Rizal Mubit
Penulis Kolom

Guru Ngaji di Kampung. Pengajar di Universitas Kiai Abdullah Faqih Manyar Gresik, Jawa Timur. Alumni Pusat Studi Qur'an Ciputat dan Pascasarjana IAIN Tulungagung prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Menulis sejumlah buku bertema keislaman. Peneliti Farabi Institute.

Doa Kakek Nabi Muhammad untuk Raja Abrahah

Penyerangan kakbah gajah

Sejak sebelum Kanjeng Nabi Muhammad SAW lahir, Kakbah sudah dianggap sebagai aset yang mendatangkan uang karena banyak peziarah yang beribadah di sana.

Oleh Kaum Quraish, Kakbah dirawat dengan baik meskipun sarat dengan penyembahan berhala yang ditaruh di sekeliling Kakbah.

Melihat kesuksesan masyarakat Quraish dalam menghasilkan uang melalui Kakbah, Abrahah membuat bangunan tandingan dengan tujuan yang sama: agar didatangi para peziarah.

Namun naas, oleh orang Quraish, Kakbah tiruan Abrahah dijadikan tempat buang air besar. Mengetahui hal tersebut, Abrahah marah. Dia bersumpah untuk merobohkan Kakbah.

Untuk mewujudkan sumpahnya, Abrahah membuat pasukan gajah. Anehnya Gajah yang diarahkan ke Kakbah tak mau berjalan.

Abrahah tak kehabisan akal. Dengan pasukan militernya, Abarahah mengambil semua aset berharga milik orang Quraish termasuk aset Abdul Muthalib. Tujuan perampasan aset untuk negoisasi dengan orang Quraish. Memilih hartanya dikembalikan atau Kakbah dihancurkan.

Untuk itu seluruh pemilik aset dipanggil Abrahah untuk diajak bernegoisasi mengenai harta yang sudah dirampasnya.

Ketika tiba giliran Abdul Muthalib, ada yang ganjil dengan perlakukan Abrahah. Ia segan melihat Abdul Muthalib yang wajahnya memancarkan aura kewibawaan. Abrahah mengira Abdul Muthalib bukan orang sembarangan. Dia orang kaya yang dekat dengan Tuhan.

Oleh karenanya, Abrahah ingin Abdul Muthalib duduk di atas kursi di sampingnya bukan di bawahnya sebagaimana yang lain.

Baca juga:  Hijrahnya Para Kekasih Allah (1): Bisyr Al-Hafi, Insaf Setelah Foya-Foya

“Apa yang kamu inginkan setelah aset kuambil semua?” tanya Abrahah.

“Aku? Sikapku jelas. Aku mau unta-untaku dikembalikan.”

Raut muka Abrahah berubah. Orang yang disangkanya dekat dengan Tuhan ternyata lebih memilih harta dibandingkan tempat sesembahan.

“Loh? Kukira Anda ini orang yang mencintai Kakbahmu. Dari wajahmu kulihat kamu ahli ibadah pada Tuhanmu. Ternyata aku keliru. Bukannya malah melindungi Kakbah kok ya malah meminta hartamu!” Abrahah menghardik.

“Saudara Abrahah! Unta itu punyaku! Sedangkan Kakbah sudah ada pemiliknya, dia milik Tuhan. Jadi pasti dilindungi Tuhan! Sedang harta itu punyaku. Dan penting untuk kehidupanku dan keluargaku. Jadi aku minta kembali hartaku. Biarkan saja Kakbah dilindungi pemiliknya.”

Abrahah pun memerintahkan anak buahnya untuk mengembalikan harta Abdul Muthalib. Setelah hartanya dikembalikan. Abdul Muthalib naik ke atas gunung dan berkata. “Gusti Pengeran, Saya ingin tahu apa yang terjadi pada orang yang ingin merusak Kakbahmu.”

Tak lama setelah Abdul Muthalib bermunajat, terjadilah peristiwa yang disampaikan dalam surat al-Fiil dimana pasukan Abrahah mendapatkan serangan dari ‘pasukan langit’ yang menghancurkan mereka.

Kisah tentang Abdul Muthalib, Abrahah dan pasukannya ini ada dalam kitab Jami’ al-Bayan an ta’wil al-Qur’an karya Imam Al-Thabari.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
2
Senang
2
Terhibur
3
Terinspirasi
3
Terkejut
4
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top