat untuk bertaubat.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
3
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top