Salah satu cara dakwah Nabi Ibrahim yang terkenal adalah memberi makan kepada orang lain. Ada banyak orang yang diundang Nabi Ibrahim. Namun sebelum bisa mendapatkan makanan gratis tersebut, Nabi Ibrahim mengajukan syarat kepada orang-orang yang ingin makan bersama Nabi Ibrahim. Setiap kali ada yang ingin makan gratis, Nabi Ibrahim bertanya, “Apakah kamu menyembah Allah?”
Jika jawabannya iya. Maka orang tersebut diajak makan. Namun jika jawabannya tidak. Orang tersebut tidak diperbolehkan untuk mengikuti makan bersama. Pernah suatu ketika orang kafir Majusi ditolak oleh Nabi Ibrahim sebab kekafirannya.
Mengetahui hal tersebut, Allah menegur Nabi Ibrahim.
“Bagaimana kamu ini Ibrahim. Kamu mengajak orang makan bersama kok pakai persyaratan harus menyembah Aku?” kata Allah.
“Lalu bagaimana ya Allah?”
“Aku itu setiap hari memberi makan orang siapapun. Orang Majusi itu sudah kuberi makan sejak dulu. Baik menyembahku ataupun tidak, dia tetap kuberi makan. Lah kamu yang tidak memberi makan orang tiap hari saja kok pakai persyaratan seperti itu.”
“Kalau begitu saya minta maaf ya Allah.”
Kemudian Nabi Ibrahim memanggil orang majusi yang tadi disuruh pergi. Orang itu pun heran dan lantas bertanya. “Mengapa aku dipanggil lagi? Bukankah aku tidak bisa makan bersamamu karena tak menyembah Tuhanmu?”
“Maaf. Tadi saya khilaf. Allah memberi tahuku untuk memberi makan siapapun tanpa pandang apapun yang disembah,” jelas Nabi Ibrahim.
“Benar begitukah? Betapa baiknya Tuhanmu. Jika benar begitu. Beri tahu aku siapa Tuhanmu dan bagaimana cara untuk menyembahnya,” kata orang Majusi dengan rendah hati.
Kisah tentang kebiasaan Nabi Ibrahim menjamu tamu-tamunya terdapat dalam Alquran surat al-Dzariyat ayat 24-27. Sedangkan kisah tentang teguran Allah kepada Nabi Ibrahim di atas ada dalam Kitab ar-Risalatul Qusyairiyah.
Secara tidak langsung kisah ini memberi teladan kepada kita untuk berbuat baik kepada siapapun. Tanpa pandang agamanya atau bahkan perilakunya.