Sedang Membaca
Barcelona Sempurna, Minus Juara Liga Champions: Catatan Akhir Musim
Muhammad Ridwan
Penulis Kolom

Editor buku, penggila bola. Tinggal di Bogor, Jawa Barat

Barcelona Sempurna, Minus Juara Liga Champions: Catatan Akhir Musim

Foto: Instagram @fcbarcelona

Barcelona menuntaskan musim akhir La Liga 2024-25 dengan sempurna. Tim besutan Hansi Flick menjebol Athletic Bilbao 3 gol tanpa balas. Kemenangan ini sekaligus menyempurnakan pesta Barcelona yang sudah menyegel gelar pada jornada ke 36. Blaugrana yang hanya butuh kemenangan sekali lagi berhasil menundukkan Espanyol dengan skor 0-2, Jumat, 16 Mei 2025.

Meski saat itu masih tersisa dua jornada lagi, tapi karena keberhasilannya meraih poin maksimal di kandang Espanyol, tim raksasa Catalunya ini mengunci gelar La Liga. Mengatongi 85 poin, Blaugrana sudah tidak bisa dikejar oleh rival abadinya, Madrid. Madrid berusaha mengejar poin di laga El Clasico, tapi hasilnya nihil. Bahkan wasit yang cawe-cawe membela Madrid tidak bisa menggagalkan kemenangan Barca.

Barca bisa saja menunda pesta untuk merayakan gelar di markas kebanggaan mereka, di stadion Camp Nou, saat mereka bertindak sebagai tuan rumah menghadapi Villareal di jornada ke 37. Namun skuad Barca sudah tidak sabar dan ingin meraih gelar lebih cepat. Toh, selebrasi dan pesta perayaan atas pencapaian klimaks bukan di markas sendiri tidak sedikitpun mengurangi kebanggaan dan prestasi mereka.

Pesta selebrasi ini makin menambah koleksi gelar, sekaligus membuktikan Barcelona sukses menjelma tim kampiun di liga domestik musim ini. Piala Super Spanyol, Cope del Rey disabet, lalu dilanjut dengan pesta meraih tropi La Liga ke 28.

Kompetisi domestik Spanyol musim ini benar-benar menjadi milik Barcelona. Inilah musim terbaik Barcelona setelah ditinggal sang mega bintang, Lionel Messi. Ronald Koeman yang ditunjuk menjadi manajer pada 19 Agustus 2020 gagal mengembalikan kejayaan Barcelona. Meski saat itu Messi belum berlabuh ke PSG, Barcelona besutan Koeman kalah bersaing dengan Atletico Madrid. Barcelona malah turun kasta ke posisi ketiga di akhir musim.

Koeman tidak bertahan lama menduduki kursi panas, hanya menjabat kurang lebih 14 bulan. Datanglah Xavi Hernandes dengan pengalaman melatih klub timur tengah dan jam terbang tinggi sebagai sang maestro lini tengah. Faktor jam terbang tinggi sebagai gelandang terbaik dunia inilah yang menjadi modal utama untuk menggaransi kebangkitan Blaugrana.

Baca juga:  70 Tahun Emha Ainun Nadjib: Tuhan dan Puisi

Musim perdana Xavi tidak disongsong dengan momen kebangkitan. Momen kebangkitan baru diraih di musim kedua. Pelatih yang lahir di kota Terrassa, Spanyol ini, sukses mempersembahkan piala Super Spanyal dan mahkota La Liga.

Namun kebangkitan ini tidak mencerminkan identitas permainan Barcelona yang atraktif dan indah. Taktik Xavi dinilai kurang berbobot dan cenderung datar. Strategi yang ia rancang makin kehilangan bobotnya ketika Bacelona kembali menjadi kontestan Liga Champion pada musim 2023-24. Barcelona diremehkan. Tim yang diasuhnya dianggap hanyalah peserta amatiran di kompetisi elit Benua Biru.

Manajemen klub ingin segera pisah ranjang dengan Xavi. Mereka mendambakan pelatih hebat, tapi duitnya darimana, mengingat Barcelona terlilit hutang yang kian menggunung. Beruntunglah Hansi Flick bersedia menandatangani kontrak meskipun hanya dibayar saparuh dari gaji Xavi Hernandes.

Sewaktu pertama bergabung, Hansi Flick sempat diragukan. Pelatih berpaspor Jerman ini dinilai tidak mengerti filosofi permainan Barca. Pihak yang meragukan itu tampaknya lupa bahwa Hansi Flick pernah membantai Barcelona dengan skor telak 2-8 di perempat final Liga Champions 2019-20.

Stadion Estadio da Luz, Lisbon, menjadi saksi keganasan Hansi Flick. Keganasan Flick menggasak Barcelona dilakukan bukan negative football. Bayern Munchen tampil superior, menguasai permainan dan menekan Barcelona. Ini menjadi bukti bahwa sepakbola menyerang bukanlah barang baru bagi Flick. Justru ketertarikan Flick melatih Barcelona karena ada kemistri yang menjodohkan keduanya dalam hal filosofi permainan sepakbola. Kalau semata-mata demi uang, demi gaji besar, lamaran Barcelona pasti ditolak mentah-mentah oleh Flick.

