Prof. Azyumardi Azra, salah satu cendekiawan muslim yang patut menjadi contoh bagi yang sedang belajar menulis sebuah artikel ilmiah populer. Di berbagai media massa nasional, tulisannya banyak menghiasi ruang kolom dengan berbagai tema, sejarah, pendidikan, sosial, politik, dan lain-lain. Ditinjau dari struktur penulisannnya, kita dapat meniru dua bagian yang penting dalam sebuah tulisan, pendahuluan dan penutup atau simpulan. Kedua ini yang dapat membuat tulisan kita dapat menarik perhatian pembaca. Di samping argumen pendukungnya tentu saja ini perlu disajikan dengan baik, rasional, dan objektif.
Mengapa dua bagian pada tulisan menjadi penting? karena pembaca artikel pada umumnya akan tertarik memutuskan untuk membaca ke bagian isi argumennya ketika di bagian awal dan akhir tulisannya menarik. Untuk menulis kedua bagian penting ini tentu saja ada teknik yang disarankan ahli maupun dari pengalaman praktis para penulis terkenal seperti Prof. Azyumardi Azra yang dikenal sebagai Gurubesar sejarah.
Jika dianalogikan dengan sebuah bangunan, bagian pendahuluan dan penutup atau simpulan merupakan pintu masuk dan keluar sebuah rumah. Pembaca yang cerdas pada umumnya akan memperhatikan kedua bagian vital ini, apalagi jika waktunya terbatas untuk membaca seluruh isi artikel karena aktifitas pembaca yang begitu super sibuk.
Berikut contoh kutipan pendahuluan dari tulisannya lima tahun lalu yang diterbitkan Republika (14/12/2017) berjudul “Adicerita Hamka (3).” Pembukanya dimulai dengan, “Adicerita Hamka tentang Indonesia modern yang dibayangkannya belum selesai. Seperti diungkap James Rush, Hamka’s Great Story: A Master Writer’s Vision of Islam for Modern Indonesia (edisi Inggris 2016; Indonesia 2017) dalam adiceritanya Hamka membayangkan lebih jauh tentang ‘Islam untuk Indonesia’.”
Nampaknya tulisan tersebut dimulai dengan sebuah pernyataan ahli penulis buku yang dapat membuat menarik pembaca melanjutkan membacanya ke bagian isi atau struktur argumennya. James Robert Rush merupakan Gurubesar sejarah di Arizona State University yang mendalami sejarah Asia Tenggara modern.
Ini merupakan salah satu teknik memulai sebuah tulisan. Tentu saja masih banyak lagi tekniknya seperti dijelaskan dalam buku lawas “Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa” Prof. Henry Guntur Tarigan pakar linguistik dan penulis populer. Teknik lainnya bisa dimulai dengan pernyataan kontroversial maupun yang bersifat kontradiktif, unsur yang mengesankan, pernyataan dramatis singkat, data statistik, gaya bahasa tertentu, kutipan-kutipan, peristiwa mutakhir, dan kewenangan ahli atau pejabat.
Selanjutnya, Prof Azyumardi Azra menyampaikan beberapa poin argumennya mencakup sistem politik yang diadopsi para pendiri bangsa, nilai-nilai modern demokrasi dalam al-Qur’an dan Hadis, perjalanan demokrasi Indonesia, dan negara Indonesia modern.
Akhirnya, beliau menutup tulisan dengan, “Meski demikian, Hamka menegaskan, saling hormat menghormati adalah kunci keselarasan dan kerukunan itu. Mencoba mengajak umat suatu agama pindah ke agama lain jelas melanggar rasa hormat itu. Hamka tidak menyembunyikan kegusaran tentang masalah ini.”
Simpulan ini nampaknya menggunakan narasi melihat ke belakang dengan bentuk merangkum butir-butir penting yang berisi gagasan modern demokrasi menurut Hamka yang memiliki landasan teologis dalam al-Qur’an dan dicontohkan Nabi Muhammad Saw dalam membangun sistem pemeritahannya.
Penutup ini merupakan salah satu teknik juga, di samping ada beberapa teknik lainnya. Masih dari buku keterampilan menulis, teknik menulis bagian simpulan ada yang memandang ke depan dan ke belakang. Memandang ke depan bisa dengan narasi membayangkan atau meramal masa depan, menyerahkan tindak lanjut, membicarakan implikasi, dan menunjukkan makna gagasan. Kebalikannya, dengan narasi kembali ke pendahuluan, menyatakan kembali pernyataan tesis, merangkum butir-butir penting.
Dan satu pesan penting Prof. Azyumardi Azra dalam melatih menulis agar selalu produktif seperti yang disampaikannya pada webinar “Kiat Menjadi Ilmuwan Dunia” Forum Guru Besar dan Doktor Insan Cita, “… menulis di mana saja jadi walaupun jadi Rektor ya tetap menulis, tidak ada orang (tamu) saya tetap menulis… tidak memerlukan misalnya waktu khusus untuk menulis justru bisa menulis kapan saja… jadi tidak perlu menunggu ilham atau apa pokoknya menulis saja dan menulis itu kalau dapat satu paragraf alhamdulillah kalau dapat satu halaman alhamdulillah…”
Pesan ini mengindikasikan bahwa strategi free writing sebagai pilihan terbaik dalam belajar menulis yang efektif. Walaupun ada lagi strategi lainnya, seperti “writing sandwich,” writing to prompts, generating writing, dan lainnya yang dapat digunakan sesuai kebutuhan.
Jadi, teknik menulis dua bagian penting dari contoh ini menjadi masukan yang berharga bagi kita dalam menulis agar menarik pembaca. Dan jangan lupa pesannya, menulislah kapan pun dan dimana pun, serta tidak perlu menunggu ada ide baru menulis. Wallahua’lam.