Pria kelahiran 24 Feb 1965 ini tidak melakukan perombakan skuad secara total. Ia melanjutkan formasi tim yang dibangun oleh Xavi. Lamine Yamal, Raphinha dan Lewandowski tetap menjadi andalan di lini depan.

Baca juga:  Hidangan dan Pemandangan

Yamal tiada henti-hentinya mendapat sanjungan berkat aksi-aksi individunya yang memukau. Flick memang memberikan keleluasaan pada Yamal memegang bola lebih lama. Tarian bolanya yang indah mampu mengacak-acak pertahanan lawan. Jangan biarkan bocah berumur 17 tahun ini diberi ruang untuk melepas tembakan ke arah pojok kanan gawang. Kalau dibiarkan, itu akan dijadikan peluang menciptakan gol favoritnya.

Raphinha menemukan kembali performa terbaiknya sejak ditangani Flick. Raphinha sempat mengalami kesulitan beradaptasi dengan taktik Xavi. Selama dua musim ditangani Xavi, mental predatoris Raphinha tidak keluar.

Pemain yang dibeli dari Leeds United ini berubah menjadi striker produktif (menyumbang 34 gol) setelah mendapat gemblengan taktik dari Flick. Bersamaan dengan itu, tumbuh pula nalurinya mengemas assist. Raphinha bukan sebatas seorang finisher seperti Lewandowski, tapi juga terasah skillnya menciptakan assist.

Musuh pasti mengalami kesulitan mengawal Raphinha. Kalau Raphinha mendapat ruang melepas tembakan pasti tidak disia-siakan. Tapi kalau musuh menutup ruang tembak Raphinha, ia memilih opsi lain mengirim umpan berbuah gol. Kemampuan kombinatif mencetak gol dan mengemas assist ini jarang dimiliki oleh seorang striker. Messi, Salah masuk dalam jajaran striker yang punya kemampuan kombinatif tersebut.

Lewandowski dulu terlibat cek-cok dengan Xavi Hernandes. Cek-cok dipicu oleh kritik keras Lewandowski terhadap Barcelona yang kurang greget menciptakan peluang gol. Goal getter timnas Polandia ini merasa dirinya tidak tumpul. Ketidaktajamannya lebih karena minimnya peluang yang ia dapatkan.

Cek-cok seperti ini tidak muncul lagi di era Flick. Flick menginginkan skuadnya tidak terlalu bertele-tele memainkan bola. Barcelona dituntut menciptakan lebih banyak peluang dan menyerang dengan mematikan. Taktik ini membuahkan hasil. Produktivitas gol Barcelona meningkat tajam. Barcelona mencetak 3.71 gol per pertandingan di La Liga, Di Liga Champion, statistiknya lebih fantastis; mengemas 4.79 gol per pertandingan. Taktik ini tentu membawa berkah bagi Lewandowski. Lewandoski musim ini kembali memetik era kesuburannya.

Baca juga:  Melawan Ketidakadilan Demi Cita-cita Kemerdekaan

Di samping tidak merombak skuad secara total, Flick juga meneruskan antusiasme pelatih pendahulunya yang mengandalkan anak muda. Pedri (22 tahun), Gavi (20 tahun), Fermin Lopez (22 tahun) merupakan pasukan muda yang mengisi lini tengah Barcelona. Pedri, anak muda bernama lengkap Pedro Gonzalez Lopez ini, mendapat perlakuan istimewa; diberi menit bermain sangat tinggi. Dia bahkan mengalahkan pemain senior seperti Frenkie de Jong dalam durasi bermain bersama Barcelona.

Pedri memang mencuri perhatian. Posturnya tidak besar. Tapi jangan diremehkan ketangguhannya memenangkan perebutan bola. Ia berada di urutan teratas dalam aksinya memenangkan perebutan bola; mengumpulkan 227 kali memenangkan perebutan bola sejak awal musim.

Ketangguhan Pedri tentu tidak bisa dilepaskan dari cara Flick membenahi tim. Flick tidak semata-mata mengutamakan aspek taktik, ia juga sangat memprioritaskan peningkatan stamina dan kekuatan fisik pemain. Peningkatan aspek fisik ini sangat menunjang skema taktiknya yang menginginkan Barcelona bermain dengan intensitas tinggi. Flick mengubah wajah Barcelona tidak lagi kalem. Barcelona tampil lebih bertenaga. Mereka harus menekan lawan dengan pressing ketat.

Sentuhan taktik Flick inilah yang membawa Barcelona menikmati momen terbaiknya di musim ini. Flick tidak hanya meraih treble domestik, ia berhasil mengantarkan Barcelona kembali diperhitungkan di pentas Liga Champion. Saat Barcelona berada di posisi runner di tabel fase Liga Champion, banyak pihak langsung menjagokan Azulgrana juara. Perjalanan Barcelona hingga perempat final yang sangat impresif makin menambah keyakinan mereka. Sayang, penampilan impresif Barcelona terbendung oleh kekuatan catenaccio Intermilan.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
1
Senang
1
Terhibur
1
Terinspirasi
1
Terkejut
1
Scroll To Top